Senin, 05 Oktober 2020

MEMBACA PELUANG KARYA

Salah satu hal penting dalam berkarya adalah peluang. Peluang atau kesempatan menjadi jembatan untuk mewujudkan harap yang menjadi nyata. Salah sati harapan kita atas karya adalah keterbacaannya oleh masyarakat. Kita menulis bertujuan agar dibaca orang lain. Dengan cara ini, maka masyarakat mengenal karya dan sekaligus diri kita. 
Pada sisi lainnya, jika karya kita dibaca masyarakat, maka ide pemikiran diketahui masyarakat. Tentunya, jika ide pemikiran kita dibaca dan berkenan di hati masyarakat, dapat diadopsi ataupun diadaptasi sesuai isi ide pemikiran tersebut. Hal ini merupakan salah satu kekuatan yang ada di dalam tulisan. Kita dapat mempengaruhi pikiran atau pola pikir masyarakat dengan pemikiran yang kita wujudkan dalam bentuk tulisan. Hal ini karena tidak selalu ada peluang atau kesempatan bagi kita untuk menyampaikan pemikiran secara langsung. Apalagi dengan adanya program gerakan literasi nasional yang menuntut masyarakat melek literasi, khususnya membaca, maka karya tulisan dapat dijadikan jembatan untuk menyampaikan pemikiran ke masyarakat.
Gerakan literasi merupakan peluang bagi kita untuk menyampaikan pemikiran ke masyarakat dalam bentuk tulisan. Bagi kita, para penulis seakan mendapatkan wadah sekaligus sarana untuk mengembangkan kemampuan menulis. 
Media Sosial, terutama di dunia maya juga merupakan peluang bagi penulis untuk mengembangkan kreativitas menulisnya. Dengan mengoptimalkan peran media sosial, dunia maya untuk berkreasi,  maka penulis mempunyai ajang berkarya. Penulis mengefektifkan proses menulis dan menjadikan medsos dumay sebagai tempat mempublikasikan. Pada awalnya, mungkin pegiat medsos dumay tidak menggubris, tetapi jika secara intens kita unggah karya, maka hal tersebut akan menggelitik pegiat untuk membaca atau mengkonsumsi tulisan kita. Dan, yakinlah jika semakin banyak peminat, maka tulisan kita pasti ditunggu. 
Peluang berkarya memang ada dimana mana. Bahkan, tidak jarang sesuatu yang kita remehkan ternyata mampu mengangkat nama atau memunculkan nama penulis. 
Lantas, mengapa kita masih saja berkutet pada ruang sempit?? 

Tidak ada komentar: