Kamis, 31 Juli 2008

BeLajaR MenganDaliKan NafsU Diri

Rasanya salah satu Peperangan yang sangat besar dan berat bagi mannusia adalah melawan musuh yang berada di dalam dirinya sendiri. Bagaimana tidak, kita tidak tahu dimana sebenarnya musuh Tersebut Berada!?
Bahkan, keTika kiTa bercermin-pun musuh tersEbut Tidak terliHat oleh Kita!
Tetapi, Jika kita BerHasil menundukkan mush yang Satu ini, Maka segala permasalahan di dunia ini tidak bakal kita Alami!
Semua berjalan sebagaimana air mengalir menuju ke muara laut!
Seperti angin lembah yang semilir dari puncak bukit ke daratan rendah.
Ya, Nafsu!
Nafsu adalah musuh terbesar bagi manusia dan semua itu ada di dalam diri kita! Kita tidak tahu keberadaannya tetapi kita yakin ada di dalam diri kiTa!
Oleh karena itulah, marilah kita belajar mengendalikan nafsu diri kita!
Jangan biarkan napsu kita berkeliaran, mengalir tanpa arah ataupun alur yang jelas sebab kondisi tersebut menjadikan kita tidak tidak lebih daripada binatang!
Terus apalah jadinya kita jika lupa pada upaya mengendaliklan nafsu kiTa sendiri?!
KiTa masiNg -mAsiNG mempUnyai Jawaban! Iya Kan?!

Rabu, 30 Juli 2008

NafSu, jAGaL RyAN, sUMbER bELaJAR

Beberapa hari terakhir, kita mendapat pendidikan dan pemelajaran yang sangat bermanfaat bagi kehidupan dan kelangsungan hidup kita secara menye-luruh dan lengkap.

Aspek pemelajaran yang kita maksud dalam komteks ini adalah terkait dengan berbagai sikap, pola dan bentuk interaksi personal yang berbahaya bagi kehidupan kita.

Ya. Kita memang harus selalu belajar, baik secara literature, klasikal atau belajar langsung dari kehidupan. Belajar literature berarti belajar dengan obyek dasar berbagai buku, literature yang relevan dengan aspek yang dipelajari. Klasikal dapat kita katakan sebagai kegiatan belajar yang secara baik dan sistematis diselenggarakan di sebuah ruangan yang disebut kelas. Sedangkan belajar langsung diartikan bahwa selama proses belajar anak didik ikut terlibat pada setiap jenis pelajaran dan berhasil baik.

Dari tiga macam asal materi belajar dapat diperoleh, maka setidaknya kita tahu bahwa pemelajaran langsung kepada alam lingkungan merupakan cara tercepat dan sangat mudah.

Sumber pemelajaran lingkungan sangat memungkinkan bagi subyek belajar untuk mendapatkan berbagai aspek. Aspek-aspek itu didapatkan tidak hanya berupa konsep-konsep atau teori-teori, melainkan implementasi langsung dari learning by doing-nya. Belajar dengan langsung melakukan dalam kehidup-an. Dalam hal ini, kehidupan merupakan sekolah yang paling signifikan ter-hadap proses belajar.

Salah satu obyek belajar adalah mengenai dampak krusial dari pola hidup yang serba glamour dan penuh dengan berbagai intrik, sehat atau tidak sehat menjadi pengalaman belajar yang paling kuat tertanam di dalam memori otak kita.

Hal yang terjadi di Tembelang yang dilakukan oleh seorang Ryan, sendiri ataupun sama orang lain, sebab sampai sekarang belum diketahui dan merupa-kan sebuah pertanyaan, hal aneh jika sendirian, sungguh merupakan hal yang sangat bermanfaat bagi proses pemelajaran kita.

Kasus ini meberikan pengalaman yang sangat berharga bagi kita semua atas pola hidup, karakter dan kebutuhan hidup yang begitu rupa yang ternyata mempunyai pengaruh sangat besar terhadap keputusan melakukan sesuatu dalam hidup.

Ini pelajaran hidup yang sangat berarti bagi kelangsungan hidup kita dimasa yang akan datang. Kejadian ini adalah evaluasi dan refleksi kita terhadap proses kehidupan yang semakin krusial dan menuntut konsekuensi yang tinggi pada setiap orang.

Manusia menjagal manusia lain?! Wah, tentunya hal tersebut memberikan dampak belajar yang bervariasi pada setiap pribadi dan komunitas. Tentunya yang paling signifikan dalam hal ini adalah pelajaran tentang kemanusiaan dan manusia itu sendiri. Bagaimana konsep dasar tentang kemanusiaan, juga tentang eksistensi manusia itu sendiri. Manusia dan kemanusiaan itu hal yang paling urgen dalam kehidupan kita, seperti hidup dan kehidupan. Oleh karena itulah, maka sebagai manusia kita harus memahami konsep tersebut.

Bagaimana seorang manusia, Ryan ‘tega’ menjagal manusia lainnya, hingga saat ini sudah 11 (sebelas) manusia yang dijagal, dibantai dengan begitu kejinya. Bahkan ditengarai masih akan bertambah jumlahnya. Audzubillah! Sementara alasannya sangat klise, yaitu cemburu dan tentunya saja ‘tuntutan kehidupan manusia’, dirinya dan keluarga, sebagaimana dikatakan Ryan.

Duh, manusia (Ryan) telah kehilangan sifat kemanusiaannya! Kehilangan kemanusiaannya!

Jika kita melihat hal ini secara realitas dan pikiran jernih setidaknya kita perlu mengkaji hal tersebut sebagai antisipasi, baik pribadi maupun komunitas agar tidak terulang pada kita atau pada waktu mendatang.

Cukup sekali ini saja kejadian ‘penjagalan’ manusia terjadi dinegeri ini!

Ya, selanjutnya perlu dipahami, dilakukan dan dijadikan sebagai bahan pelajaran sekaligus hasil pelajaran dari kehidupan kita.

Bagaimanapun, manusia itu dibekali Tuhan dengan sesuatu yang sangat membahayakan kehidupannya sendiri, bahkan kelangsungan hidup di alam ini. Ya, manusia diciptakan dengan sesuatu yang jika dapat dikuasai, dikendalikan menjadikan kehidupan semakin baik. Tetapi, jika tidak dapat dikuasai, tidak dapat dikendalikan, atau justru manusia yang dikendalikannya, maka rusaklah kehidupan ini! Apa itu?! NAFSU!

Ya! NAFSU manusia menjadikan kehidupan berkembang dan juga ancur! Maka, belajarlah dari JAGAL manusia dari Jombang ini! Jangan sampai NAFSU menguasai diri kita! Nafsu itu seperti kuda! Kita yang harus menunggangi, mengendalikannya, bukan kita yang ditunggangi apalagi dikendalikan!

MenGemBaliKAn KeSaNTunAN HiDuP

Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang kental dengan pola kehidupan yang penuh dengan adab dan sopan santun. Dan, karena kesantun-annya, maka sangat terbuka untuk setiap orang untuk mempelajari aspek kehidupannya tersebut.

Akibat terbukanya kesempatan mempelajari pola kehdiupan tersebut, maka kemungkinan adanya pengaruh sangatlah besar. Oleh karena itu, tidak heran jika sedikit demi sedikit pola kehidupan anak bangsanya mengalami perubahan, evolusi. Walau perlahan tetapi pasti!

Berbagai pola kehidupan telah ekhilangan rujukan. Bahkan tidaks edikit pola kehidupan yang tidak berbeda dengan layang-layang yang putus benang. Melayang tidak karuan kemana angin membawanya.

Akibatnya yang paling jelas adalah hilangnya jati diri anak bangsa. Cukup banyak anak bangsa yang telah kehilangan identitas diri sehingga sama sekali tidak mencerminkan bagian dari bangsa yang besar ini.

Krisi identitas, dekadensi moral dan masih banyak hal lain yang merupakan dampak dari pergumulan peradaban internal dan eksternal. Pola kehidupan tradisional yang penuh dengan nilai-nilai positif kehidupan khas anak negeri, secara perlahan telah berubah menjadi pola kehidupan global.

Memang kita tidak dapat menghindar dari kondisi kehidupan yang selalu mengalami perubahan, dinamis. Kehidupan itu bagaikan roda yang terus menggelinding, berputar tanpa henti. Kadang di atas, kadang di bawah. Kadang melewati jalanan rata, halus dan nyaman, tapi pada saat-saat tertentu melewati jalan berlumpur, bergelombang dan sangat tidak nyaman.

Salah satu kondisi yang mengalami perubahan drastis adalah sikap kehidupan yang jauh dari pola kehidupan yang diajarkan oleh para leluhur kita.

Anak-anak bangsa kita sudah tidak bersikap sebagaimana kebiasaan jaman penuh keemasan bangsa besar ini. Pola pergaulan antar personal tidak ada lagi tingkatan yang jelas. Unggah-ungguh yang selama ini dijadikan sebagai dasar aturan pergaulan telah banyak yang menguap ke langit!

Tidak ada lagi perbedaan sikap, kata dan pola kehidupan antara orangtua dan anak muda. Semua begitu mengalir seperti air sungai yang tidak lagi membedakan air berasal darimana, semua dileburkan menjadi satu kesatuan yang utuh tanpa beda!

Adakah nilai positifnya?

Adakah nilai negatifnya?

Tdak baikkah jika sekat antar generasi yang selama ini tercipta disingkap dan membuka hubungan seluas-luasnya?

Bukankah jika sekat terbuka, maka interaksi yang tercipta memungkinkan terciptanya sebuah interaksi penuh kasih sayang dan cinta?

Bagaimana-pun, kita menyadari bahwa pergaulan antar generasi mem-butuhkan sebuah sikap yang memungkinkan terjadinya sebuah sikap yang memungkinkan terjadinya pengaliran kasih sayang dan cinta yang tulus dari masing-masing sisi?!

Para orangtua perlu memberikan kasih sayang dan cinta kepada para anak muda secara tulus dan ikhlas sebagai bentuk pertanggungjawaban atas tongkat estafet yang harus segera diserahkan kepada generasi penerus. Semen-tara dengan kasih sayang dan cinta yang diberikan oleh para orangtua, maka tumbuhlah rasa yang sama di hati para muda yang hal ini merupakan ikatan benang emas antar generasi.

Selama ini, akhir-akhir ini tata aturan pergaulan antar generasi benar-benar kehilangan pola positifnya. Unggah-ungguh telah hilang dari kehidupan. Anak-anak sudah tidak ada rasa hormat pada para orangtua dan para orangtua telah kehilangan sesuatu yang dapat dijadikan sebagai panutan. Semua sudah menjadi tontonan dan bukan tuntunan.

