Selasa, 03 Oktober 2023

Mengembangkan Karakter dengan Kegiatan Literasi

 Pendidikan telah menjadi salah satu proses yang sangat dibutuhkan dalam upaya untuk mengembangkan diri. Begitu pentingnya proses pendidikan sehingga pada tahapan usia tertentu, anak dikirim untuk mengikuti proses pendidikan. Sebenarnya, proses pendidikan dapat dilakukan di lingkungan keluarga, khususnya pendidikan usia dini. Tetapi, pola kehidupan yang terus berkembang memberikan konsekuensi ketat pada setiap keluarga, khususnya ayah dan ibu. Mereka harus bekerja di luar lingkungan keluarga sebab harus menjawab tuntutan kehidupan. Tuntutan kehidupan semakin lama semakin berat dan tidak dapat ditunda lagi. Dan, keputusan yang diambil adalah menitipkan anak – anak pada proses – proses pendidikan di luar lingkungan keluarga.

Proses menitipkan proses pendidikan kepada lingkungan di luar keluarga, khususnya untuk anak – anak balita pada saat sekarang telah menjadi sesuatu yang umum. Hal ini terjadi karena orangtua yang disibukkan oleh kegiatan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Orangtua menyerahkan proses pembentukan karakter pada sekolah, dalam hal ini para guru. Sementara, para orangtua sibuk dengan kegiatan masing – masing. Kebutuhan dasar anak untuk pembentukan karakter digantikan oleh orang lain. Hal ini menyebabkan prosentase pembentukan oleh orangtua berkurang. Sementara, sebenarnya peranan orangtua dalam pembentukan karakter merupakan tanggungjawab utama orangtua. Tetapi, tuntutan kehidupan yang semakin besar memaksa setiap orangtua untuk melakukan hal yang sama terhadap anak – anak. Dan, kondisi tersebut sudah dianggap sebagai sesuatu yang wajar.

Kita tidak sedang menghakimi masyarakat, orangtua atau siapa saja yang dianggap mempunyai kewajiban dan tanggungjawab dalam proses pembentukan dan pengembangan karakter anak. Pembahasan dalam tulisan ini justru diharapkan dapat menjadi satu pengetahuan tambahan terkait karakter anak – anak jaman sekarang dan bagaimana langkah untuk menanganinya. Hal ini sangat penting sebab karakter menjadi satu aspek penentu kualitas dan kondisi kehidupan masyarakat. bagaimana kualitas hidup sebuah masyarakat di masa depan dapat kita prediksi dari karakter masyarakatnya. Masyarakat yang berkarakter mempunyai kecenderungan lebih tertata pola kehidupannya dibandingkan masyarakat yang kehilangan karakternya. Oleh karena itulah, berbagai program pembentukan dan  karakter dicanangkan oleh banyak daerah sebagai upaya mencegah atau mengatasi permasalahan karakter anak bangsa. Salah satu program yang dianggap sebagai langkah solutif adalah kegiatan literasi.

Pembentukan karakter melalui Literasi

Pembentukan karakter memang sudah selayaknya mendapatkan perhatian yang lebih besar dibandingkan program yang lainnya, khususnya dalam bidang pendidikan. Hal ini terkait dengan kenyataan bahwa kesadaran literasi pada anak – anak sangat rendah sehingga kegiatan membaca buku hampir tidak pernah dilakukan. Anak – anak tidak menyukai buku.

Sungguh kondisi ini sangat riskan sebab seperti kita ketahui pepatah mengatakan bahwa buku adalah jendela dunia. Kegiatan membaca buku yang kita lakukan merupakan satu cara kita untuk mengetahui kondisi yang ada di luar lingkungan kita. Buku juga merupakan  sumber informasi yang paling penting, termasuk dalam upaya pembentukan dan pengembangan karakter. Buku merupakan karya tulis seseorang yang terkait dengan satu obyek kehidupan. Dengan demikian, maka kita dapat mengatakan bahwa buku merupakan sari kehidupan yang dituliskan oleh seseorang sebagai upaya untuk menjaga kehidupan tetap baik selama – lamanya. Buku akan tetap ada dalam kehidupan kita sehingga setiap generasi dapat membacanya untuk menambah pengetahuan, bahkan membentuk dan mengembangkan karakter dirinya.

Sebuah buku yang berada di tangan pembaca, sebenarnya sudah melalui berbagai proses sehingga dapat terbit. Proses tersebut salah satunya adalah kurasi dan editing naskah. Pada saat sebuah konsep buku melewati proses kurasi dan editing, isi buku sudah dipelajari oleh mereka yang mempunyai pemahaman kelayakan terbit buku. Dengan proses ini, maka sebuah buku yang berada di tangan pembaca sudah mempunyai kelayakan yang sesuai dengan tingkat pemahaman pembaca. Dan, jika materi di dalam buku dibaca, maka pemahamannya dapat membentuk karakter pembacanya. Sebuah buku mempunyai kecenderungan untuk memuat nilai – nilai positif yang diharapkan dapat diserap para pembaca. Buku sebagai sumber pengetahuan tertulis merupakan hasil dari  pencerahan kehidupan oleh penulisnya.

Energi dan kekuatan yang ada di dalam kehidupan mengisyaratkan kepada kita betapa besar pengaruh buku pada seseorang atau masyarakat. Pada aspek karakter, isi buku dapat menjadi energy pembentuk dan pengembang karakter, bahkan pematiknya. Dan, bukan sesuatu yang aneh jika kehidupan atau karakter seseorang mengalami perubahan yang sangat signifikan setelah membaca sebuah buku. Pola kehidupan seseorang dapat mengalami perubahan setelah membaca sebuah buku. Inilah bukti bahwa buku dapat dijadikan sebagai pembentuk karakter seseorang. Oleh karena itulah, program literasi dicanangkan sebagai gerakan nasional dengan harapan ada pembiasaan anak pada kegiatan literasi, membaca dan menulis. Kegiatan ini diyakini dapat memberikan pengaruh yang snagat signifikan terhadap pembentukan karakter anak.

Sekolah atau orangtua sudah seharusnya mencanangkan gerakan literasi sebagai kegiatan wajib yang harus dilaksanakan oleh anak – anak. Setiap saat anak selalu dikondisikan untuk dekat dengan kegiatan literasi, baik itu membaca ataupun menulis. Berbagai buku kita sediakan untuk dibaca anak – anak, terutama buku – buku pembangun karakter. Jika setiap saat anak membaca buku dengan isi nilai – nilai positif, maka dalam dirinya akan terbentuk satu karakter yang dibacanya. Pada saat itu, Harry Potter sedang booming, maka mayoritas karakter anak – anak menyerap karakter Harry dan menerapkannya dalam kehidupannya. Pada saat yang lain, ada buku dengan karakter lain dan dibaca anak – anak, maka karakter tersebut muncul sebagai karakter anak – anak. Bagaimana jika ternyata ada buku yang menyanjikan tokoh negatif dalam isinya?

Pilihan Literasi yang Tepat

Kegiatan literasi menjadi salah satu solusi yang banyak diterapkan untuk meningkatkan kemampuan karakter anak – anak dan masyarakat. Berbagai kegiatan dilakukan untuk meningkatkan kemauan anak – anak pada literasi. Bahkan, tidak hanya anak – anak yang diharapkan mengikuti kegiatan terkait dengan literasi melainkan juga masyarakat. Gerakan literasi yang dicanangkan secara nasional tidak hanya diarahkan untuk lingkungan sekolah, melainkan semua lingkungan yang ada. Harapan yang muncul adalah kesadaran masyarakat terhadap literasi mneingkat secara signifikan. Kegiatan ini terutama sebagai upaya untuk membangkitkan kembali kegemaran membaca buku. Memang, angka buta huruf di masyarakat sudah mengalami penurunan secara signifikan, tetapi gempuran kedatangan informasi secara digital telah menurunkan pula kemauan masyarakat untuk membaca buku ataupun sejenisnya. Masyarakat lebih suka membaca secara digital daripada bacaan- bacaan yang diterbitkan secara cetak. Buku – buku kehilangan pembacanya. Perpustakaan sepi dari pengunjung. Buku – buku rusak karena tidak dibaca. Bahkan, tidak jarang perpustakaan yang seharusnya menjadi tempat mendapatkan pengetahuan hanya berfungsi sebagai gudang buku.

