Kamis, 06 Juni 2024

BERSYUKUR PADA TAKDIR


DI SANA
Mohammad Saroni




DI SINI
Mohammad Saroni

Di sini aku mencoba untuk berpikir
setelah sekian waktu tenggelam dalam lumpur
tubuh penuh tanah basah
menggigil karena dingin

Berjuta aral sudah menghalang langkah
beribu bujuk berusaha mengalihkan arah
tetapi hati sudah menjadi batu berbongkah
tak mungkin lagi kita dapat mengubah

Di sini aku sudah mantapkan hati
tak kan ada yang mampu merintangi
walaupun di langit awan membadai
keyakinanku berhasil pasti tercapai

Aku memang rasakan beratnya berjuang
tetapi aku sadar bahwa hidup tidaklah ringan
aku harus mampu mengalahkan semua 
di sini di tempat yang kita janjikan

Gembongan, 15 Juli 2024


MALU
Mohammad Saroni

Malu itu seperti menelanjangi diri
saat berada di kerumunan banyak orang
atau ketika semua pakaian dilucuti tanpa sisa
dan semua mata memandang tanpa berkedip

Malu itu seperti ketahuan culas
saat semua rahasia yang kita tutup rapat terbongkar
semua orang membicarakan tanpa sembunyi- sembunyi
dan kita mendengarnya  secara langsung

Hidup akan terasa gelap pekat
semua pijakan seperti berlapis bara api
semua mata memandang dengan jijik
dan bibir-bibir mereka tersenyum sinis

Malu itu adalah harga diri
sekali terbuka dan diketahui banyak orang
maka sesungguhnya dunia seperti daun kelor
begitu sempit untuk hidup berdampingan dengan yang lain

Walau begitu, banyak orang kehilangan urat malu
bahkan dengan bangga mereka menyapa publik
melambaikan tangan sambil tersenyum
seperti artis yang sedang naik daun

Urat malu adalah urat kemanusiaan
selama urat ini ada, manusia tetap terjaga
tetapi, ketika urat ini sudah tidak ada
sesungguhnya manusia.tidak lebih dari buaya

Jika kau masih manusia
jangan potong urat malumu
agar hidup kita tetap terjaga
sebagai makhluk yang punya malu

Rumkit Wahidin Sudiro Husodo
7 Juli 2024


DIAM
Mohammad Saroni

Diam itu lebih baik
sebab ketika diam semua mengendap
kekeruhan akan perlahan turun
selanjutnya kejernihan ke permukaan

Diam itu menahan gejolak
gelombang menerjang dinding hati
menggedor kesabaran dan kesadaran
memercikan buturan-butiran air ke puncak tiang

Diam itu sangat berat terasa
sebab hati akan tertimpa beban besar
tersengal-sengal paru terhimpit
dan butiran darah berkejaran dalam pembuluh

Aku diam aku berjuang
dan ketika gelombang laut mereda
maka berarti aku telah memenangkan
sebuah pertempuran yang maha dahsyat
lebih hebat dari baratayuda

Rumkit Wahidin Sudiro Husodo
7 Juli 2024





RASAKU
Mohammad Saroni

Rasaku seperti udara pagi
penuh kehangatan sinar matahari
kicau burung yang bertengger di reranting
setia memberi kabar pada dunia
tentang kehidupan yang terus berputar

Rasaku seperti air lembah
gemericik mengalir di antara bebatuan
lahirkan nada orkestrasi yang lembut
meninabobokan jiwa yang gelisah

Rasaku seperti api matahari
panas membakar walau tidak menghanguskan
tetapi kobarannya membuat langit gelisah
bumi tak sanggup berbicar

Rasaku seperti gumpalan tanah
dingin saat tersentuh kulit
tetapi aromanya menggairahkan
yang selalu menggoda jiwa

Rasaku diam seperti batu
ketika jiwa diterkam gelisah
sebab berbenturan dengan dinding
keangkuhan yang tak terbendung

Rumkit Wahidin Sudiro Husodo
7 Juli 2024


MENGHARAPMU
Mohammad Saroni

Mengharapmu adalah impian pasti
terus bergelora di dalam hati
pada hari-hari tidak bertepi
tanpa tahu kapan semua terjadi

Mengharapmu adalah menatap matahari
semakin kuat ingin, semakin berat uji
sebab hidupku tak lain adalah ujimu
untuk mengukur standar imanku

Mengharapmu adalah impian panjang
tentang kehidupan yang lebih baik
seperti yang kau janjikan dalam firmanmu
yang kami baca sepanjang waktu

Mengharapmu adalah sebuah perjuangan
berperang melawan berjuta aral melintang
kadang harus tersungkur di tebing kehidupan
lantas merangkak menuju puncak harapan

Dan, hidup memang penuh pengharapan
sebab pengharapan adalah energi hidup
tanpa pengharapan tak ada kehidupan
orang-orang hanya robot semata

Gembongan, 5 Juli 2024




DIMANA
Mohammad Saroni

Aku telah lama mencarimu
kususuri lorong-lorong jalan panjang
tak peduli onak dan duri menghadang
sebab pencarian ini tidak ada ujung