Aspek ini terutama pada kehilangan kesantunan di hati para orang muda, bahkan juga yang tua-tua.

Kesantunan itu merupakan pola positif yang seharusnya diterapkan di dalam setiap pergaulan pada setiap strata kehidupan, baik dari sisi sosial maupun sisi usia.

Kesantunan dalam strata social memungkinkan terciptanya kebersamaan dalam segala hal sehingga tumbuh rasa kesetiakawanan yang pada akhir-akhir ini terasa mulai luntur. Rasa kesetiakawanan yang luntur ini selanjutnya menciptakan ‘kasta-kasta’ baru dalam pola kehidupan sosial modern. Hal ini selanjutnya menimbulkan banyak kecemburuan social pada setiap stratanya sehingga rawan bagi kenyamanan hidup.

Sedangkan ketiadaan kesantunan dalam sisi usia menyebabkan terjadinya gab antar generasi. Bahkan hal yang paling genting adalah hilangnya link antara generasi tua dengan generasi muda. Padahal, untuk kondisi masa depan yang baik, perlu adanya link antar generasi sehingga selalu siap terjadinya kaderisasi dan proses kesinambungan pola kehidupan bangsa.

Jika kita menyadari bahwa di dalam proses pergaulan hidup, anak muda telah kehilangan kesantunan, maka yang perlu dipertanyakan dan dipersalahkan tidak hanya anak-anak muda, tetapi juga para orangtuanya!

Kesantunan dan pola hidup santunn harus dikembangkan sebagai gerakan bersama dalam segala aspek kehidupan sehingga kondisi kehidpan benar-benar menggambarkan sebuah kondisi yang kondusif.

Dan, kesantunan ini sejak dahulu adalah ciri khas kehidupan bangsa kita yang besar. Seluruh negara di dunia mengakui bahwa Bangsa Indonesia itu santun!

Tetapi apakah hal tersebut benar?

Setidaknya untuk kondisi sekarang ini???

Senin, 28 Juli 2008

Mojokerto Macet, Kota Kecil Juga macet

Macet? Wah, rasanya disemua ruas jalur jalan dimana saja. Di setiap bagian negeri ini mengalaminya. Tidak peduli jalan utama, jalan tol, jalan by pass atau jalan tembusan.

Apakah jalur jalannya menyusut? Tentunya tidak seperti itu. Tidak ada jalan yang menyusut panjangnya!

Begitu juga di jalur Mojokerto, khususnya jalur Padangan masuk ke mulut jembatan penghubung wilayah Kabupaten dengan Kota Mojokerto. Jalur ini selalu padat danmacet sebab kendaraan berebut masuk/keluar mulut jembatan.

Apalagi pada saat pagi hari, yaitu pada saat jam berangkat kerja dan jam berangkat sekolah. Panjang kemacetan dapat mencapai seratus meter. Apalagi jika ada kendaraan besar, seperti truk yang terjebak disitu.jumlah pemakai jalan memang sangat banyak sehingga seluruh badan jalan penuh. Bahkan, bahu jalanan-pun terpaksa harus dilalui oleh pengendara sepeda dan sepeda motor.

Hal ini seringkali menjadi penyebab dari kemacetan disini, mungkin dimana saja adalah ketidaktaatan pengguna jalan terhadap aturan yang berlaku di jalur ini.

Bahkan tidak jarang kondisi tersebut menyebabkan terjadinya kecelakaan, khususnya pada pengendara ibu-ibu yang tidak menguasai sepeda yang harus gerak berhenti-gerak lagi berhenti lagi.

Seringkali yang terlihat adalah:

  1. Yang hendak memasuki mulut jembatan, dari arah barat sudah mulai menisih ke sisi kanan, sign kanan dinyalakan memasuki mulut jembatan pada jarak lebih kurang 30 meter sehingga meumpuk pada sisi kanan, akibatnya berbenturan dengan kendaraan yang keluar dari mulut jembatan, baik yang memang mneuju ke barat atau yang harus mencari posisi berputar ke arah timur. Akibatnya, macet!
  2. Yang hendak keluar dari mulut jembatan langsung belok ke kanan sehingga berbentur dengan kendaraan yang hendak masuk mulut jembatan. Hal inipun menyebabkan macet di mulut jembatan
  3. Petugas Lantas yang telat datang dan tidak tegas sehingga pada saat sudah mulai macet, maka petugas baru turun tangan tangan. Padahal seharusnya para petugas berada di situ sebelum kondisinya macet. Akibatnya,petugas tidak melakukan antisipasi keadaan melainkan menyelesaikan keadaan, yang sudah macet! Ini sangat rumit. Langkah menyelesaikan bukanlah solusi yang tepat dan efektif serta efisien! Bukankah preventif jauh lebih baik daripada kuratif?!

Macet memang ciri khas sebuah kota. Tetapi untuk kota sekecil Mojokerto, ternyata harus macet juga…. Itu sebuah lelucon. Mengapa dapat terjadi???

Kota Mojokerto, lebih daripada Kabupaten Mojokerto

Siang yang panas hari ini tak terasa bagiku. Saat melewati ujung jalan Majapahit, lepas dari mulut jembatan Padangan sebelah selatan, memasuki jalur kota aku memasuki jalur hijau!

Pepohonan yang menghias di sisi barat jalan membuat nyaman. Garangnya sinar matahari siang langsung hilang saat aku menepi ke bawah deretan pohon penghijau dan perindang kota yang begitu asri.

Apalagi, saat pandangan mata tertumbuk pada kios es degan yang begitu menantang air liur sehingga tanpa terasa kutelan air liurku sendiri.

Memasuki kota Mojokerto lewat pintu mulut jembatan Padangan sisi selatan memang cukup rindang dan menarik. Hal ini berlanjut pada sekeliling alon-alon. Ada banyak tanaman, pohon di pinggir jalan melingkar alon-alon.

Sungguh, ternyata, dimana-mana wilayah yang paling rindang dan asri dari sebuah kota adalah alon-alon kota. Dimanapun kita pasti mendapati bahwa di sekitar alon-alon begitu mengasyikkan dan sangat nyaman untuk masyarakat.

Di Kota Mojokerto, alon-alon pada malam hari semakin asyik bagi warganya atau warga wilayah tetangga, Kabupaten Mojokerto.

Mojokerto memang wilayah yang unik, bagaimana tidak, pada wilayah ini terdapat dua pemerintahan, yaitu Kabupaten dan Kota. Gitu kok aneh? Udah umum kan ada wilayah Kabupaten dan Kota?!

Tapi, Mojokerto memang unik, yaitu Ibukota Kabupaten Mojokerto berlokassi di dalam wilayah Kota Mojokerto, sehingga semua perangkat pemerintahan Kabupaten ada di dalam wilayah kota. Itulah uniknya!

Apakah pemerintah Kabupaten telah kontrak tempat pada pemerintah Kota?

Kondisi seperti ini menjadikan warga wilayah Kabupaten lebih banyak beraktivitas di Kota, bahkan kegiatan niaga terpusat pada wilayah kota.

Karena kegiatan niaga berpusat di kota, tentunya pemasukkan dana ke kota lebih besar daripada untuk wilayah Kabupaten. Dengan demikian, maka konsekuensi pajak, pastinya masuk ke wilayah kota. Maka tidak heran jika kota lebih siap dan mampu memperhatikan warganya daripada Kabupaten. Apalagi, wilayah yag ditangani oleh Pemerintah Kota hanyalah dua wilayah kecamatan! Sementara itu, wilayah kabupaten yang luas terbagi atas banyak wilayah kecamatan sehingga kuantitas perhatian pemerintah cukup banyak sehingga tidak heran jika banyak warga atau wilayah yang tidak terurus dengan baik dan benar. Kuantitas urusan banyak sehingga menurunkan kualitas pelayanannya.

Di malam hari, alon-alon kota Mojokerto adalah satu tempat favorit yang dipilih oleh banyak keluarga untuk menumbuh kembangkan sikap, keakraban keluarga, rasa sosial atau sekedar membuang waktu, santai setelah seharian penat bekerja.

Berbagai jenis jajanan digelar di dalam lapangan alon-alon. Bakso, martabak, pisang molen, putu, sate, mie ayam, makanan tradisional atau makanan cepat saji dan warung lesehan semua ada di alon-alon. Para pengunjung dapat menikmati semua jajanan tersebut dengan harga yang relatif murah.

Di tengah alon-alon ada sebuah bangunan tugu yang dilengkapi dengan kolam dan penyemprot air mancur. Terkadang air yang mancur mengimbaskan butiran uap air yang terbawa angin menuju pada pengunjung yang ada di sekitarnya.

Fdan, setiap hari Sabtu, malam minggu, alon-alon menjadi lebih istimewa, khususnya bagi anak-anak muda sebab pada malam tersebut alon-alon dihiasi dengan berbagai acara panggung musik di sisi selatan timur alon-alon.

Wargga sangat dimanjakan dengan adanya kegiatan niaga sekaligus hiburan, wisata di alon-alon kota ini.

Walapun terdiri atas dua wilayah, tetapi pada kenyataannya Kabupaten dan Kota Mojokerto begitu satu. Kedua warga wilayah ini selalu tumplek blek di alon-alon ini, atau di tempat lain yang berada di wiayah kota.

Begitulah kondisi Mojokerto!

Kota Mojokerto, Siap PILKADA

Kota Mojokerto, merupakan sebuah kota kecil yang cukup padat dan mempunyai banyak sumber daya. Kota yang terdiri atas dua kecamatan ini adalah kota yang cukup aktif. Setiap hari mobilitas warganya cukup tinggi.

Saat sekarang, kota ini menyongsong PILKADA untuk posisi walikota dan wakilwalikota. Untuk periode pemilihan sekarang ini cukup banyak pasangan yang ikut berkompetisi, ada AN Nur, H2O, SUNAN, SANDI. Cukup ramai bursa pasangan ini.

Calon-calon walikota dan wawalikota sudah mulai memasang ancang-ancang didalam menyongsong saat pilkada itu. Beberapa baliho, spanduk ataupun banner sudah dipasang di tempat-tempat strategis di kota ini sehingga setiap saat warga dapat melihatnya.

Semua perangkat tersebut dipasang dalam berbagai ukuran, dari yang kecil sampai yang sangat besar. Dari sudut kampung sampai sudut alon-alon, yang nota bene adalah tempat warga berkumpul sehingga jelas terlihat oleh warganya.

Saat sekarang merupakan saat-saat yang penting sekaligus genting bagipara calon pimpinan daerah ini. Maka tidak heran jika mereka harus tampil all out agar dapat memikat perhatian masyarakat yang selanjutnya diharapkan dapat mengikat suara pada saat pilkada itu.

Rasanya berbagai cara telah ditempuh oleh masing-masing pasangan pilkada kali ini. Maka tidak heran dan ini selalu terjadi dimana saja, mereka saling mencuri start dengan berbagai balutan sampul kegiatan yang terselubung.

Pelaksanaan pilkada untuk daerah Kota Mojokerto memang masih cukup waktu untuk mempersiapkan diri, bahkan mengatur ulang strategi yang sudah dilakukan. Pilkada Daerah Kota Mojokerto dilaksanakan pada bulan Oktober.

Ternyata, posisi orang nomor satu di suatu wilayah merupakan sesuatu yang sangat berarti dan memikat bagi semua orang. Tidak heran jika pilkada menjadi semacam ‘indonesian idol’ atau seperti ‘ mamamia’ bahkan seperti ‘pildacil!”

Kita memang pantas bersyukur bahwa cukup banyak orang yang berkeinginan untuk menjadi pemimpin bagi yang lain. Kita sadar bahwa hanya dengan adanya seseorang yang memimpin, maka sebuah organisaisi, dalam hal ini pemerintah daerah, masyarakat dapat melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan sebaik-baiknya.

Selanjutnya, yang selalu menjadi pengharapan dari masyarakat adalah bahwa kesemarakanan kompetisi dalam pilkada ini bukan sekedar upaya merebut posisi atau kursi nomor satu di wilayah tertentu. Tetapi hal hal yang lebih penting adalah sebah tugas, tanggungjawab dan kewajiban moral untuk membangun dan mengembangkan segala potensi yang dimiliki daerah, baik SDM maupun SDA, untuk memberikan atau menciptakan kondisi kehdiupan masyarakat yang kondusif.

Siapapun yang terpilih di dalam sebuah pilihan dalam hal ini pilihan kepala daerah (pilkada) berarti sudah diberikan/menerima kepercayaan dari masyarakat untuk memimpin mereka.

Sedangkan kepercayaan yang diberikan masyarakat kepada calon terpilih merupakan harapan yang tinggi pada yang terpilih agar dapat mewujudkan harapan yang sudah digantungkan oleh masyarakat.

Sekarang yang terpenting bagi kita adalah berdo’a kepada Tuhan agar dibimbing hingga dapat menentukan pilihan yang tepat untuk kepala daerah. Agar tidak salah memilih sebab bagaimanapun pada saat pilkada seperti ini, kita tidak berbeda dengan membeli kucing di dalam karung. Kita hanya tahu bahwa di karung itu adalah kucing, tetapi kita sama sekali tidak mengetahui detail kucing itu. Kita tidak tahu jenis kucing tersebut! Repot kan?!

Pada sisi yang lain, masyarakat berharap agar para calon pimpinan adalah orang-orang yang mempunyai kontrol diri dan kontrol social tinggi sehingga setelah terpilih tidak menjadi orang yang lupa!

Akhirnya, kita hanya berharap agar proses pilkada yang dilaksanakan oleh masyarakat Kota Mojokerto berlangsung lancar, dama d an demokratis serta jujur dan adil. Selanjutnya, proses tersebut benar-benar berorientasi pada tujuan untuk menemukan para pimpinan yang dapat membumi dengan masyarakatnya.

Semoga!!

Jumat, 25 Juli 2008

Wilayah Mojokerto, Tersenyum ataukah berduka?

Pasca pelaksanaan PILKADA untuk gubernur dan wakilnya di daerah Provinsi Jawa Timur dapat dikatakan sukses, artinya berjalan lancar dan tidak mengalami hambatan atau hal-hal yang tidka diinginkan. Semua berjalan sesuai dengan perencanaan yang ada.
Tetapi, daerah wilayah Mojokerto benar-benar berduka/tersenyum sebab ternyata calon yang berasal dari daerah ini tidak mampu melawan calon-calon dari wilayah lainnya. sama sekali tidak berkutik!
Bagaimana dapat berkutik sedangkan perolehan suara sampai yang terakhir penulis rekam, ketahui hanya 7,...%, Wah...jauh sekali!
Tetapi, tidak menjadi masalah!
Yang jelas, kondisi daerah Jawa Timur yang begitu beragam dengan berbagai kondisi ternyata tidak mengalami gejolak berarti walau ada calon dukungan yang tidak mampu bersaing. Semua diterima dengan lapang hati!
Jawa Timur dengan keberagaman warganya ternyata telah begitu demokratis sehingga walaupun calon dukungannya gagal maju ke putaran selanjutnya, mereka tidak bergolak!
Sekarang masalahnya, usdah siapkah para ujung lidah dan perpanjangan lengan dan para mak comblang membawa kembali para pemilik hak suara untuk berperan aktif lagi dalam pemilihan putaran kedua?
pada putaran pertama ini, terbaca ada sekitar 36% suara yang tidak masuk. Menurut perkiraan ya, semua itu karena tidak adanya kompensasi bagi pemilih untuk mendatangi tempat pemungutan suara (TPS). bagaimana seorang tukang batu mau meninggalkan pekerjaannya yang sehari bernilai 50 ribu sekedar untuk mengikuti pilihan kepala daerah, sementara dia tidak mendapatkan kompensasi apapun?!
kalau saja setiap orang yang bekerja emndapatkan kompensasi yang sesuai, tentunya TPS bakal ramai dan tidak ada kartu yang blangko!
Sukses untuk masyarakat Jawa Timur!
Dua hari aku rehat tidak menulis, mengisi halaman blog ini. BUkan malas, tetapi tugas yang begitu menumpuk membuatku kehabisan nafas dan waktu untuk mengunjungi warnet, dimana biasanya aku bergelut dengan kamar blog-ku.
Tugas sebagai KPPS saat pemilihan gubernur dan wakilnya membuatku benar-benar kehabisan waktu dan nafas, apalagi ternyata pilihan tersebut harus mengalami putaran kedua sebab belum ada yang mencapai 30%. Wah, repotnya belum selesdai juga nich!
Rasaanya sekarang aku begitu lepas, bebas dan dapat menyampaikan segala uneg-uneg yang ada di dalam otak dan pikiran serta hatiku.
Bagaimana seharusnya sebagai anggota masyarakat yang menyadari atas tugas dan kewajiban bela negaranya, maka aku harus menerima tugas sebagai KPPS yang bertugas di TPS, sejak jam 6.30, sebelumnya harus melakukan kerja ekstra mendirikan TPS. Semua dilakukan dengan penuh kesadaran, walaupun gaji 100 ribu yang dialokasikan ternyata masih harus dipotong pajak. Sebenarnya berapa penghasilan yang dikenai pajak? 100 ribu di kenai pajak??
Ya, sudahlah, kita tidak membahas masalah tersebut, sudah lewat dan tidak ada perlunya lagi!
Yang jelas hari ini aku dapat mengunjungi kamar pribadiku lagi di warnet dengan ungkapan yang seperti diatas!

Selasa, 22 Juli 2008

Besok adalah hari yang sangat menjemukan bagi semua orang, walau pada beberapa orang mengatakan hari yang sangat menentukan. Menentukan apanya?
Besok itu hari pelaksanaan PILKADAL yang bakal memimpin dan menguasai daerah JATIM. Bagaimana dikatakan sangat menentukan dan terbaik bagi masyarakat jika ternyata kelima pasangan calon ternyata sama sekali tidka dikenal secara pribadi?

saat gelisah

saat gelisah menerjang
gelombang awan bagikan berbagai hujaman
dan, aku hanya termenung
di sini

entah apa yang harus kulakukan
rasanya begitu berat langkah
sebab di depan mata hanya kabut menghadang

adakah yang sudi menolong sesama
saat sedang terhadang?

Minggu, 20 Juli 2008

Seharian kemarin hatiku terasa blank sebab ada kejadian yang membuat galau. Salah seoranag keponakan terjatuh di jalan raya, menabrak pojok belakang sebuah mobil box yang sedang parkir di pinggir jalan.
Saat itu aku sedang sibuk menata bangku untuk keperluan siswa di hari Senin besok, sebab pada hari tersebut proses pemelajaran mulai aktif dan kelas harus siap. Saat itulah handphoneku menjerit. Kuterima dengan ucapan hallo...
Tetapi, rasa santaiku tiba-tiba hilang sebab suara isteriku dis eberang mengatakan bahwa salah satu keponakan mengalami kecelakaan. Aku sempat bingung! Bagaimana ini?! Tetapi setelah aku koordinasi dengan bawahanku, maka aku segera pergi ke UGD tempat perawatan pertama bagi keponakan tersebut.
Isteriku nampak kalut saat aku datang. Wajahnya lembab sebab tangis yang tertahan. Kutenangkan dia agar tidak kalut. Kekalutan hanya emmbuat segalanya ruwet. Setelah mendapatkan perawatan pertama, keponakan di bawah ke ruang foto untuk diketahui kondisi di dalamnya. Dia luka di leher dan lutyt. Dan syukur semua baik-baik.
Yang tidak baik adalah bahwa kejadian ini sudah sampai di kepolisian, sehingga urusan menjadi panjang. Untung pemilik kendaraan berbaik hati, kebetulan saat aku ketemu ternyata salah satunya adalah mantan muridku sehingga segala urusan menjadi lebih mudah.
Bertiga saku, mantan muridku dan kepala bengkel tempat muridku kerja menuju ke polres untuk menyelesaikan masalah. Ternyata dibutuhkan surat pernyataan dari orangtua korban, terpaksa mbak disusul dan diminta membuat surat.
Setelah itu kami menghadap dan setelah menjawab beberapa pertanyaan, aku dan mbak diminta keluar ruangan.
Beberapa saat kemudian, kepala bengkel tersbeut keluar dan menyatakan bahwa kami harus mengeluarkan dana 500 ribu (sebenarnay diminta 1 juta, tapi kepala bengkel tersebut bilang tidak membawa dana sebesar tersebut. Ditawar dan dapat 500 ribu).
Kemudian kami masuk bersama dan ditanya kebenaran surat pernyataan. kami mengiyakan semua itu dan sepeda-pun boleh dibawa pulang. Bersama kepala bengkel tersebut, sepeda kami bawa ke bengkel terdekat dan setelah diperhitungkan, maka biaya perbaikan sebesar 450 ribu dan kesepakatannya adalah 200 ribu dia, 250 ribu kami, kami terima kesepakatan tersebut.
Beruntung, keponakan tidak parah jadi dapat langsung pulang.
Rasanya hari itu begitu penat hati dan pikiran. BUkan penat karena urusan tetapi penat karena ketakutan yang membumbung di hati. Semoga saja tidak terulang.
Semua ini terjadi karena keponakan yang memang belum begitu menguasai kendaraan dan nekat keluar ke jalan raya.

Jumat, 18 Juli 2008

Aku Menulis untuk Mengenang

Aku menulis untuk mengenang segala hal. Entah hal tersebut penting ataukah sama sekali tidak penting. Bagiku segala hal memang perlu diketahui dan dicatat agar semua orang dapaat ikut mengetahui apa yang kita ketahui.

Menulis itu kegiatan perekaman berbagai hal yang terjadi pada diri kita sendiri ataukah pada orang lain, termasuk lingkungan sekitar kita, bahkan dunia. Hal ini terkait dengan kenyataan bahwa kita sudah berada di dalam lingkup kehidupan yang serba global sehingga berbagai pola kehidupan terpengaruh begitu dahsyatnya.

Setiap kejaidan yang terhampar di hadapan kita, pada jalur maupun di luar jalur kehidupan kita merupakan sebuah fenomena yang tidak bakal terulang untuk kedua kalinya dalam kehidupan kita. Sebagaimana sebuah kesempatan yang tersaji untuk kita dari kehidupan. Kesempatan tidak terulang atau datang untuk kedua kalinya. Sangat sulit kita mendapatkan kesempatan yang sama pada saat yang berbeda.

Setiap hari, selama lebih kurang sepuluh menit, aku goreskan ujung pena ke permukaan kertas sehingga beberapa lembar kudapatkan. Buku yang tadinya putih bersih berubah menjadi buku yang terlipat dan penuh dengan rangkaian huruf dan kalimat. Nampaknya kotor sekali!

Aku menulis adalah untuk mengenang apa yang sudah aku lakukan atau apa yang telah terjadi dalam kehidupanku pun kehidupan sekeliling hidupku. Kurasakan hal ini sangat penting sebab kita hidup selalu bergerak ke depan, ke masa depan. Masa sekarang ini begitu singkat untuk kita jalani. Sedekit waktu yang kita lalui adalah masa lalu. Orang bilang tadi!

Aku tidak ingin kehilangan jejak kehidupanku. Aku ingin sellau tersambung dengan setiap jejak kaki dan hidupku, setidaknya hal tersebut dapat kujadikan sebagai tolok ukur keberhasilan dan kegagalan hidupku!

Ya, aku menulis untuk mengenang segala yang telah terjadi!

Negeri ini Perlu Pemimpin yang Peduli

a. Kondisi di Negeri Kita

Jika kita membicarakan masalah kemiskinan di negeri ini, maka hal tersebut tidak ubahnya kita sedang mengurai benang kusut dan basah. Hal ini karena masalah kemiskinan telah menjadi sebuah urusan yang krusial dan seperti lingkaran setan. Tidak diketahui, sebenarnya aspek mana yang men-jadikan hal seperti itu.

Setiap kali kita mencoba untuk menguraikannya, maka selalu meng-hadapi berbagai hambatan, baik secara teknis maupun praktis. Seakan ada upaya untuk menutupi kondisi tersebut sehingga tidak semua orang mengetahui latar belakang yang menyebabkan kondisi seperti itu.

Tentunya jika hal seperti itu dibiarkan berlangsung terus, maka segala upaya untuk mengevaluasi, apalagi memperbaiki kondisi tidak bakal tercapai. Negeri ini tidak menjadi lebih baik, justru menjadi semakin terpuruk.

Kita memang tidak boleh menutup-nutupi kondisiyang sebenarnya terjadi di masayarakat kita. Negeri kita ini sebenarnya sangat miskin, walaupun ke-kayaan alamnya sangat berlimpah. Sungguh, hal tersebut dapat kita lihat dari kenyataan betapa banyaknya anak bangsa yang tidak mendapatkan pekerjaan dan hidup di bawah garis kemiskinan, bahkan garis termiskin.

Selama ini yang kita dapati adanya banyaknya orang, pemimpin yang terlalu banyak obral omong seperti tukang jamu di trotoar. Suaranya lantang lewat pengeras yang berkapasitas sekian ribu watt. Tetapi, pada kenyataannya semua itu hanyalah propaganda bolong! Kita tidak menginginkan pemimpin model seperti ini. Pemimpin yang besar dimulut tetapi tanpa bukti.

b. Perlu Pemimpin yang Berhati Nurani

Ya. Kita memang memerlukan seorang pemimpin yang berhati nurani. Dalam hal ini kita artikan sebagai seorang pemimpin yang selalu menge-depankan hati pada setiap langkah kebijakannya.

Pemimpin yang berhati nurani selalu memandang bahwa sebenarnya setiap elemen bangsa ini adalah sama, tidak ada perbedaan antara satu elemen dengan elemen lainnya berkaitan dengan upaya pembangunan seutuhnya.

Dengan pemimpin yang berhati nurani, maka setidaknya pemimpin tersebut cepat tanggap terhadap setiap kondisi yang dialami oleh masyarakatnya. Mereka tidak akan menutup mata saat melihat kondisi masyarakatnya. Bahkan secara otomatis, mereka segera mengulurkan tangan untuk membantu setiap elemen masyarakatnya yang mengalami kesulitan dalam kehidupan, misalnya terjepit pada dinding-dinding kemiskinan.

Seorang pemimpin yang berhati nurani tidak hanya membuat kebijakan, melainkan juga membuat solusi setiap kebijakan yang telah ditenukan tersebut. Misalnya berkaitan dengan kebijakan penggusuran pemukiman atau tempat usaha masyarakat. Mereka tidak hanya menggusur, melainkan juga membuatkan solusi terbaik bagi mereka yang tergusur sehingga mereka tetap dapat mempertahankan kehidupannya secara layak.

Tentunya, jika pemimpin memiliki hati nurani, maka kondisi carut marut negeri ini dapat diselesaikan secara bijak dan sesuai dengan hati. Pendekatan intrapeprsonal mejadi salah satu cara dari pemimpin yang berhati nurani sehingga atensi seperti ini menjadikan masyarakat merasa begitu dekat dengan pemimpinnya.

c. Pemimpin yang dapat memanusiakan manusia

Memanusiakan manusia? Wah, sungguh sifat tersebut merupakan harapan semua orang. Jika kita mempunyai pemimpin yang dapat mema-nusiakan manusia, tentunya kondisi masyarakat dapat menjadi lebih baik dari sekarang.

Selama ini pemimpin yang kita miliki adalah pemimpin yang mem-posisikan masyarakatnya sebagai obyek dari pemerintahannya dan belum dapat memposisikan masyarakatnya sebagai subyek pemerintahan-nya. Tentunya hal tersebut menjadikan masyarakatnya serba bergantung pada pemerintah sehingga tidak ada kemandirian sama sekali.

Tentunya kondisi ini sama sekali tidak mendidik bagi perkembangan dan pengembangan bangsa secara positif. Dengan memberikan sikap mandiri, maka masyarakat mempunyai kemampuan survival lebih bagus daripada dijadikan obyek, yang segalanya serba tergantung. Oleh karena itulah, maka untuk itu dibutuhkan pemimpin yang memanusiakan manusia.

Sering Orang bertanya Tentang Menulis

Banyak orang bertanya-tanya saat kita mengajak aktif menulis. Mengapa harus menulis? Untuk apa menulis?

Wah, sungguh repot jika sejak awal orang belummemahami konsep dasar dari menulis. Tetapi pertanyaan ini dapat menggambarkan dua kondisi se-seorang terhadap aktivitas menulis. Pertama, mereka memang belum memahami konsep dasar menulis. Kedua, mereka tidak mempunyai kepercayaan diri pada pentingnya kegiatan menulis bagi kehidupan.

Di dalam hal ini kita perlu menyadari bahwa sebagai manusia, kita adalah makhluk dwifungsi, yaitu sebagai makhluk individu dan makhluk social. Se-bagai mahluk individu, manusia mempunyai kecenderungan untuk lebih mem-perhatikan kebutuhan hidup pribadi.

Karena sisi ini, maka tumbuhlah orang-orang dengan sifat egoisme tinggi dan tidak peduli terhadap orang-orang di sekitarnya. Mereka suka memenuhi kebutuhan diri sendiri dan mengacuhkan orang lain.

Orang-orang egois memang menekankan orientasi hidupnya pada pe-menuhan kebutuhan hidup diri pribadi. Persetan orang lain! Orang orang ini berpikir interalistik! Lebih mementingkan diri sendiri daripada memikirkan kebutuhan orang lain.

Pada sisi yang lain, adalah fungsi kedua yaitu sebagai makhluk social, yaitu makhluk yang ditakdirkan untuk selalu berinteraksi dengan makhluk lain, orang lain. Orang tidak dapat hidup sendiri sebagaimana telah dicoba untuk Robinson Crusoe yang ternyata tidak pernah sanggup hidup sendirian!

Dalam konsep ini dikatakan bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri. Manusia tidak dapat mengunggulkan diri sendiri dan menganggap rendah orang lain. Hanya orang-orang munafik dan narsis yang menyombongkan diri pribadi dan menganggap orang lain ada di bawah dirinya. Terlalu!

Karena posisi dalam kehidupan inilah, maka setiap orang selalu ingin menampilkan eksistensi dirinya sehingga dikenal oleh orang lain secara luas. Dan, salah satu cara terefektif di dalam memperkenalkan diri secara luas dengan mengeksplore semua jati diri adalah dengan menulis.

Beragam tulisan dapat dihasilkan oleh semua orang yang berkeinginan untuk menulis. Ketika seseorang melihat seorang penulis bekerja, maka mereka seakan dihipnotis oleh sebuah kekuatan sedemikian hebatnya. Bagi mereka kemampuan yang ditunjukkan oleh seorang penulis sedemikian rupa sehingga memberikan kekuatan untuk berjuang.

Sering, bahkan banyak orang yang bertanya bagaimana cara menulis sehingga mampu menghasilkan tulisan bermakna dan berguna bagi masyarakat, minimal untuk diri sendiri?! Masalahnya adalah, mereka hanya terbatas pada bertanya bagaimana menulis tersebut! Tanpa ada usaha untuk mewujudkan segala keinginan tersebut secara nyata. Mereka hanya ingin tahu dan tidak ingin dapat melakukan!

Kamis, 17 Juli 2008

Hari ini Kurasa Matahari Membakarku

Hari ini kurasakan matahari membakar diri dan hatiku. Sejak pagi kurasakan sengatannya begitu menusuk permukaan kulit ariku. Membakar habis seluruh bulu yang tumbuh subur di sepanjang lengan tanganku. Sekejapan kuihat butiran keringat mengalir dari pori-pori dan membasahi pangkal bulu lenganku.
Tetapi, setiap hari aku sudah bertekad, Kalahkan Matahari! Biarkan sinarnya menyengat! Terima semua itu dengan senang dan bahagia hati. Suka citalah karena adanya matahari. Dapat kita bayangkan seandainya bumi tanpa matahari!
Maka, aku tidak pernah merasa takut menantang matahari! Matahari itu bagaikan harimau, sekejam apapun harimau, dia tidak akan memangsa anaknya sendiri. Begitu juga halnya dengan matahari, Matahari adalah ibu yang menghangatkan bumi seisinya. matahari adalah ibu yang memberikan kasih sayangnya pada sang anaknya. Tidak mungkin matahari menerkam dan menghanguskan kita!
Ya, Walau hari ini kurasakan matahari menyengat dan membakarku, tapi aku yakin bahwa semua itu adalah bentuk kasih sayang dan cinta kasih yan diberikan matahari pada bumi seisinya. Matahari tidka pernah menjadikan kita mati! Justru tanpa matahari, kita dapat mati!
Biar matahari membakar kulit kita, justru kulit kita menjadi kuat dan segar, walau mungkin agak gosong, tetapi sehat!

Rabu, 16 Juli 2008

Menjaga Konsistensi Kemauan Menulis

Wah, bagaimana caranya kita menjaga konsistensi dalam menulis? Padahal menulis itu kegiatan dengan tingkat kebebasan tinggi sebab hal tersebut merupakan pengejawantahan dari sikap diri. Menulis itu upaya untuk mengeks-presikan suasana dan keinginan hati.

Menulis itu adalah sebuah kebebasan. Kita tidak dapat memberikan batasan-batasan khusus pada proses menulis. Jika hal tersebut dilakukan, maka hal tersebut merupakan pengebirian kreativitas! Jika kegiatan atau proses penulis dibatasi dengan berbagai aturan dan konsistensi khusus, maka hal tersebut tidak berbeda dengan pemangkasan terhadap kemampuan diri.

Tetapi, ketika kegiatan menulis diberikan kebebasan, ternyata yang ter-jadi adalah sebaliknya. Mereka melakukan kegiatan kelewat batas. Bahkan menyimpang dari pakem yang seharusnya. Era globalisasi dengan segala konsekuensi dan dampaknya menjadikan dunia tulis menulis sebagai lahan subur untuk menyampaikan pendapat, gagasan dan beragam keinginan.

Dari sisi pribadi, seringkali kegiatan kepenulisan kita menyimpang dari konsep awal yang sudah kita tetapkan, sehingga menghilangkan cirri khas yang sudah terbangun. Konsistensi seorang penulis terhadap ragam tuliusan atau materi tulisan merupkan aspek penting sehingga rangkaian tulisannya dapat diikuti secara baik oleh pembacanya.

Memang, kita dapat saja menulis secara generalis, menyeluruh, tetapi hal tersebut sangat menuntut atas multiple intelegency seseorang. Jika kekuatan itu tidak dimiliki, tentunya akan terjadi penyimpangan konsep. Tidak heran ke-mudian terjadi penulis yang terbawa arus. Banyak penulis yang hanya menulis berdasarkan arus yang sedang terjadi di masyarakat semata. Tanpa kreativitas yang berarti.

Untuk hal tersebut, maka kita harus menjaga konsistensi menulis kita. Kita harus menjaga agar jangan sampai konsep tulisan kita terlalu menyimpang dari konsep dasar yang sudah kita canangkan. Jika terjadi penyimpangan, tentunya hal tersebut dapat memutus rangkaian gerbong materi yang sudah kita plot untuk tulisan tersebut.

Konsistensi menulis adalah ketaatazasan terhadap konsep-konsep dasar yang menjadi jalur kepenulisan. Ada banyak hal yang menjadi konsep ini, misalnya penggunaan ragam bahasa yag baik dan benar, penggunaan tanda-tanda baca, diksi dan sebagainya. Bahkan, tidak jarang konsistensi inidijadikan sebagai salah satu syarat untu kegiatan penulisan yag dilombakan.

Ya. Selama ini konsistensi tersebut masih terbatas pada perlombaan menulis yang diumumkan secara luas. Tetapi, sebenarnya konsistensi tersebut berlaku untuk semua tulisan yang dipublikasikan. Setiap media massa sellau menerapkan konsistens tersebut pada setiap artikel atau naskah yang dimuat pada setiap edisinya. Oleh karena itulah, maka di setiap media massa selalu ada editor-editor handalnya.

Mengapa di setiap media massa selalu ada editor-editor yang handal?

Sekali lagi kita ungkapkan disini bahwa setiap media massa selalu ingin semua artikel atau berita yang dimuat dalam edisinya adalah artikel atau berita yang terbaik, sesuai dengan ketentuan yang diberlakukan di media tersebut. Sementara sumber naskah berita atau artikel tersebut ada yang berasal dari masyarakat, yang tentunya kualitas tulisannya beragam. Ada naskah yang sudah proporsional sesuai dengan ketentuan, tetapi tidak sedikit naskah yang perlu pembenahan di sana sini. Disinilah tugas seorang editor sangat diperlukan.

Dengan kondisi seperti itu, sebenarnya terbuka luas bagi kita untuk berkreasi dengan tulisan. Dunia tulis menulis adalah dunia bebas yang masih membutuhkan banyak orang pegiat. Hal ini terkait dengan kenyataan bahwa tidak semua pegawai, wartawan media massa dapat berada ditempat yang tepat saat ada kejadian. Masyarakat merupakan sumber berita yang cukup signifikan bagi media massa.

Sekarang ini banyak media massa yang telah memposisikan masyarakat sebagai sumber berita yang cepat dan tepat dan ini merupakan kesempatan yang luas bagi mereka yang mempunyai kemampuan menulis atau mereka yang ingin mengasah keterampilan menulis. Mereka yang mampu menangkap fenomena tersebut secara aktif melakukan berbabagi cara agar dirinya berkemampuan menulis.

Ya. Cara yang mereka lakukan adalah dengan berlatih menulis. Berbagai kelas menulis mereka ikuti. Berbagai workshop kepenulisan mereka ikuti untuk dapat mempeorleh bekal keterampilan menulis yang diharapkan. Semakin keras mereka belajar dan berlatih , maka ketercapaian tujuan penguasaan keteram-pilan menulis semakin cepat tercapai.

Dalam hal ini, kita harus berprinsip bahwa menulis itu bukan bakat! Menulis itu adalah sebuah keterampilan yang dapat dipelajari dan dilatih! Pengertian ini harus benar-benar dipahami oleh setiap orang sehingga tidak ketakutan sebelum berperang. Kita harus mengakui bahwa sangat banyak orang yang ketakutan untuk menulis hanya karena terikat pada asumsi bahwa menulis itu adalah bakat seseorang. Banyak orang yang enggan menulis sebab merasa tidak ada bakat, tidak ada garis keturunan yang memberinya kemampuan untuk menulis.

Memang sebenarnya segala kemampuan yang dimiliki oleh seseorang didapatkan dari proses belajar, bahkan ada yang mengatakan bahwa di dalam drii seseorang bakat hanyalah sejumlah 1 % sedangkan 99%-nya adalah usaha, salah satunya adalah proses belajar. Semua orang pada dasarnya mempunyai kesempatan yang sama pada penguasaan keterampilan, dalam hal ini keteram-pilan menulis. Dan, tingkat kualitas penulisan tergantung pada seberapa besar usaha yang dilakukan untuk proses penguasaan keterampilan menulis tersebut.

Orang Jawa mengatakan bahwa Kacang gak ninggal lanjaran atau buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Kedua pepatah ini mempunyai pengertian yang sama bahwa seseorang itu sebenarnya mempunyai sifat tidak berbeda, tidak jauh dari orangtuanya (lanjaran atau pohonnya). Bagaimana sifat seseorang tergantung bagaimana sifat orangtuanya. Ini pepatah yang cukup menarik perhatian dan sering dijadikan sebagai alasan pada latar belakang kemampuan seseorang.

Disinilah kita harus berbuka hati bahwa sebenarnya pepatah tersebut hanyalah bombongan hati semata. Tidak selalu sifat seseorang adalah turunan atau warisan dari orangtuanya. Apalagi dalam masalah kemampuan atau ke-terampilan seseorang. Rasanya hanya sebuah pembenaran semata jika seseorang mengatakan bahwa keterampilan yang dimilikinya adalah warisan dari orang tuanya. Ini sebuah lelucon yang tidak lucu!

Terkait pada kemampuan atau keterampilan menulis, maka sungguh hal yang lucu jika kita mengatakan kita tidak berkemampuan menulis hanya karena orangtua kita bukan seorang penulis. Memang banyak orang-orang yang menjadi penulis karena orangtuanya penulis atau menjadi guru karena orang tuanya guru. Menjadi petani karena orangtuanya petani. Tetapi semua itu bukan semata-mata sebagai proses pewarisan, melainkan semata-mata akibat dari kondisi saja.

Seseorang yang orangtuanya penulis dapat menjadi penulis sebab setiap saat dalam kehidupannya yang dihadapi, dilihat adalah proses kreatif yang dilakukan oleh orangtuanya. Orang bisa karena biasa. Ada pepatah yang mengatakan bahwa Ala bisa karena biasa! Bahwa seseorang dapat melakukan sesuatu karena dia terbiasa menghadapi kondisi tersebut. Jadi bukan karena proses ‘pewarisan’ kemampuan.

Bolehlah seseorang itu anak seorang penulis handal, tetapi tanpa proses latihan, maka faktor keturunan tersebut sama sekali tidak ada perannya sama sekali. Tetapi, jika dia anak seorang penulis dan selanjutnya berlatih dan berlatih terus menerus, maka keterampilan tersebut terasah dan menjadi mahir.

Seseorang yang menjadi penulis karena latar belakang keluarga yang penulis dimungkinkan sebab setiap hari mereka berkutet dengan proses menulis. Setiap saat mereka melihat ayah mereka atau ibu mereka melakukan kegiatan menulis. Mereka memang terkondisikan seperti itu. Mereka mampu karena setiap hari melihat kebiasaan seperti itu. Ala bisa karena biasa!

Ya. Lingkungan tetap memegang peran sangat penting di dalam peng-kondisian ini. Orang bilang, dengan siapa kita bergaul, maka seperti itulah kita! Oleh karena itulah, maka salah satu cara agar kita dapat menulis adalah selalu berada di lingkungan orang-orang yang suka menulis. Kita harus selalu berada di dalam lingkaran komunitas orang-orang yang menjadikan kegiatan menulis sebagai kegiatan harian.

Jika kita selalu berada di sekitar komunitas menulis, maka secara tidak langsung diri kita juga terbiasa untuk melakukan kegiatan yang sama. Maka, sekali lagi bergaullah dengan orang-orang yang suka menulis jika ingin mejadi penulis. Orang-orang secara ekstrim mengatakan : Bergaullah dengan maling, maka kita pasti akan menjadi maling. Menganalogkan dengan hal tersebut, maka bergaullah dengan penulis, maka kau akan menjadi penulis!

Begitulah, sekali lagi menulis itu sebuah keterampilan yang dapat dipel-ajari. Kondisi ini mengisyaratkan bahwa setiap orang dapat menjadi penulis. Setiap orang berkemungkinan mengembangkan diri dalam dunia tulis menulis tanpa takut bukan dari keluarga penulis. Jika kita selalu berada di lingkungan orang-orang yang suka menulis dan ikut berlatih untuk menulis, maka yakinlah suatu saat kita dapat menjadi seorang penulis. Tentunya, semua tidak dapat mengabaikan faktor latihan dan latihan. Percuma kita berada di lingkungan atau komunitas penulis dan berharap secara otomatis menjadi penulis jika kita sama sekali tidak pernah latihan menulis.

Kemauan sebagai modal utama

Hal lain yang menjadikan kita mempunyai keterampilan menulis adalah adanya kemauan yang kuat dari dalam diri agar mampu menulis. Kemauan ini merupakan motivator terbaik dalam segala hal, termasuk menulis. Hal ini adalah motivasi intriksi dan lebih bersifat permanen daripada motivasi ekstrinsik, akibat pengaruh orang lain.

Ingatlah pada saat kita mempunyai kemauan atas sesuatu. Maka segala hal kita lakukan agar dapat mencapai keinginan tersebut. Dengan sekuat tenaga kita berusaha menggapai keinginan tersebut, apalagi saat kita masih kecil, kita bahkan sampai harus menangis, mengggelosor di bawah etalase toko. Ini me-rupakan usaha agar keinginan atau kemauan kita dapat tercapai, yaitu dituruti oleh ayah atau ibu kita. Lantas, mengapa kita tidak dapat intens seperti itu pada saat kita berkemauan untuk menjadi seorang penulis?

Menulis sangat membutuhkan kemauan yang kuat untuk mewujudkan gagasan yang ada didalam otak. Dengan kemauan yang ada di dalam hati dan otak, maka telah tersusun sebuah jembatan penghubung antara dunia dalam diri dengan dunia di luar diri.

Prinsip di dalam kepenulisan adalah menyambungkan dunia dalam diri (inert) dengan dunia di luar diri (extert). Kedua dunia ini sebenarnya merupakan rangkaian gerbong kehidupan yang jalur relnya dibatasi oleh sebuah wadag. Jika jalur rel dapat dibuka, maka tentunya kereta dan gerbong dapat segera me-luncur, baik yang keluar dari diri maupun yang memasuki dunia dalam. Proses transportasi inilah yang selanjutnya mampu memberikan konstribusi atas ter-wujudnya sebuah koneksi antar kondisi.

Dunia luar menghadirkan berbagai fenomena dan dunia dalam menyim-pan fenomena yang terangkut oleh gerbong inetarksi yang ada. Fenomena yang memasuki gerbang dan istana dunia dalam selanjutnya mengalami proses identifikasi dan proses spesifikasi sehingga menjadi sebuah konsep siap terbit.

Orang-orang yang mempunyai kemauan besar pasti segera menangkap fenomena ini sebagai sebuah sarana untuk mengaktualisasikan dirinya. Setiap orang mempunyai kemampuan untuk menerima fenomena alam ini sebab setiap orang merupakan bagian dari kehidupan ini. Setiap saat mereka pasti harus menghadapi permasalahan yang muncul dalam kehidupan ini. Dan, yang ter-penting adalah bahwa setiap manusia itu mempunyai kemauan. Setiap orang mempunyai nafsu untuk mewujudkan kemauan driinya.

Jika nafsu ini benar-benar kita kelola, maka sebenarnya eksistensi nafsu bagi manusia sangatlah bagus. Coba kita bayangkan seandainya manusia tanpa nafsu?! Tentunya hidup seperti air di bak mandi. Tenang tanpa kecipak apalagi riak yang menandakan kehidupan.

Ya, kemauan menjadi salah satu penentu keberhasilan kita di dalam kegiatan. Hidup menjaga sesuatui yang biasa-biasa saja. Tidak ada riak yang menunjukkan adanya greget kehidupan. Hidup tanpa kehidupan, dapat kita bayangkan kondisi seperti itu?

Di dalam kepenulisan, kemauan merupakan modal utama untuk mewu-judkan sebuah tulisan yang kita inginkan. Dengan kemauan yang kita miliki, maka setidaknya kita dapat menggambarkan kondisi yang akan kita ungkapkan.

Ya, jika kita ingin memasuki dunia kepenulisan, maka setidaknya kita perlu menjaga konsistensi kemauan di dalam kepenulisan tersebut. Jika kita kehilang-an konsistensi tersebut, maka banyak hambatan yang bakal menghalangi proses kreatif yang sudah kita bangun.

Menulis itu pada dasarnya adalah refleksi dari sekian banyak kemauan dalam diri kita. Semakin besar kemauan kita, maka semakin besar kemungkinan keberhasilan kita dalam menggeluti dunia kepenulisan.

Memang, untuk mengawali sesuatu adalah sulit. Setiap saat kita harus menghadapi berbagai hambatan, baik dari dunia luar maupun dunia dalam. Tetapi jika kita sudah mampu mensinkronkan kondisi antaradunia luar dengan dunia dalam, maka segala sesuatu dapat mengalir begitu saja. Kita tidak perlu repot-repot harus melakukan tapa brata hanya untuk menuliskan sebuah gagasan. Kita tidak perlu mengasingkan diri untuk dapat menghasilkan sebuah tulisan. Dimanapun kita berada, maka jika saat tersebut kita mau menulis, maka kalimat-kalimat akan mengalir begitu deras.

Kapanpun kita mau, jika ada mesin ketik, keyboard komputer atau selembar kertas dan pensil, maka pada saat tersebut kita dapat menuangkan gagasan yang menumpuk di dalam hati dan otak sehingga terwujud sebuah tulisan yang cukup bagus.

Oke, selamat memompa semangat untuk ikut berkiprah dalam dunia tulis menulis yang selalu membuka pintu bagi semua orang yang ingin bergabung.

Senin, 14 Juli 2008

Hari Pertama

Hari ini adalah hari pertama aku harus berkoar-koar di depan anak-anak. Rasanya ada sesuatu yang begitu plong saat satu-satu kata dan kalimat kulontarkan di hadapan mereka, setelah hampir dua minggu liburan semester kedua, kenaikan kelas anak-anak.
Hari ini, aku harus bekerja keras lagi. Walau sebenarnya sejak kemarin kemarin aku tidak pernah liburan sebab posisiku sebagai pengelola penerimaan siswa membuatku tidak mungkin meninggalkan tempat. Tetapi sat kemarin itu kan hanya berhubungan dengan para calon yang hanya keluar masuk tanpa mengharuskan aku berteriak atau berbicara panjang lebar.
Dan, hari ini aku yakin bahwa aku semakin banyak berkreasi sebab semakin banyak bahan yang dapat kutulis. Bergaul dengan para rekan dan anak-anak merupakan hamparan bahan tulisan yang sangat bermutu dan bagus untuk ditulis dan disimpan sebagai rekaman sejarah perjalanan hidup.
Hari pertama merupakan hari terpenting bagi kita semua, sebagaimana saat kita pertama kali dapat berjalan, dapat menulis, dapat membaca, dapat bekerja dan sebagainya.
Hari pertama adalah hari terbaik bagi kehidupan kita, jadi berilah kesan terbaik untuknya. Ingat, kesan pertama sangat menentukan dan selnajutnya terserah anda!

Sabtu, 12 Juli 2008

Seringkali aku mengelus dada kerempengku, saat aku harus menyaksikan betapa masih bayak saudara kita yang terjebak atau terjerumus pada tindak-tindak negatif, terutama anak-anak muda yang masih belia.
Aku tidak mengerti, mengapa mereka begitu gampang membuang waktu-waktu berharga dengan berkongkow, bergerombol di pinggir-pinggir jalan kota atau diarena yang dikatakan sebagai jogging track?
Sementara, sejuta tugas hidup, belajar dan rumah sama sekali tidak pernah mereka sentuh. Manakah yang menjadi sambilan, belajar ataukah kongkow bergerombol dengan teman-teman?
Sementara tidak sedikit yang kemudian membentuk kelompok-kelompok, yang alih-alih memperbaiki kondisi, eh malah saling hajar dengan alasan sebagai masa orientasi menjadi anggoa kelompok!
Mengapa sekarang tidak seperti dahulu, anak-anak lebih tekun belajar, lebih konsen pada upaya mengembangkan diri menuju dan memapak kehidupan yang lebih baik?!
Aku tahu bahwa gangguan kehidupan sekarang jauh lebih berat darpada masa lalu, tetapi mengapa mereka tidak pernah bercermin pada kondisi terbaik untuk kehduan mereka?
Apakah begitu angkuh dan malu bagi mereka untuk sekedar mengambil nilai-nilai positif dari kehidupan yang telah ditanamkan dan dikembangkan oleh para tetua dahulu? Apakah sudah sebegitu kuno segala kebiasaan dan olahrasa, olahkarsa dan olahkriya serta olahhati yang sudah dibuat oleh para leluhur kita?
Wah, itu kan dulu! Begitu setiap kali kita dengar keluar begitu saj dari bibir anak-anak saat kita mengingatkan agar mereka bercermin pada kondisi terbaik di masa lalu!
Lantas, bagaimana sekarusnya kita?

