Selasa, 30 Juni 2020

Menjaga Semangat Menulis

Untuk sebagian orang, sebagian banyak maksudnya, menulis itu sesuatu yang sulit. Menulis itu tidak segampang ngomong, seperti ujaran beberapa orang yang bergiat menulis. Mereka selalu mengarahkan pendapatnya untuk memberi semangat menulis.Tetapi apa lacur yang terjadi. Banyak orang yang terjebak pada. ujaran klise yang menggoda diri untuk bersemangat. 
Sejatinya, kegiatan menulis sangat tergantung pada niat dan semangatnya. Mereka yang mempunyai niat untuk menulis dan ditimpangi dengan semangat yang besar, pasti dapat mewujudkan diri menjadi penulis. Tetapi, mereka yang hanya ingin tanpa semangat, semangat dapat diartikan sebagai kemauan untuk mewujudkan keinginan menulis, maka. sulit mewujudkan diri menjadi penulis. 
Jadi, jika ingin menjadi penulis, maka niatkan hati untuk menjadi penulis. Setelah menguatkan niat, maka bersemangatlah untuk menulis. Jangan hanya berniat jadi penulis tetapi sama sekali tidak ada gerakan untuk mewujudkannya. Kita harus merealisasi atau mewujudkan keinginan menulis dengan kegiatan menulis. Ragam tulisan dapatikita pilih sesuai dengan harapan. 
Jika sudah berhasil. mewujudkan karya tulisan, maka kita harus menjaga niat dan semangat sebaik-baiknya. 

selamat menulis!! 

Rabu, 17 Juni 2020

Kobatu MoSar: Menyiasati Jeda Jarak dan Waktu

Jeda antara Jarak dan waktu membawa dampak pada berbagai kejadian. Oleh karena itulah, kita terus berusaha melimitkan jeda tersebut. Dengan limitnya jeda, jarak dan waktu, maka segala kemungkinan dapat pula dinisbikan. 
Kita memang tidak dapat melepaskan diri dari jeda jarak dan waktu sebab kita terikat pada keduanya. Karena jarak dan waktu, maka kita dapat bergerak menyusuri sudut-sudut kehidupan. Kita tidak mungkin serba seketika, setiap yang kita jalani membutuhkan jarak dan waktu. Kita bergerak membutuhkan waktu dan menciptalan waktu. 
Dan, diantara jeda waktu dan jarak selalu ada ruang untuk mengeksplore segala. yang ada dalam diri. 

Selasa, 16 Juni 2020

Kobatu MoSar: Tentang Selembar Daun Surga

Surga itu diidentifikasi sebagai suatu tempat yang serba menyenangkan dan diciptakan Tuhan untuk umat yang beriman. Di dalam surga ada taman yang begitu indah dengan berbagai tanaman yang terus berbuah tanpa melihat musim. Setiap saat,tanaman itu memberikan buah untuk kita. Bahkan, walau tak nampak berbuah, tetapi jika kita ingin, maka tanaman itu sontak berbuah. Sungguh bahagia dan nyaman. 
Setiap tanaman di surga siap memberikan  buah harapan kita, walau masih dalam pikiran dan belum terucapkan. Inilah kenikmatan yang tiada taranya. 
Konon cerita ada pohon surga yang posisinya dekat dengan bumi. Pohon ini begitu subur dan kenikmatannya begitu mengenyangkan, mereka yang lapar dan menghilang dahaga bagi mereka yang kehausan. Saat itu, ada angin nakal meniup sehingga selembar daunnya gugur. Daun yang gugur itu melayang di angkasa. Daun itu dibawa terbang si angin nakal. Angin membawa daun terbang dan jatuh terdampar di sebuah gugusan pulau yang dikenal. dengan Nusantara dan akbirnya disebut Indonesia. 
Dan, ternyata kebenaran cerita tepat. Daun yang jatuh ke bumi nusantara tumbuh dan berkembang hingga berbiak menjadi hutan. Hutan ini tersebar di seluas Nusantara. Nusantara itu satu negeri yang sangat subur. Dan, daun surga. yang terlempar dari surga menaungi wilayah seluas nusantara, maka nusantara menjadi wilayah yang subur. Wilayah ini selanjutnya diaebut Indonesia. 
Indonesia itu selembar daun surga. yang terlempar keluar dan menyuburkan wilayahnya. 