Kudatangi sudut-sudut kota dan desa
bahkan gunung dan jurang telah kutelusuri
aroma rumput basah dan gemercik air
adalah musik alam yang melenakan sukma

Tetapi perjalanan ini belum seberapa
sebab waktu dan jarak masih misteri
walau titik awal sudah tidak terlihat
tetapi garis akhir pun belumlah nampak

Lantas, dimana akan kutemuimu
agar dapat kuceritakan semua
tentang hati yang selalu gundah
atau jiwa yang selalu bertanya

Dimana
aku harus menemuimu
di perjalanan.panjang penuh halang
menuju rumahmu yang menjanjikan

Gembongan, 5 Juli 2024



MALAM HENING
Mohammad Saroni

Malam-malam dibaluri udara dingin
daun-daun diam membisu
binatang malam khusyuk dalam mimpi
semakin sempurna keheningan ini

Aku duduk sendiri di teras rumah
memandangi kegelapan penuh misteri
aku belum dapat tidur malam ini
malam hening menggodaku berdiam diri

Malam hening tanpa kabar
sebab angin malas untuk bergerak
bersembunyi di antara ketiak daun
enggan untuk beranjak pergi

Kunikmati malam hening dengan khusyuk
mencoba menyerap rahasia malam
di antara silhute pohon dan dedaunan
juga lolong anjing di kejauhan

Malam hening malam untuk para pengasih
yang mencoba menerobos kesunyian
menyibak kegelapan menuju kekhusyukan jiwa
mendekap sang maha pengasih dan penyayang

Aku pasrah

Gembongan, 5 Juli 2024



SAAT TEDUH
Mohammad Saroni

Saat teduh
udara diam di sudut ruang
diselimuti dingin malam
tergambar semua dengan jelas
yang sudah lewati dijalani
yang hendak dijalani

Saat teduh
jiwa tepekur tanpa hasrat
hanya kepasrahan yang utama
dan keyakinan bahwa Dia tidak sedang tidur
menatapku dengan pandangan welas asih
tersenyum penuh makna
walau tak mampu kuterjemahkan

Saat teduh
semua terasa begitu nyaman
terasa diri dalam pelukan Illahi
yang selalu melindungi saat kualpa
yang selalu mengingatkanku saat kusalah

Saat teduh
saat terindah dalam hidup
yaitu saat diri begitu dekat
dengan-Nya

Gembongan, 23 Juni 2024, 03.52




HANYA PADAMU
Mohammad Saroni

Hanya padamu
semua rasaku bermuasal
tanpa kupinta dan kuharap

Rasa itu hadir saat sunyi
dimana tak kudengar desir angin
ataupun detak langkah kaki

Lantas, haruskah aku diam membisu
menikmati rasa tanpa mengungkap rasa
walau kau tak pernah berharap balas

Hanya padamu
harus kuucapkan rasa syukur tak terkira
atas semua yang telah kau berikan padaku

Hanya padamu
tak ada yang lain lagi
kepada siapa aku harus bersyukur

Gembongan, 8 Juni 2024

TERIMA KASIHKU
Mohammad Saroni
.
Terima kasihku mengalahkan egoku
sebab penghargaan adalah di atas segalanya
pun ketika harus mengakui kelemahanku

Aku harus mengucapkan terima kasihku
sebab keberadaanku tak luput dari tanganmu
keterlibatanmu pada kehidupanku adalah segalanya

Berilah aku sedikit waktu
aku ingin berterima kasih
sebagai aktor pada sutradaranya

Aku sadar adamu adalah segalanya
tanpamu aku bukan apa-apa dan siapa-siapa
maka terima kasihku adalah rasa syukurku

Aku tidak habis berpikir
mengapa banyak orang lupa
dan, lebih bangga pada keangkuhan

Aku bukanlah siapa-siapa tanpamu
sebab kuasamu dapat nembalik kehidupan
juga untuk mereka yang tak ada terima kasih

Gembongan, 8 Juni 2024

BERSANDAR.PADA ANUGERAHMU
Mohammad Saroni

Malam merangkak dalam gelap
rembulan sembunyi di balik awan
bintang-bintang pun ikut-ikutan bersembunyi
dan, udara malam sama sekali tidak bergerak

Di sudut kamar ini aku duduk bersimpuh
semua butir embun melingkupi tubuh
ada gigil di antara dinding-dinding penyekat
hingga seekor cicak terpeleset dan jatuh

Aku masih duduk bersimpuh
bibir bergerak-gerak ritmis
ayat-ayat suci terdengar lirih
walau terdengar begitu sumbang

Aku tahu siapa aku yang sesungguhnya
sebab kaulah yang mengatur segalanya
menentukan apa, siapa, dan bagaimana
dan, aku hanyalah pelakon untuk semua cerita

Aku bersandar pada anugerahmu
sebab hidupku adalah  takdirmu
tak ada dinding lain untuk bersandar
sebab semua dinding dapat runtuh

Hanya padamu aku bersandar
hanya dari anugerahmu aku hidup
dan, rasa syukurku tak habis-habis
untuk semua itu

Gembongan, 8 Juni 2024



Tidak ada komentar: