Kamis, 26 Oktober 2023

TIPS MEMILIH BUKU UNTUK ANAK-ANAK

Buku adalah jendela dunia. Dengan membaca buku, maka kita dapat mengetahui banyak hal ada di sekitar kita, bahkan tempat yang jauh dari kita. Buku dapat memberikan banyak hal yang tidak kita jumpai di sekitar kita. Dengan buku, maka dapat mengenal dan mengetahui banyak hal pada setiap penjuru dunia. Walaupun kita tidak pernah mendatangi sebuah tempat, tetapi kita dapat mengetahui dan mengensl tempat tersebut sebaik-baiknya. Walaupun kita tidak pernah berkunjung ke suatu tempat, tetapi kita dapat mengenal tempat tersebut dengan sebaik-baiknya. Semua itu kita dapatkan dari bacaan atau informasi dari sebuah atau beberapa buku yang kita baca. Tetapi, meskipun demikian, kita harus pandai memilih dan memilah buku yang sesuai dengan anak-anak.

Penentuan pilihan buku yang dikonsumsikan untuk anak-anak dipertimbangkan berdasarkan beberapa hal. Hal-hal tersebut adalah:

1. Usia Anak

Usia anak sangat menentukan atas pemilihan buku untuk dikonsumsi sebagai bahsn bacaan. Pada kelompok anak, kemampuan membaca madih belum lancar dan kemampuan yang dimiliki adalah membaca visual. Anak-anak lebih suka melihat gambar-gambar daripada tulisan, sebab tingkat pemahaman terhadsp kata (tulisan) masih rendah. Dan, stimulus berupa gambar mudsh sekali ditangkap oleh labirin otaknya. 

Untuk anak-anak yang dalam taraf belajar menulis dan memahami, maka buku-buku bergambar yang dilengkapi latihan menulis sangatlah penting. Mereka diberikan kesempatan untuk membaca gambar dan selanjutnya menuliskan hasil penangkapan otak dalam bentukis tulisan pada ruang yang sudah disediakan. Dengan demikian, maka anak belajar 2 (dua) kompetensi dasar, yaitu membaca dan menulis.

Sedangkan, untuk anak-anak yang sudah mempunyai dasar kemampuan membaca, maka bacaan-bacaan  sederhana, misal cerita fabel, cerita-cerita nasihat, cerita-cerita tradisional adalah bacaan yang dapat direkomendasikan untuk dikonsumsi.

Dalam hal ini, orientasi kita adalah memupuk kecintaan mereka terhadap kegiatan membaca. Kita harus mengkondisikan hal tersebut agar mereka mempunyai rasa membutuhkan buku atau bahan bacaan.

2. Isi buku

Isi buku merupakan pesan atau amanat yang kita harap dapat ditanamkan ke anak didik sehingga karakternya terbentuk sebagaimana isi buku. Hal memungkinkan sebab pada saat membaca, imajinasi anak didik berkembang dan membentuk karakter anak didik.

Isi buku diharapkan mempunyai pesan atau amanat positif sebagaimana seharusnya. Dengan isi buku yang tepat, maka proses pembentukan karakter tumbuh sebagai pengalaman pribadi yang alami. Anak adalah peniru yang ulung, bahkan duplikator yang berkemampuan tinggi sehingga tidak membutuhkan waktu lama untuk berkarakter sebagaimana pesan dalam buku bacaan. 

Oleh karena itu, isi buku juga harus menarik minat anak didik untuk membacanya secara tuntas. Jika anak didik merasa tertarik dengan isi buku, maka setiap saat kegiatan membaca akan dilakukan oleh anak didik. Dengan kata lain, kegiatan membaca akan menjadi kebiasaan bagi anak didik. Dengan kebiasaan membaca ini, maka anak didik akan mendapatkan banyak pengetahuan, nilai-nilai positif kehifupan, bahkan keterampilan aplikatif untuk kehidupannya yang lebih baik.

Oleh karena itu, pada saat kita memenuhi kebutuhan bacaan bagi anak didik, maka salah satu pertimbangannya adalah isi buku. Kita sebagai orangtua harus dapat memilihkan buku bacaan yang isinya sesuai dengan tujuan pembentukan karakter sesuai yang ada dalam kehidupan bermasyarakat. Jangan sampai salah dalam menentukan pilihan buku berdasarkan isinya.

3. 