Benarkah begitu....? 

Kobatu MoSar: Merekam Peristiwa dalam Tulisan

Hidup ini adalah rangkaian peristiwa yang sudah digariskan sang Pencipta. Peristiwa hadir sebagai konsekuensi dari hidup dan kehidupan. Setiap orang menjalaninya dan tidak mengelak. 
Jika kita rwnungkan sejak kelahiran kita, maka berapa banyak peristiwa yang kita jalani. Dan, selama kita hidup maka peristiwa tetap akan datang dan pergi mendera kita. Tidak mungkin kita dapat mengelakkannya. 
Adakalanya peristiwa itu simpel, tetapi tidak jarang peristiwa itu begitu rumit. Untuk peristiwa yang simpel, kita tidak ada masalah dan pasti dapat menghadapi dan menyelesaikannya. 
Adakalanya peristiwa itu kecil dan segera dapat diselesaikan. Tetapi, kadang peristiwa itu sangat besar sehingga membutuhkan waktu untuk menyelesaikannya. Akhirnya, peristiwa itu menjadi Prahara. 
Seperti yang terjadi di negeri Dongeng, prahara itu tidak pernah berhenti mendera. Prahara terus mendera di negeri dongeng. 
Kita sebagai penulis, walau tanpa diminta secara naluri mengikat setiap Prahara dalam bentuk tulisan. Ini adalah pencatatan jejak sejarah. Itulah tigas dan kewajiban penulis, mengabadikan peristiwa dalam jejak tulisan. 

Selamat Menulis
#Kobatu MoSar

Kobatu MoSar: Surat dan Potret sebagai Bentuk Rasa Cinta

Setiap kita, tidak lepas dari rasa cinta. Rasa cinta itu anugerah terbesar yang diberikan Tuhan kepada umatnya yang bernama manusia. Karena rasa cinta, maka kehidupan ini dapat berlangsung sepanjang hayat. Bahkan, setelah hayat sudah tidak hidup lagi, rasa itu tetap ada. Inilah sesungguhnya rasa. 
Tetapi, bagaimana kita dapat mewujudkan atau menggambarkan bentuk rasa cinta yang kita miliki? 
Sungguh, ini sebenarnya sesuatu yang niscaya dalam kehidupan. Setiap kita mempunyai rasa cinta itu. Bahkan, tidak jarang karena rasa cinta yang begitu besar maka kita mengkultuskan yang kita cintai. 
Tetapi, kita tidak dapat mengingkari bahwa ada dua obyek yang seringkali dijadikan sebagai simbol rasa cinta, yaitu surat dan potret. Surat dan potret merupakan simbol nyata dan abadi untuk sebuah kisah cinta. Oleh karema itu, setiap pasangan merasakan kenyamanan dalam hubungan cinta jika mempunyai keduanya. 
Begitu juga halnya dengan buku Kumpulan Puisi Surat dan Potretmu adalah Cinta Kita, merupakan gambaran nyata sepasang kekasih yang menjadikan surat dan potret adalah wujud rasa cinta. 
Surat merupakan pengungkapan rasa jiwa dan potret adalah pengungkapan rasa memiliki. 
Seperti salah satu Puisi di dalam buku ini:

Marilah kita duduk bersama
teras ini sudah diterangi matahari sore
dan udara senja. yang segar

biarlah kebahagiaa kita meruah
seperti aroma mawar di taman kita
yang menggoda

tapi, biarlah
bukankah kita berkumpul di sini
untuk dapat saling membahagiakan

Duh, indah dan bahagianya perpaduan dua rasa dalam satu ikatan rasa. 

Selamat berkreasi.... 

