MENGAPA KITA HARUS BERPERANG
Mohammad Saroni
Mungkin kita sering bertanya-tanya
mengapa peperangan tidak pernah berhenti
sedangkan nilai-nilai moral semakin diunggulkan
dan, agama dijadikan dasar kehidupan
tetapi, perang tidak pernah berhenti
Apakah ini moral dasar manusia
yang lebih dikuasai ambisi dan emosi
mengagungkan kekuatan sebagai pangliwa
nilai-nilai kemanusiaan diinjak-injak tanpa arti
Lantas, apakah karena ambisi kita harus berperang
apakah karena emosi kita harus terus berselisih
menindas yang kecil, menginjak yang lemah
mereka hanya berkilah, apakah salah yang kuat menguasai yang lemah
Maka, perang tidak pernah berhenti
sebab perang dianggap sebagai cara bertahan diri
sementara hukum alam menjadi panglima
yang kuat pasti akan menindas yang lemah
dan, itu bukan sekedar kata-kata kosong
Kita memang tidak akan berhenti berperang
sesungguhnya perang adalah takdir kita
untuk tunjukkan harga dan martabat diri
karena kenyataannya harga diri adalah segalanya
kita memang harus berperang afar harga diri kita terjaga
hingga akhirnya perang menjadi kebiasaan
Gembongan, 3 April 2025
#in a trancez
DI ANTARA PUING KESERAKAHAN
Mohammad Saroni
Percayakah kita jika keserakahan telah menjadi dewa
kita telah dicengkeram oleh nafsu untuk berkuasa
dan, mengabaikan kebersamaan serta nilai-nilai sosial
sehingga nilai persahabatan bahkan persaudaraan audah tidak berarti
Setiap peperangan sisakan puing-puing
berserakan dimana-mana gambarkan kerusakan
dan, kita berada di antara puing-puing itu
kita tercenung dengan tatapan sedih
membayangkan akibat dari keserakahan
Kita ini sedang berada di antara puing-puing keserakahan
di antara kegembiraan dan kesedihan yang dalam
pantaskan kita bergembira menyaksikan kondisi ini
atau, perlukah kita perlu bersedih dengan kondisi itu
Puing-puing keserakahan ada dimana-mana
di kota-kota besar bahkan di desa-desa yang terluar
anak-anak memandang dengan tatapan sedih
dan para orang tua bola matanya tidak lagi bercahaya
Di antara puing-puing keserakahan
banyak hati yang tersayat perih
tetapi mereka yang dikuasai ambisi
tersenyum dengan seringai kepuasan
Gembongan, 3 April 2025
#in a trance
MEMBACA KARUT MARUT MORAL
Mohammad Saroni
Nilai seseorang tergambar pada moralnya
moral adalah indikator kebajikan dan kebejatan seseorang
semakin bajik seseorang, maka semakin baik sirinya
semakin bejat seseorang, maka semakin jauh dari kebaikan
Di negeri ini, tingkat moral orang-orang dipertanyakan
sebab sering berbeda bibir dan hatinya
apalagi disandingkan dengan semua tindakannya
ada kontradiksi yang begitu tajam
bibirnya sebagaimana nabi, tetapi hatinya sebagaimana setan
dan, tindakannya adalah cermin dari iblis celaka
Karut marut moral disajikan di atas meja makan
disantap bersama-sama lintas generasi
jangan tanya siapa yang makan paling banyak
sebab anak-anak pun menyantap dengan lahap
apalagi mereka yang memposisikan diri sebagai orangtua
Moral anak-anak berbanding lurus dengan orang-orang tua
bahkan moral orang tua lebih parah dari para muda
sebab pengalaman menjadikan mereka berkuasa
dan, kekuasaan menjadikan mereka bertindak bebas
Kerbau menyusu gudel ataukah gudel menyusu kerbau
mungkin tidaklah penting untuk jaman sekarang
sebab yang muda ataupun yang tua sama saja
moralnya sudah keluar dari batas-batas norma
Sampai kapan karut marut moral ini membaik?
Gembongan, 3 April 2025
#in a trance
SIAPA SESUNGGUHNYA YANG BENAR
Mohammad Saroni
Ketika seseorang berada dalam kondisi in a trance
tidak kemampuan membedakan hitam dan putih
dalam pandangan mata batinnya yang ada hanyalah abu-abu
sebuah kondisi yang sangat membingungkan hati
sebab tidak jelas, apakah itu putih ataukah hitam
Orang-orang yang sedang in a trance tidak dapat membedakan baik buruk apalagi salah dan benar
yang dilihat hanya sesuatu yang tidak jelas
sesuatu yang membingungkan untuk sekedar berpendapat
Dan, orang-orang kita rata-rata sedang in a trance
kehilangan jati diri yang ditumbuhkan sejak kecil
berganti peran tokoh baru dengan karakter baru
Lantas, masih adakah orang yang out the box
yang berpikiran ekstrim berbeda dengan pemikiran pada umumnya
sebab mereka memang sedang tidak sebagaimana dirinya
Siapakah yang benar pada saat seperti itu?