Senin, 16 Oktober 2023

PERANAN KEGIATAN MEMBACA PADA KARAKTER ANAK

Alkisah, ada seekor kancil yang sangat cerdik dan pandai. Kancil ini terpisah dari keluarga besarnya. Perpisahan terjadi saat para pengelola hutan membabat pepohonan dan belukar di hutan itu. Dan, hutan itu adalah tempat tinggalnya dan keluarga besarnya. Tetapi, akibat pembabatan itu, maka mereka lari kocar-kacir. Mereka terpisah satu dengan yang lainnya. Dia sendirian dan tidak tahu dengan keluarganya. Karena kondisi tersebut, maka dia bertekad untuk bertahan hidup sekuat tenaga. Dia optimalkan semua kemampuan yang dimilikinya, afektif, kognitif, ataupun psikomotoriknya. Maka, jadilah dia sebagai seekor kancil yang mandiri, yang mampu menjalani hidup dengan kemampuan yang dimilikinya. Di samping itu, mereka mampu menyelesaikan permasalahan yang muncul.

Ini merupakan karya literasi yang berbentuk fabel. Fabel artinya cerita yang tokoh-tokohnya dirupakan binatang. Kita mengangkat cerita kehidupan dengan tokoh-tokoh binatang. Pada umumnya, cerita fabel ditulis sebagai cara memberi nasihat pada masyarakat, khususnya anak-anak. Analogi binatang sebagai manusia merupakan upaya untuk mendekatkan pesan, amanat, dan nilai-nilai hidup dengan dunia anak. Dunia anak adalah dunia fantasi, dimana hal mungkin dapat terjadi. Dalam pemikiran anak-anak, binatang juga dapat berbicara. Oleh karena itu, fabel sangat tepat untuk dipergunakan sebagai sarana pendidikan anak-anak.

Dunia Anak, Dunia Khas

Dunia anak-anak adalah dunia yang paling indah. Dunia anak-anak mampu memberikan suasana yang membahagiakan hati. Dunia anak-anak atau kita sebut sebagai masa anak-anak masa, dimana seorang anak dapat mengeksplorasi kemampuan dirinya tanpa penghalang sehingga dapat menunjukkan potensi yang dimilikinya. Dunia anak-anak memang dunia yang penuh kebebasan. Anak-anak dapat melakukan segala keinginan sesuai porsinya. 

Salah satu aspek penting dalam dunia anak-anak adalah kemampuan berkhayal. Kemampuan berkhayal memungkinkan anak-anak dapat membayangkan sesuatu yang mustahil menjadi sesuatu yang nyata, setidaknya dalam pikiran mereka. Daya khayal ini sangat besar sehingga seringkali kita, yang dewasa dibuat kebingungan. Seorang anak dapat berbicara dengan dengan apapun. Segala hal yang ada di sekitar andk merupakan sarana untuk bermain, berkomunikasi. 

Dunia anak adalah dunia yang khas. Setiap orang berusaha untuk membawa dunia anak ke dalam kehidupannya. Mereka berusaha menghadirkan kembali dunia anak ke kejidupannya. Oleh karena itu, tidak jarang kita menemukan orang-orang dewasa yang bersikap sebagai anak-anak. Selalu ada kerinduan orang dewasa terhadap dunia anak-anak. Mereka ingin kembali ke dunia anak-anak, tetapi tidak pernah dapat mewujudkannya. Hal ini karena, mereka mencoba membawa dunia anak-anak ke dalam kehidupannya sekarang. Terlalu jauh perbedaan antara dunia anak-anak dengan dunia orang dewasa. Oleh karena itu, dunia anak-anak dikatkan sebagai dunia yang khas. 

Kita harus memasuki dunia anak-anak.

Ya! Untuk dapat memahami kembsli situasi dan kondisi dunia anak-anak, maka kita harus memasuki dunia mereka. Kita yang harus melebur diri, berusaha untuk memasuki dunia anak-anak untuk dapat mengetahui, bahkan bersikap sebagai anak-anak. Kita yang harus melebur ke dalam dunia anak-anak karena kita yang lebih mudah beradaptasi dengan situasi dan kondisi di lingkungan kita, terutama lingkungan anak-anak.

Dunia anak-anak dan dunia orang dewasa memang jauh berbeda. Tetapi, orang dewasa dapat memasuki dunia anak-anak, sebaliknya anak-anak akan mengalami kesulitan untuk memasuki dunia orang dewasa. Artinya, orang dewasa dapat melakukan proses pengkondisian sehingga anak-anak dapat menjadi sebagaimana harapan orang dewasa. Oleh karena itu, kewajiban orang dewasa untuk mengkondisikan anak-anak sehingga mengikuti yang disampaikan orang dewasa. Salah satu aspek yang dapat disampaikan orang dewasa kepada anak-anak adalah pembentukan karakter anak-anak.

Salah satu pintu yang memungkinkan orang dewasa memasuki dunia anak-anak adalah melalui literasi, khususnya literasi tulis dan baca. Dua jenis literasi ini dapat dijadikan sebagai jembatan penghubung untuk membawa anak-anak pada pembentukan karakter, melalui karakter dari penokohan cerita literasi. 

Seorang penulis, orang dewasa harus dapat mengungkapkan ide, gagasan dalam bentuk cerita. Cerita inilah yang kita jadikan jembatan penghubung yang mengantarkan anak-anak ke pembentukan karakter. Pesan dan amanat yang kita sisipkan dalam cerita merupakan anak panah yang dapat menghujam langsung ke ulu hati sehingga tumbuh dan berkembang kesukaan dan kecintaan anak-anak  pada karya literasi. 

Untuk mewujudkan kondisi tersebut, maka penulis harus dapat memasuki dunia anak-anak. Karya tulis yang dihasilkan seorang penulis harus dapat mewakili dunia anak-anak. Jika seorang penulis dapat memasuki dunia anak-anak, maka tingkat keberhasilan dalam menanamkan pengaruh, khususnya karakter tercapai. Penulis merasa yakin mengatakan hal tersebut sebab pada saat anak-anak membaca karya tulis tersebut, maka amanat dan pesan dapat terekam dalam memori otaknya. Pesan dan amanat yang terekam inilah yang diyakini menjadi energi untuk mengembangkan karakter anak. Pengembangan karakter dalam hal berarti juga pada pembentukan karakter. 

Peranan kegiatan membaca pada pembentukan karakter

Kegiatan membaca merupakan kegiatan literasi untuk mengeja dan memahami kata, kalimat, dan alenia tulisan ataupun segalan kejadian di sekitar kita untuk menjadikannya sebagai stimulus perubahan dalam diri kita. Kegiatan membaca mengkondisikan kita untuk melakukan perubahan, positif dalam diri kita sehingga sesuai dengan nilai-nilai yang diterapkan dalam  kehidupan.

Pada saat kita bergiat membaca, maka pada saat itu kita mencoba untuk menanamkan konsep-konsep pengetahuan dan nilai-nilai positif ke memori otak kita. Proses penanaman ini menjadikan perubahan kuantitas dan kualitas pengetahuan maupun nilai-nilai positif kehidupan dalam diri kita. Amanat dan pesan yang tersimpan di dalam bacaan akan menjadi pengalaman jiwa dan teraplikasi dalam kehiduoan sehari-hari. Semakin banyak kita membaca, maka semakin banyak pengetahuan dan nilai-nilai positif yang tertanam di dalam memori otak kita.

Dalam konteks inilah, kita dapat menemukan kenyataan bahwa kegiatan membaca sangat penting dalam proses pembentukan karakter anak-anak. Semakin banyak hal yang dibaca oleh anak-anak, maka semakin banyak pengetahuan dan nilai-nilai yang didimpan dalam memori otak. Oleh karena itu, kita harus menggiatkan anak-anak dalam proses membaca. Anak-anak harus dikondisikan agar tumbuh kebutuhan untuk membaca. Kita harus dapat membangkitkan semangat membaca pada anak-anak sehingga memberdayakan setiap waktunya untuk membaca. Dengan bertumbuhnya semangat membaca, maka banyak amanat dan pesan dapat ditanamkan ke dalam memori otaknya dan akhirnya membentuk karakter positif dalam dirinya. 

Karakter positif dapat terbentuk dengan berbagai cara. Setiap orang dapat ikut berperan dalam pembentukan karakter positif ini. Hal ini karena setiap orang mempunyai cara khusus dalam proses pembentukan karakter anak-anak. Cara-cara yang dapat dilakukan di antaranya adalah peneladanan, pewejangan, dan kegiatan membaca. Untuk menjadi baik, seseorang dapat mengembangkannya dengan meneladani karakter seseorang yang patut diteladani. Dengan meneladani seseorang, setidaknya anak-anak dapat menduplikasi dan mereplikasi untuk dirinya. Kita tahu dan menyadari bahwa anak adalah duplikator terbaik. Seorang anak mempunyai kemampuan menduplikasi dan mereplikasi hal-hal di luar dirinya untuk menjadi bagian integral dirinya.

Kegiatan membaca merupakan kegiatan menyerap dan memahami pesan dan amanat yang diselipkan penulis di dalam karya tulisnya, bacaan. Dengan demikian, maka semakin banyak membaca akan menyebabkan semakin banyak pesan dan amanat diserap dan dipahami oleh anak-anak. Oleh karena itu, kita perlu menciptakan kegiatan dan lingkungan yang dekat dengan kegiatan membaca. Masyarakat harus menyadari peranannya sebagai pendamping dan pembimbing anak-anak dalam proses pengembangan dirinya. Bentuk kesadaran tersebut tidak lain adalah memberi peluang anak-anak untuk dapat memperoleh bahan bacaan yang sesuai dengan tingkat kebutuhannya. 

Akhirnya, penulis menutup tulisan ini dengan harapan dan doa agar kegiatan literasi baca dan tulis dapat tumbuh dan berkembang untuk memenuhi kebutuhan anak-anak dan mampu melakukan perubahan positif pada karakter anak-anak. Semoga...


Gembongan, 25 Oktober 2023

Mohammad Saroni
Gembongan, Gedeg, Mojokerto
Penulis buku #Mengelolajurnal pendidikansekolah

Selasa, 03 Oktober 2023

Mengembangkan Karakter dengan Kegiatan Literasi

 Pendidikan telah menjadi salah satu proses yang sangat dibutuhkan dalam upaya untuk mengembangkan diri. Begitu pentingnya proses pendidikan sehingga pada tahapan usia tertentu, anak dikirim untuk mengikuti proses pendidikan. Sebenarnya, proses pendidikan dapat dilakukan di lingkungan keluarga, khususnya pendidikan usia dini. Tetapi, pola kehidupan yang terus berkembang memberikan konsekuensi ketat pada setiap keluarga, khususnya ayah dan ibu. Mereka harus bekerja di luar lingkungan keluarga sebab harus menjawab tuntutan kehidupan. Tuntutan kehidupan semakin lama semakin berat dan tidak dapat ditunda lagi. Dan, keputusan yang diambil adalah menitipkan anak – anak pada proses – proses pendidikan di luar lingkungan keluarga.

Proses menitipkan proses pendidikan kepada lingkungan di luar keluarga, khususnya untuk anak – anak balita pada saat sekarang telah menjadi sesuatu yang umum. Hal ini terjadi karena orangtua yang disibukkan oleh kegiatan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Orangtua menyerahkan proses pembentukan karakter pada sekolah, dalam hal ini para guru. Sementara, para orangtua sibuk dengan kegiatan masing – masing. Kebutuhan dasar anak untuk pembentukan karakter digantikan oleh orang lain. Hal ini menyebabkan prosentase pembentukan oleh orangtua berkurang. Sementara, sebenarnya peranan orangtua dalam pembentukan karakter merupakan tanggungjawab utama orangtua. Tetapi, tuntutan kehidupan yang semakin besar memaksa setiap orangtua untuk melakukan hal yang sama terhadap anak – anak. Dan, kondisi tersebut sudah dianggap sebagai sesuatu yang wajar.

Kita tidak sedang menghakimi masyarakat, orangtua atau siapa saja yang dianggap mempunyai kewajiban dan tanggungjawab dalam proses pembentukan dan pengembangan karakter anak. Pembahasan dalam tulisan ini justru diharapkan dapat menjadi satu pengetahuan tambahan terkait karakter anak – anak jaman sekarang dan bagaimana langkah untuk menanganinya. Hal ini sangat penting sebab karakter menjadi satu aspek penentu kualitas dan kondisi kehidupan masyarakat. bagaimana kualitas hidup sebuah masyarakat di masa depan dapat kita prediksi dari karakter masyarakatnya. Masyarakat yang berkarakter mempunyai kecenderungan lebih tertata pola kehidupannya dibandingkan masyarakat yang kehilangan karakternya. Oleh karena itulah, berbagai program pembentukan dan  karakter dicanangkan oleh banyak daerah sebagai upaya mencegah atau mengatasi permasalahan karakter anak bangsa. Salah satu program yang dianggap sebagai langkah solutif adalah kegiatan literasi.

Pembentukan karakter melalui Literasi

Pembentukan karakter memang sudah selayaknya mendapatkan perhatian yang lebih besar dibandingkan program yang lainnya, khususnya dalam bidang pendidikan. Hal ini terkait dengan kenyataan bahwa kesadaran literasi pada anak – anak sangat rendah sehingga kegiatan membaca buku hampir tidak pernah dilakukan. Anak – anak tidak menyukai buku.

Sungguh kondisi ini sangat riskan sebab seperti kita ketahui pepatah mengatakan bahwa buku adalah jendela dunia. Kegiatan membaca buku yang kita lakukan merupakan satu cara kita untuk mengetahui kondisi yang ada di luar lingkungan kita. Buku juga merupakan  sumber informasi yang paling penting, termasuk dalam upaya pembentukan dan pengembangan karakter. Buku merupakan karya tulis seseorang yang terkait dengan satu obyek kehidupan. Dengan demikian, maka kita dapat mengatakan bahwa buku merupakan sari kehidupan yang dituliskan oleh seseorang sebagai upaya untuk menjaga kehidupan tetap baik selama – lamanya. Buku akan tetap ada dalam kehidupan kita sehingga setiap generasi dapat membacanya untuk menambah pengetahuan, bahkan membentuk dan mengembangkan karakter dirinya.

Sebuah buku yang berada di tangan pembaca, sebenarnya sudah melalui berbagai proses sehingga dapat terbit. Proses tersebut salah satunya adalah kurasi dan editing naskah. Pada saat sebuah konsep buku melewati proses kurasi dan editing, isi buku sudah dipelajari oleh mereka yang mempunyai pemahaman kelayakan terbit buku. Dengan proses ini, maka sebuah buku yang berada di tangan pembaca sudah mempunyai kelayakan yang sesuai dengan tingkat pemahaman pembaca. Dan, jika materi di dalam buku dibaca, maka pemahamannya dapat membentuk karakter pembacanya. Sebuah buku mempunyai kecenderungan untuk memuat nilai – nilai positif yang diharapkan dapat diserap para pembaca. Buku sebagai sumber pengetahuan tertulis merupakan hasil dari  pencerahan kehidupan oleh penulisnya.

Energi dan kekuatan yang ada di dalam kehidupan mengisyaratkan kepada kita betapa besar pengaruh buku pada seseorang atau masyarakat. Pada aspek karakter, isi buku dapat menjadi energy pembentuk dan pengembang karakter, bahkan pematiknya. Dan, bukan sesuatu yang aneh jika kehidupan atau karakter seseorang mengalami perubahan yang sangat signifikan setelah membaca sebuah buku. Pola kehidupan seseorang dapat mengalami perubahan setelah membaca sebuah buku. Inilah bukti bahwa buku dapat dijadikan sebagai pembentuk karakter seseorang. Oleh karena itulah, program literasi dicanangkan sebagai gerakan nasional dengan harapan ada pembiasaan anak pada kegiatan literasi, membaca dan menulis. Kegiatan ini diyakini dapat memberikan pengaruh yang snagat signifikan terhadap pembentukan karakter anak.

Sekolah atau orangtua sudah seharusnya mencanangkan gerakan literasi sebagai kegiatan wajib yang harus dilaksanakan oleh anak – anak. Setiap saat anak selalu dikondisikan untuk dekat dengan kegiatan literasi, baik itu membaca ataupun menulis. Berbagai buku kita sediakan untuk dibaca anak – anak, terutama buku – buku pembangun karakter. Jika setiap saat anak membaca buku dengan isi nilai – nilai positif, maka dalam dirinya akan terbentuk satu karakter yang dibacanya. Pada saat itu, Harry Potter sedang booming, maka mayoritas karakter anak – anak menyerap karakter Harry dan menerapkannya dalam kehidupannya. Pada saat yang lain, ada buku dengan karakter lain dan dibaca anak – anak, maka karakter tersebut muncul sebagai karakter anak – anak. Bagaimana jika ternyata ada buku yang menyanjikan tokoh negatif dalam isinya?

Pilihan Literasi yang Tepat

Kegiatan literasi menjadi salah satu solusi yang banyak diterapkan untuk meningkatkan kemampuan karakter anak – anak dan masyarakat. Berbagai kegiatan dilakukan untuk meningkatkan kemauan anak – anak pada literasi. Bahkan, tidak hanya anak – anak yang diharapkan mengikuti kegiatan terkait dengan literasi melainkan juga masyarakat. Gerakan literasi yang dicanangkan secara nasional tidak hanya diarahkan untuk lingkungan sekolah, melainkan semua lingkungan yang ada. Harapan yang muncul adalah kesadaran masyarakat terhadap literasi mneingkat secara signifikan. Kegiatan ini terutama sebagai upaya untuk membangkitkan kembali kegemaran membaca buku. Memang, angka buta huruf di masyarakat sudah mengalami penurunan secara signifikan, tetapi gempuran kedatangan informasi secara digital telah menurunkan pula kemauan masyarakat untuk membaca buku ataupun sejenisnya. Masyarakat lebih suka membaca secara digital daripada bacaan- bacaan yang diterbitkan secara cetak. Buku – buku kehilangan pembacanya. Perpustakaan sepi dari pengunjung. Buku – buku rusak karena tidak dibaca. Bahkan, tidak jarang perpustakaan yang seharusnya menjadi tempat mendapatkan pengetahuan hanya berfungsi sebagai gudang buku.

Tetapi, meskipun demikian tidak mengurangi semangat penerbitan untuk memproduksi berbagai buku untuk dibaca masyarakat. dalam konteks inilah, maka orangtua mempunyai kewajiban untuk memilih bahan literasi untuk anak – anaknya. Pemilihan bahan literasi ini diyakini mempunyai peran penting dalam pembentukan dan pengembangan karakter anak. Dengan pilihan bahan literasi atau buku yang tepat, maka proses pembentukan dan pengembangan karakter anak sesuai dengan harapan. Kegiatan literasi, dalam hal ini kegiatan membaca pada dasarnya kegiatan mengikat intisari dari materi yang ada di dalam buku. Pada saat kita membaca buku, maka pada saat itulah sensor otak kita memilih dan memilah hal – hal yang penting dan tidak penting untuk kehidupannya.

Pemilihan buku yang tepat bagi anak diyakini dapat memberikan arah yang tepat bagi anak untuk mencapai kondisi yang diharapkan dalam prosesnya. Bahwa sebenarnya karakter yang dimiliki oleh seseorang salah atunya berasal dari proses pembiasaan yang dijalaninya dalam waktu tertentu. Artinya, jika kita selalu melakukan kegiatan rutin, maka kegiatan tersebut akan melekat pada diri kita sehingga kita merasa kurang jika belum melakukan kegiatan tersebut. Begitu juga karakter, jika anak dibiasakan untuk melakukan hal – hal positif, maka pada masa mendatang hal tersebut akan muncul secara otomatis setiap kali menghadapi kondisi sesuai dengan hal – hal yang dibiasakannya. Misalnya, seorang anak dibiasakan untuk cuci tangan sebelum makan, maka sepanjang hidupnya akan melakukan hal yang sama. Mereka terbiasa untuk melakukan sesuatu tersebut.

Begitu juga halnya dengan kegiatan membaca yang mengarah pada pembentukan dan pengembangan karakter anak. Bahan bacaan haruslah dipilih oleh orangtua sedemikian rupa sehingga anak selalu berhubungan dengan bahan bacaan yang sama atau mempunyai nilai sebagaimana yang kita harapkan. Bahan bacaan dengan isi positif berkecenderungan untuk membentuk jiwa positif pada pembacanya. Untuk hal ini, maka kita memang harus memilih buku sesuai dengan kondisi yang kita harapkan. Tugas orangtua dan orang – orang dewasa di sekitar anak menentukan jenis buku yang harus dibaca oleh anak – anak. Kita tidak boleh membiarkan anak membaca buku yang di luar konteks peruntukan bagi dirinya. Artinya jika anak masih kecil, maka bacaannya untuk anak kecil. Anak remaja dipilihkan buku remaja. Begitu seterusnya. Dengan cara seperti itu, maka diyakini bahwa pembentukan karakter dapat dilakukan secara optimal melalui bahan literasi atau buku.

Penentuan pilihan buku yang tepat bagi anak – anak harus dilakukan secara intensif agar anak tidak salah membaca buku. Kesalahan membaca buku dapat menyebabkan anak mengabaikan buku yang seharusnya menjadi porsinya. Anak – anak kecil seharusnya membaca buku – buku anak kecil, tetapi jika ternyat aanak kecil sudah membaca buku untuk remaja, maka isi buku akan meracuni pikirannya dan menyebabkan dia nyaman dengan buku remaja. Kondisi ini sangat membahayakan pol akehidupan anak di masa depan. Sekali lagi, untuk proses pembentukan dan pengembangan karakter melalui literasi harus didukung oleh orangtua dengan memilihkan buku yang tepat bagi anak – anak. Jangan membiarkan anak membaca buku yang bukan peruntukannya, walaupun kit amenggencarkan kegiatan literasi, bukan berarti kita membiarkan anak membaca apapun.

Pembiasaan Anak di Lingkungan Literatif

Pada kondisi yang lainnya, kegiatan literasi dapat ditingkatkan dengan membiasakan anak berada di lingkungan yang  literatif. Lingkungan literatif adalah lingkungan yang didalamnya selalu ada kegiatan berhubungan dengan literasi, buku. Lingkungan literatif ini memungkinkan anak mendapatkan jenis buku yang diinginkannya sesuai dengan tingkatan usianya. Anak tidak akan memilih buku yang bukan untuk dirinya karena banyaknya buku yang tersedia di lingkungan tersebut. Lingkungan ini dapat berupa perpustakaan, toko buku, atau pusat belajar masyarakat.

Anak adalah sosok duplikator ulung untuk segala hal. Setiap kemampuan yang dimiliki oleh anak merupakan hasil dari proses duplikator yang dilakukan terhadap lingkungannya. Oleh karena itu, kita selalu metekankan agar tidak sembarangan berbicara atau bersikap di sekitar anak – anak. Hal ini sangat memudahkan anak – anak untuk merekam segala yang didengar dan dilihat di sekelilingnya. Dalam konteks tersebut, kita manfaatkan sebagai proses pembentukan dan pengembangan karakter. Anak – anak membentuk karakternya berbasis pada proses duplikator terhadap setiap yang dilihat dan didengar di sekelilingnya. Perkembangan seorang anak karena dia berada di lingkungan orang – orang yang aktif menstimulusnya dengan kegiatan dan kata – kata yang positif.

Selanjutnya kondisi tersebut kita aplikasikan pada peranan buku, bahan literasi untuk pembentukan karakter anak. Hal ini kita dasarkan pada kenyataan bahwa buku mempunyai energy yangs angat besar dalam mempengaruhi karakter seseorang, khususnya anak – anak. Anak – anak sebagai sosok duplikator atau peniru sangat mungkin untuk menirukan atau menduplikasi hal – hal yang dibacanya dari sebuah buku. Oleh karena itu, maka untuk membentuk dan mengembangkan karakter dapat dilakukan dengan membiasakan anak berada di lingkungan yang literatif. Anak – anak harus secara terus menerus kita biasakan berada di lingkungan yang bernuansa literasi. Setiap saat, anak harus merasakan nikmatnya berada di lingkungan literasi.

Untuk pembiasaan anak di lingkungan literatif, maka secara intensif anak dapat kita ajak berkunjung ke temapt – tempat yang identik dengan buku atau bahan literasi, yaitu perpustakaan, toko buku, atau tempat belajar masyarakat lainnya. Anak – anak harus dibiasakan untuk berkunjung ke tempat – tempat yang terkait dengan kegiatan literasi. Cara ini memungkinkan anak untuk sellau berada dalam lingkungan literatif. Setiap saat anak dapat menemukan buku bacaan dan mengkonsumsinya sebagai bacaan dirinya. Pembiasaan anak berada di lingkungan literatif memungkinkan tumbuhkembangnya rasa senang terhadap bahan bacaan. Tak kenal, maka tak sayang. Begitu satu pepatah yang sangat dekat dengan kebiasaan membaca pada anak – anak. Kebiasaan mereka berada di lingkungan literatif dapat menumbuhkan rasa sayangnya kepada buku.

Proses pembentukan dan pengembangan karakter pada dasarnya berbasis pada proses pembiasaan. Pada saat anak berada di lingkungan keluarga atau dimanapun, jika dibiasakan untuk melakukan suatu kondisi, maka kondisi tersebut menjadi bagian integral dirinya. Jika sudah menjadi bagian integral dalam diri anak, maka setiap saat kondisi tersebut akan muncul sebagai karakter diri. Kita tidak perlu program yang muluk – muluk untuk membentuk dan mengembangkan kemampuan karakter anak. Kita hanya perlu membiasakan anak untuk selalu berada dalam lingkungan literatif atau setidaknya kita slelau dekatkan mereka pada lingkungan literatif. Kenalkan saja anak – anak dengan lingkungan yang literatif,maka akan tumbuh kebutuhan terhadap literasi.

Pembiasaan memang menjadi satu kondisi khusus yang harus diciptakan untuk anak – anak. Kita tidak perlu memaksakan agar anak mengikuti sesuatu, melainkan biasakan anak berada di lingkungan tersebut, maka akan tumbuh dengan sendirinya kebiasaan. Kebiasaan itulah yang selanjutnya menjadi citra diri anak – anak. Masyarakat dapat mengenal kita berdasarkan kebiasaan kita dalam kehidupan. Kebiasaan tersebut selanjutnya dapat kita katakan sebagai karakter diri. Artinya, sesungguhnya karakter yang dimiliki oleh seseorang merupakan hasil proses berkelanjutnya yang terus menerus sebagai suatu kebiasaan hidup. Seseorang memiliki satu karakter karena selama dalam kurun waktu tertentu telah mengkondisikan dirinya untuk berada pada situasi tertentu.  Dia membiasakan dirinya untuk terus menerus melakukan kebiasaan tersebut.

Dan, masa anak – anak merupakan masa emas untuk membentuk dan mengembangkan kemampuan karakter tersebut. Sejak masa anak – anak, proses pembentukan dan pengembangan karakter dilakukan oleh orangtua. Setiap hari anak dikondisikan untuk melakukan nilai – nilai kehidupan yang berlaku dalam kehidupan. Pengkondisian ini merupakan upaya agar anak terbiasa melakukan hal – hal baik. Kebiasaan itulah yang selanjutnya menjadi bagian integral diri. Bagian integral ini selanjutnya muncul sebagai kebiasaan.

Pembentukan dan pengembangan kemampuan karakter anak melalui kegiatan literasi diharapkan mampu menjadikan anak – anak sebagai generasi positif. Oleh karena itu, maka pemerintah mencanangkan gerakan literasi sekolah sebagai upaya untuk membentuk kebiasaan positif pada anak – anak. Gerakan literasi sekolah yang menggarap karakter melalui literasi merupakan kegiatan yang pas dengan upaya pembentukan dan pengembangan karakter ini. Kegiatan ini seharusnya mendapatkan repon positif dari semua pihak. Bahkan, mereka harus bergiat aktif sehingga gerakan literasi menjadi tanggungjawab bersama. Perasaan bertanggungjawab sudah merupakan nilai tambah yang sangat penting bagi keterlaksanaan kegiatan.

Pembentukan dan pengembangan kemampuan karakter memang dapat dilaksanakan melalui literasi. Bahan – bahan literasi yang berupa buku menjadi sumber informasi nilai – nilai positif kehidupan. Nilai – nilai positif yang tertulis di dalam buku jika dibaca secara terus menerus, maka tertanam dalam memori anak dan menjadi bagian dirinya. Kita tidak kesulitan menanamkan karakter sebab anak sudah dapat menyerap nilai – nilai positif tersebut dari bacaan yang dibacanya. Kita dapat memberikan berbagai bahan bacaan untuk anak – anak agar menyerap nilai – nilai positif yang ada di dalam buku dan menjadikannya sebagai bagian dirinya.

Semoga kegiatan yang kita balut dalam gerakan literasi sekolah ataupun gerakan literasi nasional benar – benar dapat terwujudkan secara optimal. Kita harus meyakini bahwa pembentukan dan pengembangan dapat dilakukan dengan kegiatan literasi. Hal ini karena bahan yang kita isikan dalam sebuah buku dapat kita kondisikan sedemikian rupa sehingga sesuai dengan harapan. Dan, setiap penulis mempunyai kecenderungan untuk menuliskan hal – hal positif dalam kehidupan dan menyampaikan bahwa hal – hal yang negatif harus ditinggalkan agar hidup dapat bahagia. Muatan yang ada di dalam sebuah buku adalah upaya untuk mengajak pembacanya untuk menyerap nilai – nilai yang berguna bagi kehidupan dan mendukung penciptaan kehidupan yang nyaman.

Salam literasi.



Gembongan, 2023


Mohammad Saroni, Penulis Buku Orang Miskin Harus Sekolah