Senin, 15 Juni 2020

Kobatu MoSar: Menulislah Saat Menunggu

Menunggu itu menyebalkan. Menunggu itu bikin otak dan hati panas. Apalagi menunggu dengan prosentase waktu tak. menentu. Menunggu, mungkin saja tidak begitu lama. Mungkin juga, menunggu itu membutuhkan waktu yang lama. Bahkan, tidak jarang menunggu itu tanpa kepastian. 
Apa yang kita lakukan saat menunggu? 
Bagi mereka yang suka menulis dan mulai suka menulis, saat menunggu adalah waktu yang tepat untuk mengembangkan kemampuan menulis. Sembari menunggu, kita dapat memanfaatkan waktu untuk menulis. Sungguh, kita akan efektif pada saat menulis sambil menunggu. 
Jadi, kita jangan menganggap sedang menunggu sambil menulis, tetapi menulis sambil menunggu. Dengan menulis saat menunggu, maka semangat jauhulebih tinggi. Adrenalin menulis meningkat. 
Mulai sekarang, menulislah sambil menunggu sehingga ide yang muncul di dalam jeda menunggu dapat diikat udalam bentuk tulisan. 
Semangat para penulis!! 

Kobatu MoSar: Bangun Tidur Langsung Menulis

Biasanya, bangun dari tidur merupakan saat-saat yang paling enak. Seringkali, kita mengambil posisi enak dengan bermalas-malasan. Kita geletakan sambil memandang langit-langit yang hanya dihuni sebutir lampu penerangan. kamar. Kalau berjodoh, kita dapat menyaksikan sepasang cicak yang berkejaran. Mereka memanfaatkan dingin pagi untuk bercumbu. Beberapa waktu hilang begitu saja. 
Bangun tidur merupakan awalan kita berkomunikasi dan berinteraksi dengan sekeliling. Hal ini seringkali membawa kita pada situasi 'blank'. Orang Jawa bilang "sukmae durung pepek/jangkep". Akibatnya sering terjadi ada orang jatuh saat bangun tidur dan sebagainya. 
Oleh karena itu, diamlah. saat bangun tidur. Buka kelopak mata dan pandang sekeliling. Jangan langsung bangun, berdiri. 
Bagaimana jika setelah "sukma pepek" kita menulis. alhamdulillah Wow.... sungguh iuar biasa! 

Kobatu MoSar: Tulislah yang Kau Lihat, Dengar, dan Rasakan

Seringkali keluhan yang disampaikan para peingin jadi penulis adalah menulis apa. Ini pertanyaan klasik yang terjadi. dimanapun dan pada siapapun. Seakan-akan dunia ini selebar godhong kelor. Begitu sempitnya sehingga tidak ada yang dapat dijadikan sebagai obyek tulisan. 
Sungguh, kondisi ini sangat menerenyuhkan hati. Sementara di sekitar. kita, sesungguhnya banyak sekali obyek yang dapat ditangkap dan ditulis. 
Cobalah buka mata, buka telinga, buka rasa kita, maka kita akan menemukan banyak obyek untuk ditulis. Obyek itu dapat begitu sederhananya sehingga sering diabaikan orang. Tetapi, ada juga obyek yang sedemikian besar sehingga setiap orang mengetahui dan mencoba untuk membicarakannya atau menulisnya. Dan, semua itu ada di sekitar kita. 
Oleh karena itu, jika ingin menulis, maka tulis saja yang kita lihat, atau yang kita dengar, atau yang kita rasakan.Tidak butuh waktu yang lama, maka tulisan kita pasti. jadi. 
Selamat menulis!! 