Tetapi, meskipun demikian tidak mengurangi semangat penerbitan untuk memproduksi berbagai buku untuk dibaca masyarakat. dalam konteks inilah, maka orangtua mempunyai kewajiban untuk memilih bahan literasi untuk anak – anaknya. Pemilihan bahan literasi ini diyakini mempunyai peran penting dalam pembentukan dan pengembangan karakter anak. Dengan pilihan bahan literasi atau buku yang tepat, maka proses pembentukan dan pengembangan karakter anak sesuai dengan harapan. Kegiatan literasi, dalam hal ini kegiatan membaca pada dasarnya kegiatan mengikat intisari dari materi yang ada di dalam buku. Pada saat kita membaca buku, maka pada saat itulah sensor otak kita memilih dan memilah hal – hal yang penting dan tidak penting untuk kehidupannya.

Pemilihan buku yang tepat bagi anak diyakini dapat memberikan arah yang tepat bagi anak untuk mencapai kondisi yang diharapkan dalam prosesnya. Bahwa sebenarnya karakter yang dimiliki oleh seseorang salah atunya berasal dari proses pembiasaan yang dijalaninya dalam waktu tertentu. Artinya, jika kita selalu melakukan kegiatan rutin, maka kegiatan tersebut akan melekat pada diri kita sehingga kita merasa kurang jika belum melakukan kegiatan tersebut. Begitu juga karakter, jika anak dibiasakan untuk melakukan hal – hal positif, maka pada masa mendatang hal tersebut akan muncul secara otomatis setiap kali menghadapi kondisi sesuai dengan hal – hal yang dibiasakannya. Misalnya, seorang anak dibiasakan untuk cuci tangan sebelum makan, maka sepanjang hidupnya akan melakukan hal yang sama. Mereka terbiasa untuk melakukan sesuatu tersebut.

Begitu juga halnya dengan kegiatan membaca yang mengarah pada pembentukan dan pengembangan karakter anak. Bahan bacaan haruslah dipilih oleh orangtua sedemikian rupa sehingga anak selalu berhubungan dengan bahan bacaan yang sama atau mempunyai nilai sebagaimana yang kita harapkan. Bahan bacaan dengan isi positif berkecenderungan untuk membentuk jiwa positif pada pembacanya. Untuk hal ini, maka kita memang harus memilih buku sesuai dengan kondisi yang kita harapkan. Tugas orangtua dan orang – orang dewasa di sekitar anak menentukan jenis buku yang harus dibaca oleh anak – anak. Kita tidak boleh membiarkan anak membaca buku yang di luar konteks peruntukan bagi dirinya. Artinya jika anak masih kecil, maka bacaannya untuk anak kecil. Anak remaja dipilihkan buku remaja. Begitu seterusnya. Dengan cara seperti itu, maka diyakini bahwa pembentukan karakter dapat dilakukan secara optimal melalui bahan literasi atau buku.

Penentuan pilihan buku yang tepat bagi anak – anak harus dilakukan secara intensif agar anak tidak salah membaca buku. Kesalahan membaca buku dapat menyebabkan anak mengabaikan buku yang seharusnya menjadi porsinya. Anak – anak kecil seharusnya membaca buku – buku anak kecil, tetapi jika ternyat aanak kecil sudah membaca buku untuk remaja, maka isi buku akan meracuni pikirannya dan menyebabkan dia nyaman dengan buku remaja. Kondisi ini sangat membahayakan pol akehidupan anak di masa depan. Sekali lagi, untuk proses pembentukan dan pengembangan karakter melalui literasi harus didukung oleh orangtua dengan memilihkan buku yang tepat bagi anak – anak. Jangan membiarkan anak membaca buku yang bukan peruntukannya, walaupun kit amenggencarkan kegiatan literasi, bukan berarti kita membiarkan anak membaca apapun.

