Rabu, 02 April 2025

IN A TRANCE

#in a trance

PADA JEJAK YANG MASIH BERBAU MESIU
Mohammad Saroni

Sebenarnya, perang sudah dicoba hentikan
tetapi, para pembuat onar tidak pernah berhenti berulah
setiap hari bahkan setiap saat mereka berteriak
mengumbar kata membakar emosi jiwa
mengorek moral hingga tinggal puing-puingnya

Genjatan senjata telah disepakati bersama
masing-masing kubuh telah mundur ke tapal batas
tetapi jejak masih berbau mesiu dan asap masih menari-nari
bekas peperangan pun masih berserakan di jalanan

Bendera-bendera masih berkibar di antara gedung-gedung
walaupun hanya bertiang potongan-ootongan bambu
dan, pengibarnya duduk tepekur di pedestrian
raut mukanya terlihat keras dan sorot mata tajam
wajah khas orang-orang yang diterkam ambisi

Mereka adalah martil dari kerasnya kehidupan
diterjunkan di medan perang kurusetra, 
tanpa senjata, tanpa perlindungan yang berarti
demi memenuhi ambisi mereka yang sedang in a trace kekuasaan
tanpa menyadari apa yang sesungguhnya terjadi
dan merekalah jejak-jejak peperangan

Pada jejak peperangan masih berbau mesiu
hingga saatnya mereka pun mendapatkan jatah posisi
aroma mesiu masih tercium di helai-helai rambutnya
dan, pada saatnya akan meledak, menghancurkan segalanya

Gembongan, 2 April 2025

#in a trance

MENGAPA KITA HARUS BERPERANG
Mohammad Saroni

Mungkin kita sering bertanya-tanya
mengapa peperangan tidak pernah berhenti
sedangkan nilai-nilai moral semakin diunggulkan
dan, agama dijadikan dasar kehidupan
tetapi, perang tidak pernah berhenti

Apakah ini moral dasar manusia
yang lebih dikuasai ambisi dan emosi
mengagungkan kekuatan sebagai pangliwa
nilai-nilai kemanusiaan diinjak-injak tanpa arti

Lantas, apakah karena ambisi kita harus berperang
apakah karena emosi kita harus terus berselisih
menindas yang kecil, menginjak yang lemah
mereka hanya berkilah, apakah salah yang kuat menguasai yang lemah

Maka, perang tidak pernah berhenti
sebab perang dianggap sebagai cara bertahan diri
sementara hukum alam menjadi panglima
yang kuat pasti akan menindas yang lemah
dan, itu bukan sekedar kata-kata kosong

Kita memang tidak akan berhenti berperang
sesungguhnya perang adalah takdir kita
untuk tunjukkan harga dan martabat diri
karena kenyataannya harga diri adalah segalanya
kita memang harus berperang afar harga diri kita terjaga
hingga akhirnya perang menjadi kebiasaan

Gembongan, 3 April 2025

#in a trancez

DI ANTARA PUING KESERAKAHAN
Mohammad Saroni

Percayakah kita jika keserakahan telah menjadi dewa
kita telah dicengkeram oleh nafsu untuk berkuasa
dan, mengabaikan kebersamaan serta nilai-nilai sosial
sehingga nilai persahabatan bahkan persaudaraan audah tidak berarti

Setiap peperangan sisakan puing-puing
berserakan dimana-mana gambarkan kerusakan
dan, kita berada di antara puing-puing itu
kita tercenung dengan tatapan sedih
membayangkan akibat dari keserakahan

Kita ini sedang berada di antara puing-puing keserakahan
di antara kegembiraan dan kesedihan yang dalam
pantaskan kita bergembira menyaksikan kondisi ini
atau, perlukah kita perlu bersedih dengan kondisi itu

Puing-puing keserakahan ada dimana-mana
di kota-kota besar bahkan di desa-desa yang terluar
anak-anak memandang dengan tatapan sedih
dan para orang tua bola matanya tidak lagi bercahaya

