Kamis, 29 Desember 2022

ANTARA IDE DAN NIAT MENULIS

Banyak orang bilang bahwa untuk menulis, maka hal utama yang harus disiapkan adalah ide arau gagasan. Ide atau gagasan adalah bahan dasar yang menjadi modal kita menulis. Ide atau gagasan inilah yang kita kembangkan sehingga menjadi tulisan kita. Dan, ise atau gagasan adalah koridor penulisan kita. Dengan adanya ide atau gagasan inilah, maka kita dapat mengikat berbagai hal yang terkait dengannya. 

Pada setiap pelatihan dan pembimbingan penulisan selalu ditekankan agar menentukan ide atau gagasan dasar dari tulisan. Kita harus mempunyai ide atau gagasan ketika akan melakukan kegiatan menulis. Ide dijadikan sebagai koridor untuk menyampaikan bahan tulisan. Dengan ide dasar, maka akan tercipta bayangan tentang bagaimana tulisan yang akan kita buat. Kita dapat menciptakan kerangka tulisan dalam imajiner kita sehingga pada saat kita bergiat menulis, maka kerangka inilah yang menjadi panutan pola pikir kita. Kita tidak boleh menyimpang dari kerangka ide ini. Jika kita menyimpang, maka akan terjadi pembiasan makna dan arah tulisan.

Ide menulis

Ide adalah pondasi dasar pembentukan kerangka tulisan. Seperti sebuah bangunan rumah, maka kerangka dasar akan menentukan bentuk rumah yang akan dibuat. Selsin bentuk rumah, ketangka juga menentukan kekuatan bangunan yang kita buat, tulisan yang kita buat.

Ide ini merupakan hasil olah pikir kita yang merespon setiap kondisi kehidupan di sekitar. Setiap saat kita berhadapan dengan kondisi kehidupan yang berbeda. Ini merupakan keberagaman dalam hidup. Tetapi, dari sekian banyak keberagaman yang kita hadapi, tidak semuanya tersangkut dalam pikiran kita. Tidak semuanya terjaring ke dalam syaraf ingat kita, apalagi merasuk ke dalam rasa kita.

Kondisi kehidupan yang terjaring ke dalam pikiran kita yang selanjutnya ditindaklanjuti menjadi ide atau gsgasan menulis. Kita hanya menuliskan apa yang tersangkut dalam pikiran kita, sedangkan yang lain akan hilang begitu saja. Ide atau gagasan menulis datang ketika kita melihat, mendengar, merasakan, mengecap, dan membau berbagai hal dalam kehidupan. 

Ide terlahir oleh persetubuhan jiwa dengan kondisi yang ada di lingkungan hidup kita. Pada saat kita berinterasi dengan lingkungan, maka diri kita memberikan respon dalam.wujud ide atau gagasan tersebut. Kita melihat, mendengar, mencium, meraba, dan mengecap, maka diri kita meresponnya dalam bentuk tanggapan pemikiran. Tanggapan pemikiran ini selanjutnya berkembang menjadi ide atau gagasan. 

Artinya, agar kita dapat memperoleh ide atau gagasan, maka kita harus berinteraksi aktif dengan lingkungan. Kita harus bersetubuh dengan lingkungan, lebur.dengan segala kondisi.yang ada dimlingkungan aecara langsung. Hal ini akan memunculkan respon diri.terhadap kondidi lingkungan. Respon inilah yang kemudian kita sebut sebagai ise atau gagasan.

Niat menulis

Niat adalah bagian penting dalam kegiatan menulis. Sesungguhnya, niat sangat penting dalam setiap kegiatan hidup kita. Oleh karena itu, kita harus mendasari setiap kegiatan hidup kita dengan niatan yang kuat. Niat inilah yang akan menjadi pemicu semangat kita melakukan kegiatan hidup. 

Niat merupakan energi besar yang berasal dari diri setiap orang. Niat ini muncul sebagai respon diri terhadap setiap kondisi dan kejadian dalam hidup. Respon ini merupakan satu bentuk atau upaya agar setiap kondisi dan kejadian dapat direkam serta menjadi jejak kehidupan. Hal ini sangat penting bagi kehidupan sebagai upaya mencatat sejarah. 

