Banyak orang mengatakan bahwa dia ingin sekali menulis. Dia ingin menuangkan berbagai ide yang bersarang di dalam otaknya. Dia merasakan bahwa.ide-ide itu terus mendesaknya untuk merekamnya dalam bentuk tulisan. Tetapi, dia mengaku tidak dapat menulis!
Benarkah kondisi tersebut dialami seseorang? Benarkah seseorang tidak dapat penulis? Ini merupakan sesuatu yang muskil sebab ketika ditanyakan latar pendidikan, rata-rata sudah mengikuti proses pendidikan, yang berarti mempunyai kemampuan untuk menulis, membaca, dan menghitung.
Tiga hal di atas merupakan kemampuan dasar yang dimiliki seseorang setelah mengikuti proses pendidikan dan pembelajaran. Oleh karena itu, sesungguhnya setiap orang mempunyai kemampuan untuk menulis. Tetapi, yang perlu kita pahami dalam hal ini adalah tingkatan dari kemampuan menulis.
Sejak kita mengikuti proses pendidikan dan pembelajaran, kita sudah dibimbing untuk menguasai 3 (tiga) hal di atas, yaitu menulis, membaca, dan menghitung. Permasalahannya ada pada saat diterapkan dalam kehidupan. Kemampuan menulis yang kita dapatkan dalam proses pendidikan dan pembelajaran adalah kemampuan dasar. Oleh karena itu, kita harus meningkatKan kemampuan tersebut agar dapat ditetapkan dalam kehidupan.
Memang, kemampuan menulis yang kita dapatkan di bangku pendidikan adalah kemampuan dasar dan menjadi kewajiban kita untuk meningkatkannya. Proses peningkatan dapat kita lakukan dengan menerapkan secara langsung kemampuan dasar tersebut. Kita harus menulis tentang berbagai hal dalam kehidupan.
Tetapi, hal ini pun ternyata masih menghadapi hambatan dari mereka. Mereka selalu mengatakan malu pada saat mulai menulis. Mereka membayangkan respon pembaca setelah membaca hasil tulisannya. Hal ini dIanggap sebagai sesuatu yang memalukan dan menjatuhkan harga dirinya.
Sesungguhnya, hambatan terbesar dari keinginan menulis adalah malu. Jika kita diterlam rasa malu, maka sulit sekali menulis. Ada gunung tinggi yang menjulang dan menghalangi keinginan. Tetapi, apakah mereka mengetahui hal tersebut?
Rasa malu memang menjadi bagian integral diri setiap orang. Artinya, setiap orang mempunyai rasa malu untuk melakukan sesuatu. Jadi bukan hal yang aneh. Tetapi, adalah sesuatu yang aneh ketika seseorang yang dikenal pemalu ternyata mempunyai kemampuan tampil di depan umum secara sempurna.
Bagaimana seseorang yang pemalu dapat melakukan hal tersebut?
Mereka membakar kemaluannya! Ya, mereka yang pemalu dapat tampil sempurna di hadapan umum karena berhadil membakar kemaluannya. Mereka menghanguskan rasa malu yang mencengkeram hati. Mereka harus berjuang sekuat tenaga dalam waktu yang relatif. Perubahan kondisi tersebut tidaklah instan. Tidak seperti membalik telapak tangan.
Membakar kemaluan memang cara cepat dan tepat untuk dapat tampil optimal. Begitu juga halnya dalam kegiatan menulis. Kita harus membakar kemaluan atau rasa malu kita dengan menulis dan menulis. Kita harus intens menulis dan mengabaikan rasa malu. Setelah kita menulis, maka kita publikasikan. Langkah mempublikasi tulisan merupakan langkah membakar kemaluan kita. Setiap kali selesai menulis, maka.kita publikasikan. Jaman sekarang, untuk publikasi karya sangatlah mudah sebab media sosial, medsos sudah terbuka lebar pintunya.
Dengan mempublikasi tulisan di.media sosial, maka kemampuan menulis terasah dan dapat menjadi tajam. Ketajaman kemampuan ini pada akhirnya akan menghanguskan kemaluan kita. Kita akan terlahir ulang sebagai orang yang percaya diri.
Semoga kita dapat terlahir ulang sebagai sosok yang percaya diri dengan kemampuan yang kita miliki.
Gembongan, 18 April 2021