Pembiasaan Anak di Lingkungan Literatif

Pada kondisi yang lainnya, kegiatan literasi dapat ditingkatkan dengan membiasakan anak berada di lingkungan yang  literatif. Lingkungan literatif adalah lingkungan yang didalamnya selalu ada kegiatan berhubungan dengan literasi, buku. Lingkungan literatif ini memungkinkan anak mendapatkan jenis buku yang diinginkannya sesuai dengan tingkatan usianya. Anak tidak akan memilih buku yang bukan untuk dirinya karena banyaknya buku yang tersedia di lingkungan tersebut. Lingkungan ini dapat berupa perpustakaan, toko buku, atau pusat belajar masyarakat.

Anak adalah sosok duplikator ulung untuk segala hal. Setiap kemampuan yang dimiliki oleh anak merupakan hasil dari proses duplikator yang dilakukan terhadap lingkungannya. Oleh karena itu, kita selalu metekankan agar tidak sembarangan berbicara atau bersikap di sekitar anak – anak. Hal ini sangat memudahkan anak – anak untuk merekam segala yang didengar dan dilihat di sekelilingnya. Dalam konteks tersebut, kita manfaatkan sebagai proses pembentukan dan pengembangan karakter. Anak – anak membentuk karakternya berbasis pada proses duplikator terhadap setiap yang dilihat dan didengar di sekelilingnya. Perkembangan seorang anak karena dia berada di lingkungan orang – orang yang aktif menstimulusnya dengan kegiatan dan kata – kata yang positif.

Selanjutnya kondisi tersebut kita aplikasikan pada peranan buku, bahan literasi untuk pembentukan karakter anak. Hal ini kita dasarkan pada kenyataan bahwa buku mempunyai energy yangs angat besar dalam mempengaruhi karakter seseorang, khususnya anak – anak. Anak – anak sebagai sosok duplikator atau peniru sangat mungkin untuk menirukan atau menduplikasi hal – hal yang dibacanya dari sebuah buku. Oleh karena itu, maka untuk membentuk dan mengembangkan karakter dapat dilakukan dengan membiasakan anak berada di lingkungan yang literatif. Anak – anak harus secara terus menerus kita biasakan berada di lingkungan yang bernuansa literasi. Setiap saat, anak harus merasakan nikmatnya berada di lingkungan literasi.

Untuk pembiasaan anak di lingkungan literatif, maka secara intensif anak dapat kita ajak berkunjung ke temapt – tempat yang identik dengan buku atau bahan literasi, yaitu perpustakaan, toko buku, atau tempat belajar masyarakat lainnya. Anak – anak harus dibiasakan untuk berkunjung ke tempat – tempat yang terkait dengan kegiatan literasi. Cara ini memungkinkan anak untuk sellau berada dalam lingkungan literatif. Setiap saat anak dapat menemukan buku bacaan dan mengkonsumsinya sebagai bacaan dirinya. Pembiasaan anak berada di lingkungan literatif memungkinkan tumbuhkembangnya rasa senang terhadap bahan bacaan. Tak kenal, maka tak sayang. Begitu satu pepatah yang sangat dekat dengan kebiasaan membaca pada anak – anak. Kebiasaan mereka berada di lingkungan literatif dapat menumbuhkan rasa sayangnya kepada buku.

Proses pembentukan dan pengembangan karakter pada dasarnya berbasis pada proses pembiasaan. Pada saat anak berada di lingkungan keluarga atau dimanapun, jika dibiasakan untuk melakukan suatu kondisi, maka kondisi tersebut menjadi bagian integral dirinya. Jika sudah menjadi bagian integral dalam diri anak, maka setiap saat kondisi tersebut akan muncul sebagai karakter diri. Kita tidak perlu program yang muluk – muluk untuk membentuk dan mengembangkan kemampuan karakter anak. Kita hanya perlu membiasakan anak untuk selalu berada dalam lingkungan literatif atau setidaknya kita slelau dekatkan mereka pada lingkungan literatif. Kenalkan saja anak – anak dengan lingkungan yang literatif,maka akan tumbuh kebutuhan terhadap literasi.

