Senin, 30 November 2020

MENGELOLA IDE

Ide datang tidak peduli kapan dan dimana. Dia datang pada bagaimanapun situasi dan kondisi. Jika kedatangannya pas saat kita siap.menulis,tentunya dapat langsung dieksekusi sebagai tulisan. Bagaimana jika dia datang saat kita tidak siap menulis?
Memang,seringkalo kita mengalami kesulitan dalam mengelola ide. Pada saat kita siap mengikat ide, tetapi tidak ada yang muncul. Kita harus memelototi layar monitor laptop atau buku tulis tetapi sama sekali tidak ada yang tertuangkan. Tetapi, pada kondisi lain, yang kita tidak bersiap sama sekali, ide muncul berbondong-bondong. Niat mau diikat, tetapi tidak tersedia sarana, mau diikat kalau sudah siap alat, ide sudah pergi. Kita ini mempunyai keterbatasan dalam pengingatan alias gampang lupa. Kalau harus menunda ikat, yakinlah jpasti lupa. Lantas bagaimana cara kita mengelola ide?

Setiap penulis mempunyai cara yang berbeda-beda. Cara ini mungkin efektif bagi dirinya, tetapi belum tentu efektif untuk orang lain. Oleh karena itu, setiap orang harus menemukan teknik masing-masing. Tetapi, setidaknya pengalaman yang sudah dimiliki oleh penulis lain dapat dijadikan pedoman untuk mengelola ide yang didapatkannya.

Beberapa langkah yang dapat diterapkan untuk proses pengelolaan ide adalah:
1. Menuliskan ide
     Kita harus mengakui bahwa kehadiran ide tidak selalu tepat kondisi dan waktu. Tetapi, cepat berlalu secepat gerakan respon kita terhadap setiap stimulus yang ada. Ide itu muncul saat kita melihat atau mengingat sesuatu. Sementara itu, proses melihat dan mengingat sesuatu terus berproses. Dan, di saat inilah ide sering.hilang sebab adanya stimulus baru. Akibatnya, ide tidak dapat kita ikat menjadi tulisan
Pergerakan respon dan keterbatasan kemampuan menyimpan memori menjadi faktor utama hilangnya ide. Kita tidak menginginkan hal tersebut terjadi. Kita berharap, setiapide yang muncul dapat segera diikat sebagai eksekusi menjadi tulisan.

Untuk hal tersebut, maka kita dapat menulis setiap ide. Kita harus segera menuliskan ide, baik di kertas maupun di fasilitas yang ada di dalam hape. Perkembangan teknologi memang sangat.pesat. Untuk proses menulis, kita dapat mempergunakan hape. Tetapi, kita dapat juga mempergunakan kertas untuk menuliskan ide. 

2. Mengabadikan dalam bentuk photo
    Ada banyak orang mengatakan bahwa photo itu dapat mewakili sejuta kata. Dengan melihat sebuah photo, maka.kita dapat menceritakan sejuta cerita, yang berarti berjuta kata. Hal ini merupakan cara mengelola ide yang praktis. Pada saat kita melihat sesuatu, yang memancing ide, maka kita dapat memphotonya. Photo inilah yang selanjutnya menjadi sumber.kita dalam.proses menuliskan ide.

3. Mengingat dalam memori otak

      Ptak merupakan orgam penting bagi.kita. Begitu pentingnya sehingga tempatnya dibuat sedemikian rupa sehingga tidak mudah merusaknya. Kita memang dapat menyimpan ide dalam memori otak kita, tetapi perlu kita ingat bahwa kemampuan mengingat sangat terbatas.  Tidak semua orang berkemampuan tinggi dalam mengingat. Kita sering lupa. Lupa itu merupakan salah satu kondisi alamiah, walau ada juga yang diberi Tuhan kelebihan kemampuan mengingat. Akibatnya, seringkali ide.tidak dapat kita ikat karena menghilang saat hendak dieksekusi.

Untuk hal tersebut, proses mengelola ide dengan menyimpan di memori  sebaiknya tidak dijadikan utama, Kita dapat menyimpan ide di memori jika tidak rerlalu.lama untuk untuk eksekusi.

Bagaimana dengan kita?
Sudahkah kita mengelola ide sehingga memudahkan proses eksekusi menjadi karya?
Semoga bermanfaat.

Jumat, 06 November 2020

Penulis itu Pembaca, Pembaca itu Penulis

Menulis dan membaca merupakan satu paket kegiatan yang saling terkait. Satu kegiatan mampu mengkondisikan kegiatan yang lain. Untuk menulis, maka kita harus banyak membaca.Jika kita sudah banyak membaca, maka ada modal untuk menulis. Pada perumpamaan yang lain, ada kedua kegiatan ini berpasangan dan kegiatan lanjut seperti intake dan exhause. Intake artinya pemasukan dan exhause artinya pengeluaran. Dua proses itu kita lakukan dalam kehidupan. Bagitu juga halnya dengan membaca dan menulis. Membaca itu memasukkan informasi dan menulis adalah mengeluarkan yanlg kita masukan. Dalam. hal ini, tak yang penting kita perhatikan adalah proses setelah kita masukkan. 
Pada saat kita membaca, tak informasi kita masukkan ke dalam otak kita. Otak memproses informasi menjadi satu kemampuan baru yang tersimpan di otak. Simpanan ini disarikan sedemikian rupa sehingga lahir sebagai pengetahuan baru. Pengetahuan baru ini jika dibiarkan menjadi sampah semata. tak Oleh karena itu, tak agar pengetajuan baru. ini mempunyai kemanfaatan,  maka perlu dikeluarkan dalam bentuk tulisan. Tulisan inilah proses pengeluaran yang kita lakukan setelah proses membaca. 
Jika kita memperhatikan hal ini, sesungguhnya seorang pembaca adalah penulis, jika menyadari untuk menindaklanjuti proses alami yang terjadi. 
Begitu juga sebaliknya, jika seseorang menulis, maka sebelumnya harus melewati proses pengisian, membaca. sebelum melakukan proses menulis, maka harus menambah pengetahuan, informasi sebagai bekal materi menulis. 
Kegiatan membaca dan menulis merupakan kegiatan pada umumnya. Kita harus mengakui bahwa swtiap orang mempunyai kemampuan untuk membaca dan menulis. Kedua kemampuan ini merupakan keterampilan. Keterampilan adalah kemampuan yang dimiliki seseorang karena proses latihan yang intens. Artinya, jika seseorang berlatih secara intens, maka kemampuan membaca dan menulis dapat meningkat secara proporsional. 
Mengapa kita tidak mengintenskan kedua kegiatan tersebut?

#kobatumosar