Dengan niat, maka upaya untuk mewujudkan sesuatu akan lebih terkonsentrasikan. Begitu juga halnya dengan niat menulis. Pada saat kita sudah berniat menulis, maka secara teratur kata-kata mengalir untuk dituliskan. Semua kata akan terkonsentrasikan dalam pikiran sehingga dengan mudah diwujudkan dalam bentuk tulisan.  Energi yang mendorong niat menulis melahirkan semangat yang sangat besar. Semangat besar inilah yang sesungguhnya sangat kita butuhkan pada saat menulis. Semangat inilah yang menjadikan kita beraktifitas menulis secara maksimal.Tidak akan berhenti sebelum sampai dan berarti.

Oleh karena itu, pada saat kita aksn menulis, maka pupuklah niat menulis secara optimal. Jadikan niat itu sebagai energi yang mendorong kita secara konkret melakukan proses menulis. Niat ini kita jadikan sebagai energi untuk mewujudkan ide atau gagasan. Dan, kita harus mengakui bahwa banyak ide atau gagasan yang muncul, justru pada saat kita menulis. 

Begitulah, seorang penulis dalam proses kreatif kepenulisannya mengedepankan niat dan ide. Kedua aspek tersebut dikolaborasikan sehingga satu kesatuan yang saling menguatksn kegiatan menulis. Kita harus mempunyai niat menulis yang cukup, bahkan sangat besar sehingga ide atau gagasan yang kita miliki dapat diwujudkan dalam bentuk tulisan. Kedua aspek ini harus seimbang sehingga tidak akan saling mematikan.  
Seorang penulis akan kehilangan gagasan jika niat menulisnya kecil. Begitu juga sebsliknya, seorang penulis akan kehilangan niat menulisnya jika gagasan atau idenya tidak kuat.  
Oleh karena itu kedua aspek tersebut harus dipahami penulis dengan sebaik-baiknya. Bagaimana, sudah siapkah Anda menulis?


Gembongan, 18 Januari 2023
Mohammad Saroni
Penulis buku Personal Branding Guru dan yang lainnya

Rabu, 28 Desember 2022

MENANGKAP IDE DI PASAR

Darimanakah  dan dimana kita dapat memperoleh ide? 

Apakah harus menunggu di depan laptop yang terbuka dan menyala? Ataukah sambil tiduran di atas geladak bambu di bawah rerimbun pepohonan? 

Setiap orang akan memberikan jawaban yang berbeda terkait hal ini. Dan, memang kita tidak dapat menentukan secara pasti terkait darimana dan dimana kita mendapatkan ide. Ide itu seperti udara, kalau kita diam pasti akan datang tetapi jika kita berlari mengejarnya, maka dia lebih berlarinya melewati kita.

Lantas bagaimana?

Untuk mendapatkan ide menulis, setidp orang, penulis mempunyai trik masing-masing. Ada yang sama, tetapi banyak yang berbeda. Untuk mereka yang sudah terbiasa menulis, ide itu seakan melekat di kepala dan mata dan semua indera.diri. Apapun yang dilihat, didengar, dirasa, diraba adalah sumber ide yang bernas sehingga dapat segera dituliskan. Tetapi, bagi penulis pemula, mendapatkan ide untuk menulis masih dianggap hal yang sulit. Apapun yang dilihat, didengar, dirasa, diraba seakan sebagai kejadian arau hal biasa dalam kehidupan, tetapi ketika penulis lain memublikasikan tulisan terkait apa yang mereka lihat, dengar, rasa, dan raba, maka mereka baru menyadari bahwa mereka pernah dekat dengan ide tersebut. 


Berlatih Menulis, Menganyam Jejak

Kita ada karena cerita. Tanpa cerita, kita tidak pernah ada dan cerita tidak pernah tuntas, bahkan saat kita telah tidur nyenyak. 

Hal ini karena hidup dan kehidupan kita adalah rangkaian cerita yang saling berkesinambungan dan berlangsung seumur hidup kita. Selama nyawa masih bersemayam dalam raga kita, maka selama itu pula cerita akan lahir. Setiap ucapan dan tindakan kita akan melahirkan cerita. Dan, kita hidup karena cerita tersebut. Bagaimana kita dapat mengatakan bahwa kita hidup jika tidak ada bukti atas hidup kita.

Ada skenario yang sangat besar dan menjadi acuan kehidupan kita. Skenario tersebut adalah rangkaian adegan, dialog dan laku yang harus kita lakukan. Kita tidak dapat menyimpang dari skenario tersebut.  Dan, kita tidak pernah melakukan kesalahan dalam menjalankan adegan, dialog, dan laku dari skenario akbar tersebut. Hal ini karena setiap apa yang kita lakukan memang bagian dari skenario tersebut.

Dan, setiap adegan, dialog, dan laku yang kita lakukan tidak ada jejak tertulisnya. Kita tidak pernah diberi script cerita yang harus kita perankan, melainkan langsung melakukannya tanpa pernah tahu teks skenario hidup kita.

Jika cerita itu kita biarkan begitu saja, maka cerita itu akan hilang begitu saja juga. Orang-orang tidak lagi mengenali kita. Kita akan hilang dari percaturan hidup selamanya. Nama kita ditelan bumi sehingga tidak ada seorangpun yang memperbincangkan nama kita. Hilang.

Akankah kita biarkan hal tersebut?

Kita sering mendengar atau membaca wacana tentang _*the lost generation.*_ Sebuah generasi yang hilang karena tidak adanya informasi tentang generasi yang dimaksudkan. Bahkan, bukti fisik keberadaan generasi tersebut tidak ada, tidak ditemukan hingga sekian generasi. Tidak ada informasi yang jelas terkait keberadaan generasi tersebut. Memang ada informasi tentang pernah adanya sebuah generasi, tetapi tidak ditemukan, hilang!

Salah satu langkah konkret untuk menjaga keberadaan sebuah generasi adalah dengan menulis. Dengan tulisan, maka setiap generasi dapat mengetahui keberadaan generasi sebelumnya sehingga dapat segera ditemukan keberadaannya.

Kita banyak menemukan peradaban karena tulisan. Lantas mengapa kita tidak mau menulis?

Kita harus belajar menulis untuk menganyam jejak keberadaan. Dengan tulisan, maka kita dapat mengabarkan keberadaan kita. Saat kita tidak ada, maka orang dapat memprediksi keberadaan kita. Kita dapat mengabarkan apapun terkait kehidupan kita, posisi, budaya, waktu kehidupan, apa yang terjadi saat itu. Dengan demikian, semua orang mudah untuk menemukan kita. 

Kita menulis untuk menganyam jejak. Kita dapat meninggalkan jejak untuk generasi setelah kita. Hal ini karena tulisan itu abadi. Tulisan akan tetap ada dan akan menjadi sumber informasi. Oleh karena itu, kita harus menulis agar jejak kita tetap terbaca. Kita tidak boleh membiarkan jejak kita hilang begitu saja. Sekecil apapun jejak kita, maka itu adalah catatan penting untuk kehidupan kita. Mati kita menulis untuk keabadian mengantisipasi kepunahan tanpa informasi, jejak. 

Semoga kita sudah memahami alasan mengapa kita harus menulis. Jangan sampai kita menjadi generasi yang hilang begitu saja di belukar kehidupan. 

Salam literasi!!

Gembongan, 24 Desember 2022

Mohammad Saroni
Penulis buku:
#Personal Branding Guru

Jangan Menunda untuk Menulis


Waktu terus berlalu. Tak pernah berhenti. Pergerakan sang waktu seperti air yang mengalir menuju laut. Dan, sesampai di laut, air terus bergerak sebagai riak, ombak, dan gelombang. Tidak ada kekuatan yang dapat menghentikan perjalanan waktu. Justru waktu akan menggilas mereka yang mencoba untuk menghentikannya.

Kita ini bagian dari kehidupan dan waktu.  Kita tidak mungkin berhenti dan melepaskan diri dari pergerakan hidup dan waktu. Kita tidak mungkin membiarkan waktu berjalan dan kita menjadi penonton. Kehidupan ini seperti kendaraan dan kita ada di dalamnya. Ikut bergerak di dalamnya. Walaupun kita diam saja, tidak melakukan apapun, kita tetap terbawa oleh pergerakannya. Tetapi satu hal yang harus kita pahami bahwa kita dapat ditinggalkan oleh kehidupan, bahkan kita dapat dilemparkan dari kehidupan ini.

Lantas mengapa kita menunda-nunda kegiatan hidup kita?

Sebagaimana sebuah lomba lari marathon, kita harus terus berlari. Tidak harus berlari cepat. Seharusnya, jika kita tetap berlari sudah mencapai posisi terdepan, maka jika kita berhenti, kita akan berada di posisi buritan. Untuk mencapai posisi terdepan lagi, maka perlu kerja yang sangat keras. Kita harus memaksa diri agar berlari dengan cepat agar dapat menyalip pelari yang lain dan mencapai posisi terdepan lagi. 

Apa yang dapat kita simpulkan?

Ya, menunda itu artinya menyiksa diri sendiri. Jika kita menunda pekerjaan kita, maka kita harus bekerja keras agar pekerjaan dapat selesai sesuai target waktu. Berbeda dengan, jika melakukan kegiatan sesuai waktunya, maka proses kerjanya teratur berurutan sesuai porsinya. 

Oleh karena itu, janganlah kita suka menunda-nunda pekerjaan yang menjadi tanggungjawab dan kewajiban kita. 

Bahwa setiap kegiatan sudah ditentukan jadwal penyelesaiannya. Ada batasan waktu hingga pekerjaan tersebut selesai dikerjakan. Jika kita menunda-nunda waktu pengerjaan, maka hal tersebut berarti membuang waktu sia-sia. Dan, pada saat waktunya mendekati akhir, kita akan kalang kabut menyelesaikan tugas dan kewajiban kita.

 Apa yang terjadi pada pekerjaan yang dilakukan dengan tergesa?

Terkait dengan kegiatan menulis, maka menunda waktu untuk menulis artinya membuang ide secara sia-sia. Pada saat kita mempunyai ide untuk dituliskan, tetapi kita menunda untuk mengeksekusi ide tersebut menjadi tulisan, maka ide tersebut akan hilang. Kemampuan otak kita untuk mengingat, rata-rata lemah sehingga untuk menyimpan selintas dan lintasan ide yang datang sekilas tidak kuat. Masalahnya adalah, kehadiran ide selalu mendadak. Pada saat kita tidak siap menulis, ide itu muncul. Tetapi, pada saat kita menghadapi layar laptop, ide tidak muncul-muncul. Duduk berjam-jam, ternyata tidak ada yang tertulis. Tetapi, ketika kita berkendara atau menyimak pelajaran, ide itu bermunculan.

Apa yang harus kita lakukan?

Maka, segera tulislah ide yang mendadak muncul, walau hanya kata kuncinya saja. Dengan cara seperti ini, maka kita dapat menjamin bahwa ide tersebut tidak akan hilang. Banyak cara untuk tidak menunda menulis ini. Kita dapat menulisnya di hape atau potong-potongan kertas sebesar KTP yang selalu kita bawa kemana-mana. Katakanlah semacam script untuk menulis kata kunci ide tersebut.

Mojokerto, 24 Desember 2022

Penulis Buku: 
#Mendidik Karakter Tanpa Kekerasan

MENGAPA SAYA MENULIS?

Mengapa aku harus menulis? Bukankah aku dapat menyampaikan ide secara lisan? Bukankah lebih cepat dan simpel jika kita menyampaikan ide atau pendapat?

Kita sudah memahami bahwa menulis itu sejatinya sama dengan ngomong. Pada saat kita ngomong dan menulis, maka pada saat itu kita sedang menyampaikan pendapat kita. 

Lantas, mengapa aku harus menulis?

Aku menulis sebab aku menginginkan ideku dapat abadi dalam kehidupan ini. Aku sangat menyadari bahwa ide yang disampaikan secara lisan, melalui kegiatan ngomong tidak dapat abadi. Segala yang kita sampaikan secara lisan akan segera dilupakan dan tidak mungkin dapat diambil lagi secara utuh.

Omongan itu dapat berkurang, dapat juga bertambah jika sudah disampaikan ulang oleh orang lain. Tetapi, tulisan tidak dapat dimanipulasi. Apa yang kita tulis sekarang akan tetap seperti itu. 

Isi tulisan cenderung bersifat tetap walaupun sudah beberapa kali dinukil dan ditulis ulang oleh orang lain. Tetapi, ide yang disampaikan secara lisan akan berbeda penyampaian ulang oleh beberapa orang. 

Inilah alasan, mengapa aku menulis ide atau gagasan. Aku ingin ide atau gagasanku utuh sebagaimana aku sampaikan jika ada orang ingin menulis ulang tulisanku ke dalam tulisannya.

Dan, setiap orang mempunyai cara tersendiri dalam menyampaikan ide atau gagasannya. Tetapi, dari berbagai cara yang mungkin diterapkan untuk menyampaikan ide atau gagasan, maka menulis adakah cara paling efektif. Di samping itu, ide yang ditulis mempunyai kecenderungan untuk diketahui lebih banyak orang dalam waktu bersamaan, misal yang berbentuk buku.

Bagaimana dengan Anda, apakah suka ngomong atau lebih suka menulis?

Salam literasi!!


Gembongan, 26 Desember 2022

Penulis buku Orang Miskin Harus Sekolah