Kobatu MoSar: Memanfaatkan Malam untuk Menulis

Malam selalu diidentifikasikan sebagai waktu untuk istirahat. Tidak heran jika setiap kita menghabiskan malam. untuk tidur. Tetapi, jika benar-benar ingin mengefektifkan waktu, maka waktu malam adalah waktu yang tepat untuk mengikat mimpi menjadi kenyataan. Bukankah, mimpi seringkali terjadi di malam hari?  Sementara, mimpilah sesungguhnya menjadi energi, semangat kita menjalani hidup. Dengan mimpi, maka kita berusaha untuk mewujudkannya dan itu berarti pada posisi nyata. Posisi nyata terjadi saat kita terjaga. 
Akibatnya, seringkali mimpi hanya dianggap sebagai bunga tidur. Mimpi dianggap sebagai hiasan tidur semata. Padahal mimpi itu sesungguhnya keinginan kita yang tersembunyi di dalam alam bawah sadar kita. Seringkali kita memiliki sesuatu tetapi tidak mampu kita wujudkan sehingga menjadi endapan dalam alam bawah sadar kita. Dan, muncul saat kita tidur, tanpa kemampuan mewujudkannya. 
Suasana malam yang hening, malam yang bening merupakan situasi yang sangat memihak kepada. penulis. Kebanyakan, walau tidak sedikit yang berbeda, penulis membutuhkan suasana tenang untuk dapat menulis. Untuk kebenaran anggapan atau pendapat ini, dikembalikan pada masing-masing orang. Tetapi, ketenangan memang sangat membantu penulis untuk mengikat huruf menjadi kata, menjadi kalinat, menjadi paragraf, menjadi tulisan. Diakui atau tidak, begitulah adanya. alhamdulillah Bahkan, ada yang harus menyepi untuk dapat menulis. Duh, sebegitunya ya... 
Dan, malam hening, malam bening seharusnya dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk menulis. Kita dapat memungut sejuta kata yang melayang-layang di langit jiwa kita. Jadikanlah tulisan kita. 
Jangan biarkan malam berlalu dengan impian yang lepas begitu saja. alhamdulillah Ikat setiap mimpi untuk dijadikan kenyataan. 
Semangat menulis.... 

Minggu, 14 Juni 2020

Kobatu Mosar: Mengapa tidak Menulis?

Mengapa tidak menulis? 
Kalau memang ingin menjadi penulis, segera saja menulis. Jangan ditunda-tunda. Menunda keinginan itu seperti menghapus jejak. Setiap kali, Anda ingin menulis dan menundanya, maka jejak yang seharusnya tertoreh pasti terhapus sebelum dijejakkan. Apalah artinya? 
Sebuah keinginan merupakan isyarat bahwa di dalam diri sedang terkumpul energi positif untuk mewujudkan keinginan. Jika keinginan dibiarkan tanpa perwujudan, maka akan menjadi energi negatif karena membusuk. Kalau sudah membusuk, apa yang dapat kita wujudkan. Energi negatif tersebut akan menghancurkan semuanya. 
Maka, jika ada keinginan untuk menulis, ya segera lakukan. Jangan sampai membusuk. 
Selamat menulis. 

Kobatu Mosar: Asyiknya Menulis

Anda ingin kegiatan yang mengasyikan?Kegiatan yang dilakukan dengan menerapkan keseimbangan kinerja otak kiri dan otak kanan. Kegiatan yang mampu menempatkan kita pada situasi yang kita. inginkan dan menjauhkan situasi yang tidak kita inginkan. Kegiatan tersebut tidak lain adalah menulis. 
Menulis itu kegiatan mengikat ide dan menuangkannya dalam bentuk tulisan atau sandi-sandi tertentu. Kita berusaha. untuk mengumpulkan ide yang ada di sekitar kita dan di dalam diri kita. Ide ini kita wujudkan dalam tulisan berbagai genre. Tentunya, genre tulisan dapat ditentukan oleh sang penulis. Genre tulisan ini merupakan jembatan bagi penulis untuk muwujudkan keinginan hatinya. 
Ada penulis yang mewujudkannya dalam bentuk fiksi atau nonfiksi. Dalam bentuk fiksi dapat berwujud puisi, cerita pendek, cerita bersambung, novelet, novel,dll.Dalam bentuk nonfiksi dapat berwujud esai, makalah, artikel, dll. Tentunya setiap pilihan membutuhkan kesanggupan masing-masing. 
Lantas, Anda ingin menulis untuk genre. yang mana? 

Sabtu, 13 Juni 2020

Kobatu MoSar: Mbelingnya Aku

Mbeling itu merupakan karakter dasar kita. Tidak ada orang yang tidak mbeling. Maka, kita jadikan "kembelingan" itu sesuatu yang berarti bagi kehidupan sesama. Salah satunya agar senua mau jujur mengakui karakter dasar yang melekat dalam diri. 
Salah satu "kembelingan" yang sempat penulis ikat dalam tulisan berjudul:

KUTUNGGU DI KAMAR 101

Hari sudah siang
matahari hampir tepat di atas kepala
panasnya terasa hingga ke jiwa
hingga memeras kelenjar tubuh
untuk membasahinya

Melangkah ku pasti ke kamar itu, kamar. 101
yang kau kabarkan sebagai tempat pertemuan kita
kamar yang akan menorehkan cerita panjang seumur hidup

Tetapi, 
aku diam saat di depan pintu
tak tahu harus bagaimana
sebab udara tiba-tiba terasa panas
hingga keringat mengucur dari sekujur tubuh
dan semakin basah saat aku memasuki kamar itu

Kembelingan memang satu hal yang tidak dapat dipisahkan dari diri kita. 

Penulis Berbasis Komunitas

Penulis adalah sosok literat yang mencoba menyampaikan ide terkait kondisi kehidupan untuk membangkitkan kesadaran masyarakat. Obyek tulisan yang disampaikan dapat beragam sesuai caranya. 
Sementara ini yang menjadi permasalahan adalah pola pikir yang masih menganggap bahwa kegiatan menulis sangat sulit. Banyak orang mengatakan hal tersebut. Tidak hanya orang awam, bahkan orang yang hidupnya berhimpit dengan kegiatan menulis, maaf pendidik masih tidak aedikit yang beranggapan seperti itu. Akibatnya, menulis benar-benar menjadi sulit. 
Untuk menghadapi kondisi tersebut, maka solusi yang dapat. penulis sampaikan adalah bergabung dengan komunitas yang menggarap kegiatan menulis. Kebiasaan berkumpul, ngobrol, dan bergiat yang sama diyakini dapat memancing kemampuan yang sama, menulis. Oleh karena itu, mari kita bergabung dengan komunitas menulis. 
Salah satu komunitas yang memberikan kesempatan bergiat menulis adalah komunitas baca tulis MoSar (kobatu mosar). Komunitas ini bermarkas di Desa Gembongan, Kecamatan Gedeg, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. 
Walaupun kegiatan dilakukan di sebuah desa, tetapi keberadaannya diyakini sangat membantu untuk membumikan kegiatan literasi masyarakat. 
Proses kegiatan menulis dilakukan dengan sederhana tetapi efektif dan efisien. Hal. ini karena pada dasarnya, setiap orang mempunyai kemampuan dasar menulis. Kegiatan di komunitas hanyalah membangkitkan potensi tersebut agar. muncul ke permukaan dan kita dapat terampil. Pada saat kita sudah terampil, maka pada saat itulah kegiatan menulis. menjadi bagian integral diri. 
Selamat menjadi penulis berbasis komunitas. 

Jumat, 05 Juni 2020

Menumbuh Kembangkan Keterampilan Menulis

Siapapun dapat menulis. Sungguh. Ini bukan sekedar isapan jempol atau semangat kosong. Setiap orang mempunyai kemampuan untuk menulis.Oleh karen aitu, sungguh merupakan sesuatu yang menggelikan jika ada yang mengatakan tidak dapat menulis, apalagi jika sudah mengikuti proses pembelajaran, bahkan sudah menjadi sosok yang diperhatikan di masyarakat.
kegiatan menuli situ sebuah keterampilan. Dan, sebagai sebuah keterampilan, maka salah satu cara untuk dapat menguasainya adalah berlatih. Sementara itu, setiap orang dapat berlatih agar mempunyai kemampuan yang dimaksudkan. Apapun dapat ditulis Bahkan ada penuli ssenioar yang mengatakan bahwa menulis itu gampang, menuli situ semudah ngomong, dan sebagainya. Semua itu adalah dukungan kepada kita untuk bergerak dalam kegiatan menulis.
Seperti yang penulis lakoni. Pada Awalnya, penulis konsen pada kegiatan menulis nonfiksi. Tetapi sejalan dengan pergerakan roda kehidupan, maka penulis bergeser genre fiksi, khususnya puisi.  Ini merupakan sesuatu yang perlu diperhatikan oleh semuanya. Bahwa, sebenarnya menulis itu memang dapat dilatih sebab sebagai sebuah keterampilan.