Di antara puing-puing keserakahan
banyak hati yang tersayat perih
tetapi mereka yang dikuasai ambisi
tersenyum dengan seringai kepuasan

Gembongan, 3 April 2025

#in a trance

MEMBACA KARUT MARUT MORAL
Mohammad Saroni

Nilai seseorang tergambar pada moralnya
moral adalah indikator kebajikan dan kebejatan seseorang
semakin bajik seseorang, maka semakin baik sirinya
semakin bejat seseorang, maka semakin jauh dari kebaikan

Di negeri ini, tingkat moral orang-orang dipertanyakan
sebab sering berbeda bibir dan hatinya
apalagi disandingkan dengan semua tindakannya
ada kontradiksi yang begitu tajam
bibirnya sebagaimana nabi, tetapi hatinya sebagaimana setan
dan, tindakannya adalah cermin dari iblis celaka

Karut marut moral disajikan di atas meja makan
disantap bersama-sama lintas generasi
jangan tanya siapa yang makan paling banyak
sebab anak-anak pun menyantap dengan lahap 
apalagi mereka yang memposisikan diri sebagai orangtua

Moral anak-anak berbanding lurus dengan orang-orang tua
bahkan moral orang tua lebih parah dari para muda
sebab pengalaman menjadikan mereka berkuasa
dan, kekuasaan menjadikan mereka bertindak bebas

Kerbau menyusu gudel ataukah gudel menyusu kerbau
mungkin tidaklah penting untuk jaman sekarang
sebab yang muda ataupun yang tua sama saja
moralnya sudah keluar dari batas-batas norma

Sampai kapan karut marut moral ini membaik?


Gembongan, 3 April 2025



#in a trance

SIAPA SESUNGGUHNYA YANG BENAR
Mohammad Saroni

Ketika seseorang berada dalam kondisi in a trance
tidak kemampuan membedakan hitam dan putih
dalam pandangan mata batinnya yang ada hanyalah abu-abu
sebuah kondisi yang sangat membingungkan hati
sebab tidak jelas, apakah itu putih ataukah hitam

Orang-orang yang sedang in a trance tidak dapat membedakan baik buruk apalagi salah dan benar
yang dilihat hanya sesuatu yang tidak jelas
sesuatu yang membingungkan untuk sekedar berpendapat

Dan, orang-orang kita rata-rata sedang in a trance
kehilangan jati diri yang ditumbuhkan sejak kecil
berganti peran tokoh baru dengan karakter baru

Lantas, masih adakah orang yang out the box
yang berpikiran ekstrim berbeda dengan pemikiran pada umumnya
sebab mereka memang sedang tidak sebagaimana dirinya
Siapakah yang benar pada saat seperti itu?

Gembongan, 3 April 2025



#in a trance

SISA PELURU YANG DIJADIKAN KENANGAN
Mohammad Saroni

Peluru bergeletakan di hitamnya aspal jalan raya
ada yang tajam ada juga yang tumpul karet
ada yang masih utuh tetapi tidak sedikit yang tinggal selongsong
ini sisa peperangan di tengah hutan beton pencakar langit

Mereka adalah orang-orang yang sama-sama in a trance
otak mereka sudah dicuci bersih dari jati diri
hati mereka sudah dilaburi darah para penjilat
jiwa mereka sudah dikuasai laknat yang menari-nari

Peluru - peluru itu mereka muntahkan
dari moncong-moncong senjata tanpa nurani
menyalak kalang kabut tidak memandang siapa
sementara sang tuan tertawa terbahak sambil menekan pelatuk kuat-kuat
ini adalah demi perbaikan kondisi
ini adalah demi nasih negeri
ini adalah demi sebuah ambisi
menduduki kursi dan bernyanyi setiap hari

Sebutir peluru yang belum meledak
kupungut dari rerumputan di pinggir jalan
sejenak kupandangi, entah senang ataukah bersedih
lantas bergegas kemasukkan ke dalam saku celana
akan kukeluarkan mesiu di dalamnya
lantas kujadikan kalung di leherku
ingin sekedar bersombong, bahwa aku pernah in a trance
dalam sebuah peperangan dalam kota
yang dipenuhi pekik sorak, asap-asap, dan letusan senjata

Sisa peluru ini adalah tonggak kenangan
betapa sakitnya berperang dengan saudara sendiri

Gembongan, 4 April 2025


#in a trance

TIDAK DAPATKAH KITA BERDAMAI
Mohammad Saroni

Ada pertanyaan yang harus kita jawab
walau mungkin banyak yang tidak mau menjawab
apalagi mereka yang sudah dicengkeram wabah in a trance
mereka enggan menjawab sebab perang adalah kebutuhan
tanpa peperangan, maka kehidupan mereka akan terancam

Tidak dapatkah kita berdamai?
sementara darah kita sama merahnya
sementara tulang kita sama putihnya
dan, keduanya menyatu menjadi bendera negeri
mengapa sarah harus ditumpahkan
mengapa makian-makian harus dilontarkan
pada saudara-saudara sendiri yang dianggap berseberangan
walau sesungguhnya berada pada koridor yang sama

Mengapa kita harus berperang
sedangkan damai adalah sesuatu yang indah
mengapa pula harus melayangkan nyawa
sedangkan nyawa bukanlah milik kita

Sadarlah dari cengkeraman in a trance
sebab in a trance dapat menghilangkan kesadaran
menghapus norma-norma diri
melenyapkan moral-moral kebajikan
seharusnya kita dapat berdamai
tetapi bagaimana jika sang penguasa memang tidak menginkan kedamaian

Gembongan, 4 April 2025




IN A TRANCE YANG ABU-ABU
Mohammad Saroni

Hidup serba tidak pasti, karena hati terbolak balik
hidup serba membingungkan, karena jiwa mudah tertiup angin
hidup setba tidak baik-baik, karena ambisi yang terus memekik

Saat kita diterkam in a trance, hidup seperti air di daun talas
bergerak terus menerus tanpa pijakan pasti
bergerak kalang kabut mengikuti kondisi
sementara kondisi sungguh sangat membingungkan
bergerak ke timur, ikut ke timur
bergerak ke barat, ikut ke barat
bergerak ke utara, ikut ke utara
bergerak ke selatan, ikut ke selatan
tidak ada kepastian saat kita in a trance

Orang-orang hanya memburu kesenangan
jika ada yang membuatnya senang, maka bersuka
jika tidak ada, maka untuk apa

Hidup ini telah menjadi abu-abu
orang tidak mau dikatakan hitam
tetapi belum mampu untuk menjadi putih
atau kadang untuk menggapai keamanan
abu-abu menjadi pilihan yang tidak terelakkan
sebab abu-abu berada di antara.hitam dan putih


Gembongan, 4 April 2025

BAHWA KITA SEDANG IN A TRANCE
Mohammad Saroni

Banyak orang diterkam kebingungan hidup
langkah kaki yang keluar dari koridor
berkata tidak sesuai dengan keinginan hati
bertindak walaupun hati tidak menginginkannya

Kita telah kehilangan hasrat hidup pribadi
sesuatu yang dahsyat telah menguasai hidup
menghapus semua keinginan diri yang hakiki
dan mengikuti ambisi orang lain yang termakan gengsi

Siapalah kita di jaman seperti ini
bahkan untuk melakukan sesuatu harus masturbasi
mengingkari hati nurani itu sudah pasti
sebab antara keinginan dan kenyataan bertolak belakang

Kita ini sedang in a trance
tidak ada aku siapa kamu siapa
yang ada adalah apa keinginan mereka
dan, kita seperti kerbau dicucuk lubang hidungnya
mengikuti arus tanpa pernah berpikir lurus

ABS, kembali menjadi trend
menjilat dan mengabdi membabi buta
harga diri sudah tidak ada arti sama sekali
dan, para paduka adalah sang pengendali

Kapan kita lepas dari kondisi in a trance
sedangkan hidup semakin menjepit
kita banyak kehilangan waktu dan sempat
sebab semua sudah mereka rangkum dalam dekap
sementara kita di sini hanya menggigit jari

Inilah bukti, bahwa kita sedang berada pada kondisi in a trance


Gembongan, 4 April 2025

Sabtu, 15 Maret 2025

FLASH FICTION

SIANG DI TEMPAT PARKIR SEBUAH PASAR
Mohammad Saroni

Pasar adalah komunitas kecil masyarakat yang dipergunakan sebagai tempat transaksi kehidupan. Di pasar akan terjadi kegiatan transaksi berbagai poin kehidupan. Di pasar, kita dapat berjual beli, berinteraksi antar personal, belajar bersosialisasi dengan berkomunisasi aktif bersama orang lain. Di pasar pun kita dapat belajar berhitung, tawar menawar, dan interaksi sosial.
Berbagai jenis watak, karakter manusia silih berganti masuk dan keluar pasar. Mereka saling bersek dan bergeser tidak hanya fisik, terapi juga jiwa. Mereka saling berpengaruh sehingga 
 
 


SEORANG LELAKI TELAH KEMBALI
Mohammad Saroni

Seorang lelaki duduk sendiri di bangku sudut pasar. Kepalanya tertunduk dalam, menekuri lantai pasar yang basah sehabis hujan. Sudut gerahamnya sebentar-sebentar terlihat mengeras. Nafasnya pun nampak berat. Tanda seseorang yang sedang geram. 
Ketika kemudian kepalanya terangkat, wajahnya menatap ke depan dengan pandangan tajam. Semakin terlihat bahwa lelaki itu sedang diterkam kemarahan. Jangan tanya,betapa sorot matanya tajam menembus jarak, menerobos hingga ke dalam pasar. Sesekali kepalanya menoleh ke kiri dan kekanan. Siapakah lelaki itu?
Pagi itu, pasar sedang ramai. Maklum sedang prepekan. Tiga hari lagi akan datang bulan puasa. Dan, bukan rahasia umum kalau pada hari-hari seperti ini, pasar ramai. Orang-orang sibuk masak untuk acara syukuran menyambut bulan suci. Megengan, ya mereka menyebutnya begitu. Pada hari-hari seperti ini, ibu-ibu sudah disibukkan untuk madak makanan untuk disedekahkan ke tetangga sebagai wujud syukur dan bahagia karena bulan suci telah datang. Dan, lelaki itu adalah korban dari situasi. Dia, lelaki dengan penghasilan yang minim, sebab pendapatannya tidak menentu. Seringkali tidak cukup untuk kebutuhan keluarganya. Tetapi, selama ini, lelaki ini tetap bertahan dalam situasi yang menggantung lehernya. 
"Kau nampak gelisah. Ada apa?" seorang lelaki setengah baya tiba-tiba duduk di sampingnya. Lelaki itu nampak masih muda. Raut muka nampak begitu sumringah. Ada senyum yang bersahabat saat mereka bersitatap.
Lelaki itu memandangi lelaki yang baru datang. Penuh selidik, disusurinya seluruh wajah, bahkan tubuh lelaki itu.
"Kamu siapa?" tanyanya resah.
"Aku seperti kamu. Seorang lelaki yang penuh gelisah. Tetapi, aku telah mengalahkan kegelisahanku..." lelaki itu begitu santai menjelaskannya.
"Kamu gelisah? Tak kulihat apalagi menemukan kegelisahan di bola matamu. Kau adalah lelaki mapan..." sergah lelaki itu. 
"Yang kau lihat hanya aku yang sekarang. Dahulu, bahkan mungkin lebih parah dari kegelisahanmu..." lelaki itu terus saja tersenyum.
Sejenak, lelaki kusam itu menelisik sekujur tubuh lelaki setengah baya itu.
"Apa yang harus kulakukan? Beban hidup terlalu berat kualami. Rasanya, aku sudah tidak mampu untuk menjalaninya..."
" Itulah yang dahulu kualami, bahkan aku sempat memaksa malaikat pecabut nyawa.untuk mengambil nyawaku. Tetapi, Tihan tidak mengijinkan aku mati! Aku tertolong!"
Sejenak lelaki itu menarik nafas dalam-dalam. Lantas, dihembuskannya perlahan.
"Aku sadar bahwa Tuhan begitu sayang padaku. Sejak itu, aku mendekat pada-Nya. Aku khusyuk untuk-Nya. Dan, tidak terlalu lama, aku temukan ketenangan hati dan berkah yang begitu besar dari Tuhan...."
"Lantas, apa yang harus kulakukan?' lelaki kusam itu mencoba mencari jawaban.
Lelaki setengah baya itu tersenyum. Menepuk pundak lelaki kusam dan berkata:
"Pergilah ke musholah, ambil.wudhu dan sholatlah. Bertaubatlah atas semua salah yang sudah kau lakukan. Mohon petunjuk dan bimbingan untuk menjalani hidup lebih baik lagi...."
Lelaki kusam itu terhenyak. Kepalanya mendongak. Tatapan matanya bersinar. Lantas, dia berdiri dan menyalami lelaki setengah baya itu.
"Terima kasih. Aku akan lakukan saranmu. Terlalu lama aku mengabaikan Dia. Mungkin dia marah dan menegurku dengan ujian ini. Aku harus kembali..." Lelaki kusam itu segera melangkah menuju musholah. Langkahnya begitu mantap.
Lelaki setengah baya itu pun segera berdiri dan melangkah meninggalkan tempat itu. Bibirnya terap tersenyum. Kepalanya mengangguk-angguk. Sementara jemarinya lincah menari-nari di antara butiran tasbih yang sedang tadi melingkar di tangannya.
Kegelisahan memang sebuah ujian yang harus ditemukan jalan keluarnya. Jangan biarkan kegelisahan menerkam hati dan jiwamu. Kita harus mengelola kegelisahan menjadi energi kehidupan secara optimal. Sebab, sesungguhnya ketika Tuhan menghadirkan kegelisahan dalam hidup kita, maka saat itu Tuhan telah mempersiapkan sesuatu yang terbaik bagi kehidupan kita. Terutama kita yang berhasil mengelola kegelisahan. 

Gembongan, 16 Maret 2025



Rabu, 12 Maret 2025

DIMANA TEMPAT LAHIR BETA

DI MANA TEMPAT LAHIR BETA
Mohammad Saroni

Tanah-tanah bersertifikat ganda
hasil permainan oknum pertanahan
penyerobotan tidak tanggung-tanggung
satu orang ribuan hentar
rakyat kecil kembali menjerit
sertifikat miliknya tidak berarti
bertarung di pengadilan sudah pasti kalah
sebab para penyabot sudah bermain mata dan amplop
skenario pemenangan tak bisa dibantah

Pemilik tanah terusir dari pekarangannya sendiri
kehilangan pijak di bumi pertiwi
lantas, para orangtua berteriak lantang:
Dimanakah tempat lahir beta?!!

ms, 12 Maret 2025

Selasa, 11 Maret 2025

QUOTE

Saat matahari berada di tempat lain, Dia titipkan sinarnya padanrembulan dan bebintang agar tetap dapat mencahayai bumi seisinya

Matahari memang tidak pernah memberi kabar kapan terbit atau tenggelam, tetapi kehangatannya sudah sebuah isyarat

Matahari, walaupun tidak nampak dipandang, dia tetap ada untuk kita, yakinlah itu....

Langit akan tetap Langit walaupun mendung menutupi setebal apapun ....

Langit malam nampak hitam, gelap. Berjuta misteri ada di dalamnya. Cobalah membuka tabir gelap itu agar kau temukan pintumu...

Matahari tetap setiap menghangatkan, meskipun bumi seisinya sedang lelap tidur. Sesungguhnya matahari adalah wujud kesetiaan sejati...

Setiap kata adalah doa, jagalah lisan kita, sebab Langit tidak pernah tidur...

Setiap kata adalah doa, jagalah lisan kita, sebab Langit tidak pernah tidur...

Langit setiap saat memberikan cobaan kepada kita, tetapi cobaan itu tidak pernah melebihi kemampuan kita menerimanya...

Jika kita berpikir positif, alam akan mensupport sehingga semua menjadi positif. Begitulah alam memberi kemudahan kepada kita. Mengapa kita justru mempersulit diri dengan berbagai pikiran negatif?

Alam akan bersikap sebagaimana kita berpikir tentangnya, maka jagalah pikiran kita..

Alam itu penuh kasih dan sayang, saat kita menanam pohon, maka pada saatnya kita diberi buah. Tetapi, alam juga perlu cinta, kasih sayang kita agar mau memberi kepada kita. Kita mendapat karena memberi, itulah matematika alam!

Jangan takut memberi, takutlah tidak menerima, sebab memberi dan menerima adalah kausalik alam. Siapa memberi, dia menerima ....

Alam tidak pelit pada kita, justru kita yang pelit pada sesama. Lantas kita berharap apa?

Langit tidak akan pernah penuh oleh doa-doa kita, terus saja berdoa sampai pada saatnya.

..Setiap kali malam menyergap bumi dan kegelapan memeluk bumi, maka berjuta doa bergerak naik ke Langit. 

Pagi telah gantikan malam, saatnya mengusahakan doa-doa dalam kegiatan nyata, sebab doa tanpa diikuti usaha nyata tidak sempurna...

Kesempurnaan sebuah doa adalah keseriusan menjalani usaha mencapai doa.

Coba hitung berapa banyak waktu sudah kita gulung, dan berapa banyak bentangan waktu yang tersisa...??

Ketemu dan bersama orang-orang yang sefrekuensi adalah saat-saat Langit memberikan kebahagiaan kepada kita..

Jangan paksa alam beradaptasi kepada kita, sebaliknya kita seharusnya yang beradaptasi dengan alam

Satu kekurangan kita adalah sulit beradapasi dengan alam, karena kita terlalu egois, pingin diperhatikan tetapi kurang memperhatikan..

Kesulitan hidup kita sebenarnya berpusat pada ketidak mampuan kita menyelaraskan diri dengan kondisi kehidupan...

Perjalanan hidup adalah perjalanan untuk mengumpulkan serpihan/kepingan mozaik diri yang tercecer. Jika kita berhasil mengumpulkan secara utuh, maka kita pulang dengan diri seutuhnya. Tetapi, jika tidak, maka kita harus mencari dan menemukan serta memgumpulkannya, seyampang masih diberi waktu

Jangan pernah lelah untuk berdoa, memohon, sebab semakin sering kita memohon, Langit akan semakin dekat dengan kita.

Jika kau lelah dalam menjalani role cerita hidupmu, bersandarlah pada Langit, sebab Dialah yang sesungguh-sungguhnya tempat bersandar dan memohon kekuatan.

Jika Langit sudah berkehendak, maka Bumi akan menerima semua dengan tabah dan penuh iman.

Menunggu Langit merealisasikan skenario dalam kehidupan, sebab Langit adalah sutradaranya.

Berserah pada Langit akan terselimuti kedamaian.

Berharaplah hanya kepada Langit, sebab sesungguhnya Langit yang selalu memperhatikan kita, bukan yang lainnya.

Ada dari kita yang kepingan mozaik terkumpul lengkap, tetapi sedikit yang belum terkumpul lengkap saat harus pulang. Bersyukurlah untuk yang sudah lengkap, berusahalah terus untuk yang belum lengkap. Tetapi, bagaimana indikasi lengkapnya? Hanya Dia yang tahu!

Kalaupun, kepingan mozaik kita belum lengkap dan kita diminta pulang, maka sisa kepingan yang belum terkumpul akan diganti oleh amal perbuatan baik yang sudah kita lakukan selama mengumpulkan kepingan  mozaik itu!