Biarkjan Tulisanmu Mengalir

Seharusnya kita menjalani hidup sebagaimana air yang mengalir pada sungai. Air itu mengalir begitu saja, kemana sungai mengarah, maka mereka mengikuti saja. Walaupun sepanjang perjalanan harus mengalami hambat, mereka tidak gentar. Mereka terus mengalir. JIka didepan mereka ada hambatan, maka mereka menyesuaikan diri dengan mencari jalur lain sehingga mereka tetap mengalir. Bahkan, ada yang begitu keras sikapnya sehingga yang emnghalangi jalur alirnya, maka mereka menggerusnya sehingga terjadi pengikisan dinding tebing tangkis sungai. Air mampu menggerus tangkis yang padat.
Ya, menulis seharusnya seperti itu. Mengalir kemanapun hati menginginkannya. KIta tidak perlu mengekang tangan kita saat hati mengisyaratkan untuk menuliskan berbagai hal dari kehidupan ini. Menulis itu sebuah lahan bebas dimana kita dapat berteriak, memaki, menjerit sakit, bahkan rasan-rasan terhadap kondisi hidup tanpa ada rasa takut.
Bebas dan bebaskan apresiasi hidup kita dalam bentuk tulisan! jangan biarkan otak kita pecah karena harus menanggung beban pikiran yang terus menumpuk tanpa ada tempat penyalurannya, tempat sampah atau tempat arsip file!
Biarkan tulisanmu mengalir memenuhi seluas permukaan bumi dan biarkan semua orang berkesempatan untuk ikut membaca segala ungkapan uneg-uneg hatimu. Kita tidak hidup sendirian di dunia ini, maka biarkan orang lain ikut membantu penyelesaikan masalahmu.
Biarkan tulisanmu mengalir, jangan pernah membendungnya sebab semua itu hanya akan menjadikanmu kerdil dalam kehidupan yang serba meraksasa ini!

Jumat, 11 Juli 2008

Senangnya dapat menulis

Duh, senangnya saat dapat menulis!
Segala hal ditulis untuk mengutarakan gagasan hati dan menunjukkan eksistensi diri. Tidak heran jika banyak orang yang suka sekali menulis! Bahkan menjadikan menulis sebagai profesi utama bagi kehidupannya.
Saat semua gagasan sudah mengalir dan tersalurkan di atas kertas atau layar monitor komputer, rasanya rongga dada dan ruangan otak menjadi ringan. Otak yang berdetak-detak, jantung yang berdenyut-denyut dan paru yang terus saja berdegap, saat itu seakan telah kehilangan isi. Diri seakan sudah kehilangan beban!
Dengan selesainya sebuah tulisan, maka seluruh isi di otak dan hati sudah mengalir keluar lewat jembatan penghubung dunia dalam diri dengan dunia luar diri. Dunia dalam diri seakan lapang sebab seluruh isinya sudah mengalir keluar!
Rasanya, sangat rugi jika kita tidak segera mengabail pena, kertas atau nyalakan komputer, duduk manis dan mulailah menulis!
Apa saja kan dapat ditulis, misal kejadian di pagi hari dalam keluarga tetangga, kegiatan pagi yang harus kita lakukan sebelum kita menuntaskan kewajiban kerja atau mungkin kejadian saat mengendarai sepede menuju ke kantor atau tempat kerja! Tidak adakah kejadian selama kita hidup sehari? pasti ada!

rasakanlah betapa senangnya setelah selesai menuntaskan sebuah tulisan. Jadilah anda sebagai orang selanjutnya yang bakal menerima kebahagiaan atau kesenangan setelah selesai menulis!
Anda ingin bahagia kan?! Lantas tunggu apa lagi ? Menulislah!

Aku Malu jika tidak Menulis

Benar! Jika sehari atau sepuluh menit saja aku tidak menulis, rasanya aku mempunyai banyak hutang yang harus segera dilunasi. Sementara waktu tidak mungkin kembali lagi.
Sesaat waktu yang kubuang tanpa kegiatan menulis bagaikan sejarah yang terputus linknya dan menjadikan sebuha kota hilang tak ketahuan rimbanya.
Aku juga malu jika tidak menulis sebab dengan tidak menulis berarti aku telah mengabaikan kejadian yang telah Tuhan ciptakan bagi kita sedemikian rupa sehingga dapat dijadikan sebagai patokan kegatan hidup selanjutnya.
Dan, Tuhan memberikan kesempatan bagi kita hanya sekali. Apa yang terjadi dan tersaji di hadapan kita hanyalah sekali dalam hidup kita. Seperti makanan di rumah makan, apa yang tersaji untuk kita hari ini tidak bakal terulang sama pada hari yang lainnya. memang makananya tetap, tetapi citarasa yang ada tidak bakal sama dengan yang kemarin.
Hari ini kita makan rawon, sate atau yang lainnya dan besok kita makan yangs ama, ternyata citarasanya tidak bakal sama!
Maka, sangatlah rugi bagi kita jika sesaat saja kita meninggalkan kegiatan menulis kita. apalgi jika kita harus berinteraksi dengan orang lain, masyarakat Tentunya kita bakal sangat malu, sebab yang kita tulis saat sekarang sebenarnya sudah menjadi kenangan bagi orang lain yang kemarin ternyata sudah menulisnya.
Apakah selamanya kita akan ketinggalan informasi?
Ya, tulisan setiap saat agar kita tidak tertinggal dan malu karena tidak menulis!

Jangan Takut Menulis, Ya!

Ya, jangan takut menulis! Itu merupakan pesan terbaik bagi mereka yang suka dan kepingin menjadi penulis. JIka seorang 'calon' penulis ketakutan menulis, mana mungkin dapat jadi penulis? Sama juga bo'ong jika ada orang takut dan dapat menjadi sesuatu yang ditakutkan. (tapi kalau takut pada hantu, mungkin sangat mudah menjadi hantu, kali aje!)
Menulis itu adalah keterampilan, seperti sudah dibahas di tulisan terdahulu atau oleh banyak pakar tulis. Dan, karea sebuah keterampilan, maka semua orang dapat saja menjadikan dirinya seorang penulis. Tidak selalu membutuhkan talenta atau bakat, cukup banyak berlatih maka kita dapat.
Kita melihat bahwa semua orang dapat bersepeda sebab bersepeda itu keterampilan sehingga semua orang dapat berlatih dan berlatih sehingga mampu bahkan sangat ahli dalam bersepeda!
Menulis itu keterampilan. JIka kita selalu berlatih untuk menulis, maka dalam waktu yang tidak lama, keterampilan tersebut dapat kita miliki dan kita menjadi seorang penulis, beken!
Maka, sekali lagi semua orang, penulis akan berpesan pada kita, yang mulai meneynangi dan ingin bergelut dengan dunia tulis menulis, bahwa kita tidak boleh takut menulis!
Takut itu hanyalah hambatan!
Masalah apa yang ditulis, ya tulis apa saja yang kita lihat, kita tahu, kita raba, kita endus, kita dengar, abhkan apa saja yang dapat kita prediksi!
Menulis itu tidak harus kenyataan, melainkan dapat kita beri bumbu agar lezat dan pantas untuk disantap di pagi hari, siang hari, petang hari, ataumalam hari. Bumbunya? Terserah anda dong! Sebab bumbu itulah yang menentukan lezatnya makanan atau tulisan kita!
bagaimana, sudah berani menulis?!

Kamis, 10 Juli 2008

KuLihat Di Sepanjang Jalan

Ya, setiap hari kulihat di sepanjang jalan, saat aku berangkat menunaikan tugas dn kewajiban hidup, atau pada saat aku pulang istirahat setelah seharian membanting tulang untuk menepati janji bakti pada anak bangsa.
Tetapi, aku hanya dapat melihat dan melihat saja. mencatatnya di dalam hati dan kemudiannya menuangkannya di permukaan lembaran kertas, saat aku sudha sampai di rumah. Begitulah yang dapat kulakukan untuk menanggapi kondisi tersebut.
Setiap pagi, ketika aku berangkat menunaikan tugas, disetiap perempatan jalan yang kulalui selalu kudapati anak-anak kecil yang menodongkan tangan, meminta uang receh. Dan aku selalu berada pada persimpangan jalan, antara memberi dan tidak memberi. Kalau aku memberi, itu artinya aku telah menyetujui 'kegiatan' yang mereka lakukan sebagai sumber pencarian hidup. Artinya aku telah ikut memberi kesempatan pada anak bangsa untuk menjadi peminta-minta. Tetapi jika aku tidak memberi, berarti aku telah kehilangan kesempatan untuk berbuat baik pada sesama.
Sebenarnya, manakah yang lebih berarti memberi mereka ataukah tidak memberi?

Ini Hari Jum'at

Wah, hari Jum'at merupakan hari istimewa bagi kita sebab pada hari ini kita pasti melaksanakan 1/40 persen bagian dari ibadah haji.
Bagiku, hari Jum'at sangat istimewa sebab pada hari ini biasanya aku mempunyai banyak waktu untuk menulis. ya, aku punya banyak waktu untuk menuliskan apa yang ingin kutulis.
Mengapa?
Pada hari Jum'at tugas atau kegiatan di tempat kerja diperpendek, kalau biasanya pulang jam satu siang, maka pada hari ini kegiatan dituntaskan jam sebelas. Dengan demikian kuantitas stress berkurang dan kualitas pikiran terkonsen pada kualitas prima menuju pada yang tersuci.
Dan, selalu setelah menyelesaikan tugas dan kewajiban yang hanya satu jam setengah, maka pikiran menjadi fresh, segar dan berbagai ide atau gagasan bermunculan begitu subur di dalam otak.
Kebanyakan apa yang kutulis adalah hasil pada hari Jum'at, suasana sepi, nyaman dan penuh dedikasi religius yang sangat prima.
Walau setiap saat aku selalu sempatkan menulis, barang dua atau tiga paragrap, tetapi pada har Jum'at aku bisa mendapatkan tulisan hampir dua atau tiga kertas folio bergaris. Sungguh besar kemulyaan di hari Jum'at.
Tak heran jika aku produktif menulis pada hari Jum'at, setelah kuserahkan seluruh konsen diri dan hati pada sang Empunya.

Penulis adalah Saksi Sejarah

Kita menyadari dan mengakui bahwa sebuah kejadian yang kita alami sekarang bakal terulang lagi persis atau tidak persis sebagaimana kejadian sekarang. Hari ini kita menghadapi sebuah masalah dan berhasil menyelesaikan masalah tersebut.
Kejaidan tersebut, seharusnya tdiak perlu terulang, apalagi jika kejadian tersebut negatif bagi hidup kita. Walau sebenarnya, negatif ataupun positifnya kejadian adalah relatif. Seseoang mungkin menganggap sebuah kejadian adalah negatif, tetapi ada juga yang menganggapnya positif.
Dalam hal inilah, maka perlu ada catatan tertulis yang merekam kejadian sedemikian rupa sehingga pada saat kita menghadapi masalah yang sama, maka kita sudah mempunyai sedikit langkah penyelesaiannya.
Maka, tulislah sedikit atau banyak kegiatan atau kejadian dalam hidup kita sehingga pada saat kita menghadapi hal yangs ama, maka kita mampu menyelesaikan amsalah secara ciamik.
Ya, menulis itu saksi sejarah. Berapa banyak kejadian amsa lalu yang terselamatkan, dalam arti dapat diketemukan dan dikaji ulang karena adanya tulisan dari orang-orang yang gemar menulis. Nah, Siapa tahu tulisan kita saat ini dapat menjadi saksi sejarah di masa mendatang?

Rabu, 09 Juli 2008

Menulis Untuk Membuka diri

Seringkali kita tanpa sadar mengalami kebuntuan diri sehingga merasakan hidup begitu sempit dan membatasi jarak langkah kaki. Jika kita tidak mampu menerima kondisi tersebut, maka mengatakan bahwa hidup tidak bersahabat dengan kita.
Saat kita menghadapi kondisi seperti ini, maka menulis diakui sebagai salah satu kunci menuju penerangan diri. Dengan menulis, maka kegelapan yang menyelimuti kita sedikit demi sedikit dapat dikuat dan memberikan kesempatan bagi sang matahari untuk memancarkan sinarnya ke diri kita.
Bagaimana-pun kebuntuan yang kita alami tidak boleh terlalu lama mendekam di dalam diri. kebuntuan tersebut harus segera diusir agar kita dapat segera melanjutkan aktivitas hidup kita.
Ada sebuah rumor, jika suatu saat kita menghadapi sebuah gang buntu dan dibelakang kita ada seekor anjing ganas, apakah kita harus menyerah? Apakah kita akan menyerahkan daging tubuh kita untuk disantap anjing ganas tersebut?
Tentunya, tidak!
Begitulah, kebuntuan harus diusir darai diri kita dan salah satunya adalah dengan mengungkapkannya secara tertulis sehingga apa yang menjadi masalah didalam diri kita sedikit demi sedikit dapat disalurkan keluar diri.
Maka, marilah kita menuliskan segala yang dirasakan di dalam hati, apalagi saat diri mengalami kebuntuan. Jangan menyerah pada kondisi buntu, sebab bagaimanapun kita tidak boleh begitu gampang menerima kondisi, apalagi jika hal tersebut mengakibatkan kita terhenti dari kegiatan hidup kita.
Jangan berhenti hanya karena kita sedang berhadapan dengan tembok buntu! Berjuanglah untuk menjebol tembok buntu tersebut atau hadapi kondisi yang menghadang kita dengan menuliskan semuanya setiap permasalahan secara rinci! Tidak sulit kok!

Senin, 07 Juli 2008

Lihatlah Diri Kita

Saat aku duduk di depan komputer, bermain internet di warnet, maklum aku belum dapat memasukkan internet ke rumah ku! Di luar warnet kulihat cahaya sinar matahari begitu sengit. Orang-orang yang lalulalang kelihat 'nyengir' menahan panasnya sinar matahari.
Aku semakin masyuk dengan ketukan ujung jari pada tuts keyboard yang sedikit gelap sebab lapu tidak dinyalakan. Tapi bukan masalah.
Tetapi, suara raungan sepeda motor dan mobil yang terus terusan merangkak dijalan depan warnet seringkali mengganggu konsentrasiku. Untung saja aku terbiasa kondisi seperti itu, sebab aku tahu benar siapa diriku (wah, agak narsis nicH!)

Minggu, 06 Juli 2008

Menantang Matahari

Setiap hari rasanya bumi semakin panas. Bukan karena matahari buka cabang dimana-mana, tetapi semata karena pola kehidupan yang semakin tidak terarah dan seenak udel masing-masing orang. Satu orang dengan orang yang lainnya seakan saling mengintai kelengahan dan mencaploknya sebagai mangsa.
Kita tidak mengingkari hal tersebut sebab setiap hari semua itu terjadi di depan mata kita. Setiap hari kita harus menyaksikan betapa orang saling menyergap hanya untuk mendapatkan sebutir modal kehidupan. Ya, hanya sebutir yang mereka inginkan, sebab jika pingin yang banyak semakin sulit.
Dan, disini, aku terus saja melangkahkan kaki. Terus saja kuhembuskan nafas sisa pembakaran di dalam tubuhku. Dan, kuhisap oksigen banyak-banyak agar darahku tidak teracuni oleh karbon dioksida yang mengalir dari cerobong pabrik dan mulut knalpot yang terus saja berhamburan, seperti orang yang tengah asyik merokok tanpa memperdulikan kesehatan orang-orang di sekitarnya.
Memang sulit untuk menghindarkan kondisi seperti ini sebab perkembangan teknologi seakan melahap apapun yang menghadang, bahkan pepohonan di hutan yang lebat. Amblas! Tidak terkecuali tanah makam!
Jika dahulu orang hidup ketakutan setiap kali melewati tanah makam, katanya seram dan banyak hatunya, maka sekarang ini justru tanah makam, keseraman dan para hantu tersebut sudha ketakutan pada orang hidup Sekarang tidak ada lagi keseraman tanah makam. Tidak ada kejengahan saat melewati tanah makam pada saat malam gelap dan sunyi. Justru, setan, genderuwo dan sebangsanya sangat takut saat orang-orang mendekatinya.
Ya, tanah lapang sekarang ini ketakutan pada orang hidup. Kalau dahulu orang hidup takut pada orang mati, sekarang ini, bahkan anak kecil saja berani mengantar mayat menuju ke kuburan! Tumbuhan yang ada di dalam makam-pun sekarang giat menghasilkan buah sebab tidak ada lagi yang takut memakannya.
Sekarang ini memang kita tidak perlu merasa ketakutan atas segala hal yang terjadi dalam kehidupan.Sebab pada hakekatnya hidup adalah perlawanan terhadap rasa ketakutan. Semua orang mempunyai rasa takut, tetapi adalah tidak hidup jika kita termakan oleh rasa takut tersebut. Agar kita hdup, maka kita hars berani melawan rasa takut tersebut! Lawanlah!
Seperti terhadap matahari. Jika kita ketakutan terhadap matahari, itu artinya sama dengan kita telah mematikan diri kita sendiri. Kita tidak dapat hidup tanpa matahari! Maka, jangan takut terhadap matahari sebab dibalik kegarangannya sebenarnya matahari itu penuh kasih, cinta dan sayang pada kita.
Maka, ayo kita tantang matahari, siapa yang kuat dianatar kita dan matahari!

Sabtu, 05 Juli 2008

Beberapa Manfaat Menulis

Sepertinya jika kita menelaah, sebenarnya kegiatan menulis merupakan kegiatan postif yang sangat banyak manfaatnya bagi diri sendiri ataupun bagi orang lain. Begitu pentingnya kegiatan menulis sehingga menulis menjadi sbeuah kebutuhan tak terelakkan.
Pada saat kita melakukanm kegiatan menulis,maka pada saat itu kita sedang:
a. Melatih Koordinasi kerja otak
Ya. Pada saat kita menulis sebenarnya kita sedang mensinkronkan kerja otak kiri, otak kanan dan tangan kita secara sinergis. Dengan menulis, maka terjadi keseimbangan antara tak kiri dan otak kanan sedemikian rupa sehingga tercipta kondisi terbaik bagi diri kita. JIka otak kiri dan otak kanan bekerja secara seimbang, tentunya kehidupan menjadi seimbang juga.
b. Melatih daya ingat
Pada saat kita melakukan kegiatan menulis, maka pada saat tersebut kita melakukan kegiatan memunculkan kembali segala isi memori otak kita. Dengan demikian, maka menulis membiasakan kita untuk selalu ingat terhadap segala hal.
c. Mengembangkan kompetensi diri
Dengan menulis, maka berarti kita sedang membangunkan sebuah power terbesar dari dalam diri kita. Dengan menulis, maka kita memberi kesempatan kepada diri kita untuk mengembangkan kemampuan yang sebelumnya, mungkin tersembunyi.
d. Membiasakan hidup secara sistematis dan teratur
Menulis itu kegiatan yang mengarahkan kita untuk melakukan kegiatan yang tersistem. Setiap aspek yang kita tulis harus disusun sedemikian rupa sehingga terdapat sinkronisasi pada setiap bagain dan memudahkan bagi pembaca untuk mengikuti jalan pikiran penulis.
e. Menyimpan memorial
Bahwa hidup ini terus mengalir sebagaimana air sungai menuju ke laut dan bebaur tanpa dapat dibedakan lagi. Di setiap saat air yang mengalir berbeda. Air yan emngalir hari ini erbeda dengan air yan mengalir kemarin, besok ataupun lusa. Jika hal ini dibiarkan ebgitu saja, tentunya kita bakal lupa.
Orang itu tempatnya lupa. Setiap orang mempunyai kelemahan yaitu udah melupakan segala sesuatu. Sangat sedikit orang yang mempunyai kemampuan ingat tinggi.
Coba kita bayangkan, seandainya di dalam kehiduan kita tidak ada tulisan, maka berapa banyak sejarah yang hilang begitu saja? bahkan, ada tulisan saja, masih banyak kota-kota lama yang belum diketemukan!

Maka, menulis adalah salah satu solusi tepat untuk menghadirkan kehidupan yanag lengkap. Maka, ayolah kita menulis sejak sekarang!

Hari Ini Keinginan Menulis Terus Menyala

Ya. Hidup yang terus bergulir menjadikan adanya gesekan pada setiap bagian diri dan menimbulkan panas yang cukup tinggi. Panas tersebut terus saja berkobar sehingga menjadikan hati sellau berontak pada kondisi. Setiap saat, setiap pori tubuh menghisap oksigen dan hidung menghembuskan karbondioksida begitu banyaknya dan menjadi bahan bakar di dalam tubuh.
Aku tidak dapat mengingkari bahwa setiap saat keinginan untuk menulis bagaikan gelombang, bagaikan aliran sungai dan hembusan angin yang terus menyapu permukaan bumi. Aku terus saja tergerak untuk menggerakkan hati dan memerintahkan tangan untuk menggoreskan ujung penah ke permukaan kertas. Begitulah yang selalu kurasakan setiap kali kehembuskan dan kuhisap udara.
Ya. Aku selalu saja ingin menulis!
Kobaran api semangat menulis bagaikan api abadi yang selalu diambil untuk menyalakan api obor saat diadakan pekan olahraga.
Ya. Semangatku menulis bagaikan api yang membakar kota,bahkan dunia kita!
Siapkah kalian menerima panasnya api membakar dari semangatku?