Gembongan, 3 April 2025
#in a trance
SISA PELURU YANG DIJADIKAN KENANGAN
Mohammad Saroni
Peluru bergeletakan di hitamnya aspal jalan raya
ada yang tajam ada juga yang tumpul karet
ada yang masih utuh tetapi tidak sedikit yang tinggal selongsong
ini sisa peperangan di tengah hutan beton pencakar langit
Mereka adalah orang-orang yang sama-sama in a trance
otak mereka sudah dicuci bersih dari jati diri
hati mereka sudah dilaburi darah para penjilat
jiwa mereka sudah dikuasai laknat yang menari-nari
Peluru - peluru itu mereka muntahkan
dari moncong-moncong senjata tanpa nurani
menyalak kalang kabut tidak memandang siapa
sementara sang tuan tertawa terbahak sambil menekan pelatuk kuat-kuat
ini adalah demi perbaikan kondisi
ini adalah demi nasih negeri
ini adalah demi sebuah ambisi
menduduki kursi dan bernyanyi setiap hari
Sebutir peluru yang belum meledak
kupungut dari rerumputan di pinggir jalan
sejenak kupandangi, entah senang ataukah bersedih
lantas bergegas kemasukkan ke dalam saku celana
akan kukeluarkan mesiu di dalamnya
lantas kujadikan kalung di leherku
ingin sekedar bersombong, bahwa aku pernah in a trance
dalam sebuah peperangan dalam kota
yang dipenuhi pekik sorak, asap-asap, dan letusan senjata
Sisa peluru ini adalah tonggak kenangan
betapa sakitnya berperang dengan saudara sendiri
Gembongan, 4 April 2025
#in a trance
TIDAK DAPATKAH KITA BERDAMAI
Mohammad Saroni
Ada pertanyaan yang harus kita jawab
walau mungkin banyak yang tidak mau menjawab
apalagi mereka yang sudah dicengkeram wabah in a trance
mereka enggan menjawab sebab perang adalah kebutuhan
tanpa peperangan, maka kehidupan mereka akan terancam
Tidak dapatkah kita berdamai?
sementara darah kita sama merahnya
sementara tulang kita sama putihnya
dan, keduanya menyatu menjadi bendera negeri
mengapa sarah harus ditumpahkan
mengapa makian-makian harus dilontarkan
pada saudara-saudara sendiri yang dianggap berseberangan
walau sesungguhnya berada pada koridor yang sama
Mengapa kita harus berperang
sedangkan damai adalah sesuatu yang indah
mengapa pula harus melayangkan nyawa
sedangkan nyawa bukanlah milik kita
Sadarlah dari cengkeraman in a trance
sebab in a trance dapat menghilangkan kesadaran
menghapus norma-norma diri
melenyapkan moral-moral kebajikan
seharusnya kita dapat berdamai
tetapi bagaimana jika sang penguasa memang tidak menginkan kedamaian
Gembongan, 4 April 2025
IN A TRANCE YANG ABU-ABU
Mohammad Saroni
Hidup serba tidak pasti, karena hati terbolak balik
hidup serba membingungkan, karena jiwa mudah tertiup angin
hidup setba tidak baik-baik, karena ambisi yang terus memekik
Saat kita diterkam in a trance, hidup seperti air di daun talas
bergerak terus menerus tanpa pijakan pasti
bergerak kalang kabut mengikuti kondisi
sementara kondisi sungguh sangat membingungkan
bergerak ke timur, ikut ke timur
bergerak ke barat, ikut ke barat
bergerak ke utara, ikut ke utara
bergerak ke selatan, ikut ke selatan
tidak ada kepastian saat kita in a trance
Orang-orang hanya memburu kesenangan
jika ada yang membuatnya senang, maka bersuka
jika tidak ada, maka untuk apa
Hidup ini telah menjadi abu-abu
orang tidak mau dikatakan hitam
tetapi belum mampu untuk menjadi putih
atau kadang untuk menggapai keamanan
abu-abu menjadi pilihan yang tidak terelakkan
sebab abu-abu berada di antara.hitam dan putih
Gembongan, 4 April 2025
BAHWA KITA SEDANG IN A TRANCE