Sabtu, 09 Januari 2021

MENULIS HAL IKHWAL ORANG LAIN

Menulis dapat memperoleh sumber dari banyak obyek dan subyek. Obyek dan subyek tulisan ini merupakan sesuatu yang mempermudah kita menulis. Hal ini karena kita mudah sekali mengapresiasi segala yang nampak daripada khayalan. Menulis dengan obyek dan subyek ny Dcdata  dapat membantu kita mengungkapkan banyak hal. Cara ini sangat membantu penulis yang kesulitan mengeksplore daya khayalnya.  Tidak semua orang mempunyai kemampuan berkhayal yang bagus sehingga hal tersebut dapat menghambat proses kreatif menulisnya. Tetapi berbeda dengan menulis berdasarkan obyek dan subyek nyata. Berdasarkan obyek dan subyek tulisan, maka kita dapat mengungkapkan apresiasi kita. 

Menulis jenis ini merupakan model menceritakan sesuatu. Kita melihat sesuatu dan selanjutnya mengungkapkan respon kita secara tertulis. Setiap kali pancaindera kita mendapatkan rangsangan dari luar, maka segera meresponnya. Ini merupakan sesuatu yang alami. Respon yang diberikan dapat bersifat aktif, tetapi dapat juga bersifat pasif. Sifat respon ini sesungguhnya tergantung pada kebutuhannya. Respon aktif diartikan bahwa pada saat kita mendapatkan rangsangan dari.luar diri, maka langsung memberikan respon secara verbal.maupun secara motorik. Kita dapat berteriak atau berkomentar lisan. Pada situasi yang lain kita dapat melakukan kegiatan motorik sebagai bentuk respon secara langsung. Misal pada saat melihat sebuah kecelakaan, respon kita langsung berteriak atau membantu korban kecelakaan.

Sifat atau bentuk respon kedua adalah respon pasif. Respon pasif ini mengedepankan kemampuan intrinsik dalam diri, salah satunya adalah kemampuan menyimpan kenangan atas sesuatu hal. Setiap kita mendapatkan rangsangan, stimulus dari luar, maka  kita merespon dengan menyimpannya sebagaj masukan untuk memori otak. Setiap hal dimasukkan ke dalam memori otak menjadi sebuah memori atau kenangan. Memori atau kenangan inilah yang menjadi catatan otak kita.

Tetapi, satu hal.yang perlu kitaperhatikan terkait penyimpanan memori dalam otak. Hal yang dimaksudkan adalah kemampuan menyimpan dan memunculkan lagi atau kita sebut sebagai daya atau kemampuan mengingat. Kita sangatlah lemah dalam mengingat atau memanggil ulang simpanan memori dalam otak kita.

Kita sangat menyadari hal tersebut. Oleh karena itu, maka kita menggunakan kemampuanmenulis untuk menyimpan semua kenangan atau kejadian. Menulis merupakan upaya untuk mengikat atau menyimpan setiap kejadian dalam benruk tulisan. Dengan bentuk tulisan, maka setiap saat kita dapat membaca ulang sehingga setiap kejadian dapat kita ketahui kembali. Bahkan, orang lain dapat ikut membaca ulang tulisan kita dalam waktu dan generasi yang berbeda. Untuk hal ini, ada penulis yang mengatakan bahwa menulis itu kerja keabadian. Oleh karena itulah, maka kita harus mampu menulis afar setiap kejadian dapat kita tulis dan setiap generasi dan membaca ulang dan memahami kondisi saat tulisan dibuat. Dan, menulis ikhwal orang lain merupakan langkah yang menuntut kita mengapresiasi swtiap kehidupan orang lain dan mengikatnya dalam.bentuk buku.

Selasa, 05 Januari 2021

WAKTU - WAKTU UNTUK MENULIS

Banyak cara dilakukan orang untuk mengefektifkan waktu saat kegiatan menulis. Cara setiap orang adalah kekhasan masing-masing. Cara-cara itu merupakan hasil dari proses adaptasi yang relatif panjang sehingga ditemukan cara tersebut. Proses panjang ini merupakan perjuangan berkelajutan yang diresapi sebagai pengalaman diri. Dan, pengalaman diri inilah yang tersaring sehingga ditemukan cara-cara khas yang membuatnya mudah melakukan kegiatan. Cara mudah tersebut selanjutnya menjadi kekhasan masing-masing penulis. Contah-contoh kekhasan penulis dalam kegiatan menulis adalah:

1. Menulis di pagi hari.
Beberapa penulis menjadikan pagi sebagai waktu yang tepat untuk menulis. Berbagai alasan mereka ungkapkan terkait kegiatan menulis di pagi hari. Salah satu alasannya adalah bahwa pada pagi hari pikiran masih segar. Kesegaran pikiran ini membawa pengaruh pada kelancaran proses menulis. Pada saat bangun tidur, pikiran memang segar sebab sudah diistirahat selama semalam dalam tidur. Pada saat tidur itulah, syaraf-syaraf yang tegang setelah seharian menghadapi permasalahan diistirahatkan. Ketegangan syaraf diuraikan sehingga kendur. Jika syaraf pikiran sudah kendur, maka kita mengatakannya sebagai pikiran yang segar.

Pada saat pikiran kita masih segar, maka proses berpikir otak kita ringan dan banyak.pemikiran yang muncul. Jika pada saat itu kita menulis, maka ide-ide yang ada dalam pikiran dapat mengalir lancar. Di samping itu, semangat menghadapi suasana baru membuat kita begitu ringan berproses. Kosa kata yang tersimpan dalam otak kita berkelindan dengan berbagai ide sehingga melahirkan kalimat-kalimat bernas terkait sebuah ide. 

Itu merupakan salah satu alasan menulis di pagi hari. Tentunya masih banyak alasan lain yang dijadikan penulis sebagai alasan menulis dipagi hari. Bagaimana dengan Anda?

2. Saat tengah malam၊ 
Malam juga menjadi pilihan waktu bagi beberapa penulis untuk bergiat menulis. Ada banyak alasan mereka sampaikan memilih waktu malam untuk menulis. Beberapa alasan yang swring disampaikan adalah karena siang dihabiskan untuk bekerja, untuk mereka yang menempatkan kegiatan menulis sebagai kegiatan sampingan. Tetapi, yang sering juga kita dengar sebagai alasan adalah karena malam adalah waktu yang sunyi. Kesunyian malam dijadikan sebagai kondisi yang sangat mendukung kegiatan menulis. Kesunyian malam mampu menciptakan ketenangan pikiran sehingga memudahkan proses kreatif menulis. 

Kesunyian malam diyakini dapat mendorong tingkat konsentrasi lebih tinggi. Hal ini karena dalam kondisi sunyi, maka pikiran tidak terpengaruh oleh suara-suara yang tidak dibutuhkan dan cenderung memecah tingkat konsentrasi otak. Penulis terganggu.oleh suara-suara sehingga ide tulisan berbenturan dengan suara-suara. Sementara itu, jika suasana sunyi, maka otak kita tidak terpecah konsentrasinya. Ide atau gagasan dapat terbentuk dalam otak dan syaraf motorik mengubahnya dalam bentuk tulisan. Seperti.kita ketahui, sesungguhnya pada saat kita menulis, rangkaian kata sudah antri dalam.otak, pikiran kita untuk dituliskan. Pada saat kita menuliskan satu kata, maka kata kedua sudah siap untuk dituliskan. Begitu juga, saat kata kexua kita tuliskan, maka kata ketiga sudH antri untuk dituliskan. Begitu seterusnya sehingga menjadi kalimat, alenia, dan seterusnya menjadi karya tulis kita.  Suasana malam sangat mendukung proses tersebut. Oleh karena itu, beberapa penulis memilih malam sebagai waktu yang tepat untuk proses menulis.

3. Saat berada di tempat tertentu
Setiap tempat memberikan rangsangan khas bagi setiap orang. Rangsangan khas tersebu dapat berupa kenangan dan pengaruh psikis. Kekhasan suatu tempat kadang melahirman sugesti tingkat tinggi sehingga penulis hanya dapat menulis saat berada di tempat tersebut. Untuk tempat ysnglain tidak mampu mengangkat daya kreatifitas menulisnya. Bahkan, mereka mengalami kekosongan. Mereka sama sekali tidak berkutik saat berada di suatu tempat. Sementara dari mereka mengatakan kehilangan 'mood' saat berada di tempat tersebut.

Memang, pengaruh suatu tempat merupakan sugesti alam terhadap pikiran kita. Alam menstimulus pikuran kita sedemikian rupa sehingga terkunci pada satu kondisi yang niscaya. Hal ini karena level frekuensi otam kita berimpit dengan kevel frekuensi tempat tersebut. Oleh karena itu, beberapa penulis mencari dan menuju tempat tertentu agar dapat mengeksplore kreativitad menulisnya. 


Waktu-waktu untuk menulis memang merupakN kekhasan setiap penulis. Mereka menemukan waktu tepat tersebut sebagai hasil proses yang terus-menerus dan membutuhkan waktu yang lama.

Bagaimana dengan Anda?

Gembongan, 5 Januari 2021
#kobatumosar

Minggu, 03 Januari 2021

CATATAN PERJALANAN

Untuk mewujudkan sebuah tulisan, sebenarnya dapat kita ikat dari berbagai sumber. Hal ini karena sesungguhnya, segala yang kita serap melalui panca indera kita adalah sumber tulisan. Kita dapat menulis banyak hal berdasarkan stimulus atau rangsangan yang diterima indera kita. Oleh karena itu, adalah satu kebohongan jika ada yang mengatakan tidak mempunyai ide untuk ditulis.

Alam sudah memberikan sarana dan kemampuan yang lengkap pada kita. Hanya orang yang malas, tidak dapat menjadikan sarana dan kemampuan tersebut sebagai karya. Sesungguhnya, setiap kali ada rangsangan dari luar diri, dalam diri kita tumbuh respon. Respon inilah yang sesungguhnya merupakan kemampuan dasar kita. Respon inilah yang seharusnya kita kembangkan sehingga menjadi kemampuan lanjut. Kita diberikan kemampuan dasar yang sama, tetapi kemampuan lanjutnya sangat tergantung pada segala upaya kita dalam pertumbuhannya. Oleh karena utu, kita dituntut untuk berusaha mengembangkan diri. Apapun harus kita respon dan menjadikannya sebagai kemampuan lanjut. Tetapi, alam akan merespon balik terhadap segala yang kita lakukan. Alam memahami hasil respon diri kita. Jika memang responnya positif dan prospek ke depan bagus, maka kemampuan lanjut tersebut menjadi milik kita. Jika tidak, maka kita tidak dapat memilikinya.

Salah satu sumber yang dapat kitavrespon adalah sebuah perjalanan. Perjalanan merupakan satu rangsangan yang memberikan rangsangan khusus pada kita. Memori otak kita merekam setiap rangsangan sedemikian rupa sehingga tersimpan sebagai kenangan. Kenangan ini merupakan kekayaan yang tidak terkira nilainya, baik untuk diri sendiri.maupun untuk orang lain. Masalahnya adalah kemampuan memori kita terbatas, sehingga seringkali kita kehilangan kenangan tersebut. Kita lupa pada kenangan atau kejadian yang berlalu karena tertumpuk kenangan atau kejadian yang baru. Akibatnya, kita kehilangan kenangan tersebut seumur-umur. Dan, lebih parahnya, kenangan itu merupakan kekayaan pribadi sehingga tidak ada orang lain yang mengetahuinya.  Akibatnya, kenangan itu akan hilang begitu saja, apalagi saat kita sudah kehilangan waktu hidup. Kenangan akan diserap alam dan tidak ada jejak lagi. Kemungkinan yang tertinggal hanyalah nama kita dalam silsilah keluarga, itupun kalau ada yang membuat bagan silsilah keluarga.

Lantas, apa yang harus kita lakukan agar resapan kenangan tersebut dapat abadi?

Kita harus mengikat semua kenangan dalam bentuk tulisan. Kita tulis semua hasil respon terhadap rangsangan alam. Kita catat sebagai catatan perjalanan hidup. Dengan catatan ini, maka respon berupa kenangan dapat diketahui oleh orang lain dan selama catatan tersebut dibaca, maka kenangan kita hidup abadi. Orang-orang mengetahui setiap kejadian hidup yang kita alami sebagi respon terhadap alam. Dan, alam meresponnya sebagai sebuah keabadian. Tidak salah jika Pram mengatakan bahwa menulis itu sebuah keabadian. Menulis itu upaya.untuk mengabadikan segala hal yang terjadi, termasuk keberadaan sang penulis. Orang akan terus merespon obyek tulisan dan subyek tulisan, penulisnya. 
 
Oleh karena itu, mari kita menulis. Ikat semua rangsangan alam dan respon diri kita sebagai sebuah kenangan yang tertulis. Kita harus sadar dan ingat bahwa kemampuan otak kita terbatas, dalam artian kita mudah.lupa. Dengan menuliskan semua yang kita lakukan dan alami, maka semuanya dapat dibaca ulang. Dengan dibaca ulang, maka semua.orang setiap generasi dapat mengetahui kenangan atau kejadian hidup. Dan, kekuatan tulisan sangat besar untuk kehidupan kita. Dengan tulisan, kita dapat mengetahui masa lalu dan dapat memperkirakan masa depan. Dengan tulisan, maka segala urusan kehidupan akan lebih mudah dilakukan.

Dan, setiap perjalanan memberikan peluang bagi kita untuk mengikatnya dalam tulisan. Tulisan dapat menjadi sumber informasi untuk sebuah transformasi hidup. Alam memberikan rangsangan pada kita dan kita neresponnya sebagai upaya untuk menghadapi setiap rangsangan itu. Hal ini karena alam memberlakukan hukum sebab akibat. Alam memberlakukan hukum.karma. Alam.memberlakukan hukum timbal.balik. Alam memberikan rangsangan, alam menuntut respon kita terhadap rangsangan tersebut. Itulah hidup dan kehidupan.

Maka, catatan perjalanan menjadi penting untuk hidup dan kehidupan kita. Jangan biarkan setiap rangsangan dan respon kita hilang begitu saja. Kita abadikan dalam bentuk tulisan. Sekali.lagi .kita ingat pesan Pram, menulis itu kerja keabadian.

Gembongan, 4 Januari 2021