Pembiasaan memang menjadi satu kondisi khusus yang harus diciptakan untuk anak – anak. Kita tidak perlu memaksakan agar anak mengikuti sesuatu, melainkan biasakan anak berada di lingkungan tersebut, maka akan tumbuh dengan sendirinya kebiasaan. Kebiasaan itulah yang selanjutnya menjadi citra diri anak – anak. Masyarakat dapat mengenal kita berdasarkan kebiasaan kita dalam kehidupan. Kebiasaan tersebut selanjutnya dapat kita katakan sebagai karakter diri. Artinya, sesungguhnya karakter yang dimiliki oleh seseorang merupakan hasil proses berkelanjutnya yang terus menerus sebagai suatu kebiasaan hidup. Seseorang memiliki satu karakter karena selama dalam kurun waktu tertentu telah mengkondisikan dirinya untuk berada pada situasi tertentu.  Dia membiasakan dirinya untuk terus menerus melakukan kebiasaan tersebut.

Dan, masa anak – anak merupakan masa emas untuk membentuk dan mengembangkan kemampuan karakter tersebut. Sejak masa anak – anak, proses pembentukan dan pengembangan karakter dilakukan oleh orangtua. Setiap hari anak dikondisikan untuk melakukan nilai – nilai kehidupan yang berlaku dalam kehidupan. Pengkondisian ini merupakan upaya agar anak terbiasa melakukan hal – hal baik. Kebiasaan itulah yang selanjutnya menjadi bagian integral diri. Bagian integral ini selanjutnya muncul sebagai kebiasaan.

Pembentukan dan pengembangan kemampuan karakter anak melalui kegiatan literasi diharapkan mampu menjadikan anak – anak sebagai generasi positif. Oleh karena itu, maka pemerintah mencanangkan gerakan literasi sekolah sebagai upaya untuk membentuk kebiasaan positif pada anak – anak. Gerakan literasi sekolah yang menggarap karakter melalui literasi merupakan kegiatan yang pas dengan upaya pembentukan dan pengembangan karakter ini. Kegiatan ini seharusnya mendapatkan repon positif dari semua pihak. Bahkan, mereka harus bergiat aktif sehingga gerakan literasi menjadi tanggungjawab bersama. Perasaan bertanggungjawab sudah merupakan nilai tambah yang sangat penting bagi keterlaksanaan kegiatan.

Pembentukan dan pengembangan kemampuan karakter memang dapat dilaksanakan melalui literasi. Bahan – bahan literasi yang berupa buku menjadi sumber informasi nilai – nilai positif kehidupan. Nilai – nilai positif yang tertulis di dalam buku jika dibaca secara terus menerus, maka tertanam dalam memori anak dan menjadi bagian dirinya. Kita tidak kesulitan menanamkan karakter sebab anak sudah dapat menyerap nilai – nilai positif tersebut dari bacaan yang dibacanya. Kita dapat memberikan berbagai bahan bacaan untuk anak – anak agar menyerap nilai – nilai positif yang ada di dalam buku dan menjadikannya sebagai bagian dirinya.

Semoga kegiatan yang kita balut dalam gerakan literasi sekolah ataupun gerakan literasi nasional benar – benar dapat terwujudkan secara optimal. Kita harus meyakini bahwa pembentukan dan pengembangan dapat dilakukan dengan kegiatan literasi. Hal ini karena bahan yang kita isikan dalam sebuah buku dapat kita kondisikan sedemikian rupa sehingga sesuai dengan harapan. Dan, setiap penulis mempunyai kecenderungan untuk menuliskan hal – hal positif dalam kehidupan dan menyampaikan bahwa hal – hal yang negatif harus ditinggalkan agar hidup dapat bahagia. Muatan yang ada di dalam sebuah buku adalah upaya untuk mengajak pembacanya untuk menyerap nilai – nilai yang berguna bagi kehidupan dan mendukung penciptaan kehidupan yang nyaman.

Salam literasi.



Gembongan, 2023


Mohammad Saroni, Penulis Buku Orang Miskin Harus Sekolah

Tidak ada komentar: