Sabtu, 29 Juli 2023

LANGKAH MEMBONGKAR KEBUNTUAN SAAT MENULIS

Setiap penulis pasti pernah mengalami kebuntuan saat menulis. Kebuntuan menulis ini dapat menyerang penulis pemula hingga penulis yang sudah banyak menulis. Kebuntuan menulis merupakan sebuah kondisi, dimana seorang penulis merasa kesulitan untuk melanjutkan proses penuangan ide atau gagasan dalam tulisan. Otak terasa blank dan tidak ada lagi materi yang dapat dituliskan sebagaimsna harusnya. Walaupun, sebelum kondisi tersebut terjadi, proses menulis sangat lancar, tetapi tiba-tiba saja semua hilang. Otak terasa kosong, zonk dan seakan materi yang dituangkan sudah habis. Semakin dipaksakan, maka terasa semakin kosong pikiran terkait materi tulisan. Pada akhirnya, penulis merasa putus asa dan berhenti, tidak.melanjutkan proses menulisnya. Hal tidak jarang membuat tulisan terbengkalai seban ketiadaan bahan untuk ditulis. 

Kebuntuan pada saat menulis merupakan fenomena umum yang akan dialami oleh penulis. Tidak seorangpun penulis yang bebas dari sergapan kondisi kebuntuan ini. Semua pasti pernah mengalami kebuntuan ini. A yang berhasil membongkar dan menghancurkan kebuntuan tersebut sehingga mampu menyelesaikan proyek tulisan. Tetapi tidak aedikit penulis yang terjebak dan tidak mampu.melanjutkan proyek menulis sehingga tulisan terbengkalai. Tulisan menjadi sampah, jika kita menengok saat menulis dilakukan dengan mesin ketik sebab setiap kali mengalami kebuntuan, maka lembaran kertas akan kita remas-remas dan buang ke keranjang sampah.

Fenomena ini dapat dialami seorang penulis dengan berbagai ragam latar belakang penyebabnya. Secara umum, kita dapat mengatakan bahwa untuk membongkar kondisi ini, kebuntuan dalam proses menulis, maka ada beberapa langkah efektif yang dapat kita terapkan, yaitu:

a. Mengatur jadwal kegiatan menulis

Untuk menghindari kebuntuan pada saat proses menulis, maka hal yang dapat kita lakukan adalah mrngatur jadwal menulis. Mengatur jadwal menulis memungkinkan bagi penulis untuk mempersiapkan amunisi yang cukup untuk proses menulis. Amunisi ini sangat penting agar tidak kehabisan pada saat proses menulis sedang berlangsung. Kebuntuan proses menulis dapat disebabkan karena amunisi menulis kita habis. Jika proses menulis dapat diasumsikan sebagai sebuah peperangan, maka dapat kita bayangkan apa yang terjadi jika kita kehabisan amunisi pada saat sedang berperang?

Jadwal yang kita terapkan dalam proses menulis sangat memungkinka kita mengatur persediaan amunisi. Artinya kita dapat mengatur waktu untuk menulis, kapan mulai menulis dan kapan berhenti menulis sehingga pikiran kita dapat selalu segar atau fresh. Sebelum kita mencapsi titik kejenuhan dalam proses menulis, maka jadwal sudah mrmbatasi waktu yang kita pergunakan untuk menulis. Jadwal ini memungkinkan bagi kita untuk mengatur kebutuhan waktu untuk menulis dan jumlah materi tulisan yang akan kita tulis. Jika pengelolaan jadwal kita tepat, maka jumlah materi yang kita sediakan akan tepat habis pada saat waktu habis. Artinya kita tidak perlu mencari-cari materi tulisan yang belum kita persiapkan untuk memenuhi waktu yang tersisa. 

Mengatur jadwal waktu proses menulis memang mrmungkinkan kita mengelola materi tulisan dan waktu yang dibutuhkan untuk menulis. Untuk hal tersebut dibutuhkan kemampuan dalam mengelola waktu dan materi. Semakin bagus pengelolaan waktu dan materinyya,, maka tepat jadwal yang sudah kita rencanakan. Oleh karena itu, seorang penulis harus mampu merencanakan waktu yang tepat dalam proses menulis terkait dengan materi yang dituliskan. 

b. Buatlah outline tulisan

Outline atau kerangka tulisan merupakan rin ian materi tulisan yang akan ditulis oleh penulis. Outline ini akan menjadi koridor penulis dalam menuangkan materi tulisannya sehingga tidak terjadi penyimpangan materi tulisan. 

Sejatinya, selain kebuntuan dalam proses menulis, ada kondisi lawannya yaitu kebablasan dalam proses menulis. Seorang prnulis dapat saja mengalami kondisi ini. Tetapi, kondisi ini akan kita bahas pada tulisan selanjutnya. Hal yang jelas dari kebablasan menulis terjadi karena tidak adanya kerangka menulis yang tepat dan disusun penulis untuk memberikan pendampingan menulisnya.

Dengan adanya outline, maka berarti seorang penulis sudah mempersiapkan materi yang akan ditulis dalam tulisannya. Penulis sudah mempunyai batasan-batasan yang harus ditulis dan tidak ditulis. Dengan demikian,maka tulisan penulis benar-benar bernas. Tidak ada kata-kata atau kalimat sia-sia yang seharusnya tidak perlu tetapi tetap dituliskan oleh penulis. 

Outline ini mengarahkan penulis untuk menuliskan hal-hal urgen yang mrmang harus ditulisksn terksit materi tulisan atau ide tulisan, tidak bersayap-sayap krluar dari kerangka. Outline ini menjadi pegangan penulis sehingga kelancaran materi lebih terjamin dan penulis selalu mempunyai materi untuk dituliskan tanpa harus mrmikirkan hal-hal yang akan dituliskan. Pikiran lebih terfokus pada ide atau gagasan yang akan dituliskan dan tidak berkembang liar. 

c. Menentukan target menulis

Kita harus mengakui bahwa setiap orang mempunyai batas kemampuan dalam melaksanakan kegiatan. Kita tidak dapat memaksa diri kita untuk terus beraktivitas tanpa batas. Oleh karena itu, kita harus dapat mengatur target menulis setiap proyek tulisan kita. Selanjutnya, dengan target ini, maka kita dapat mengatur waktu untuk kegiatan yang lain. 

Target merupakan ukuran capaian yang ingin kita dapatkan dalam satu proses menulis. Target juga dapat diartikan sebagai kesepakatan atau komitmen diri di dalam mencapai ukuran tertentu dari kegiatan, dalam hal ini kegiatan menulis. Untuk target ini dapat kita kelompokkan pada kondisi, yaitu target waktu dan target tulisan. 

1. Target waktu adalah kesepakatan kita dalam menulis berdasarkan ukuran waktu yang diperlukan dalam satu kali proses menulis. 

Ukuran waktu yang kita maksudkan adalah batas waktu yang kita pergunakan untuk menulis ataupun masa waktu yang kita manfaatkan untuk menulis. Batas waktu yang kita maksudkan adalah terkait banyak dan sedikitnya waktu untuk menulis, misalnya 30 (tiga puluh) menit atau 60 (enam puluh) menit. Sedangkan masa waktu yang kita maksudkan adalah kapan proses menulis tersebut dilakukan, misalnya pagi hari, siang hari, atau malam hari.

Target waktu inilah yang diharapkan dapat mengatur amunisi menulis seorang penulis terkait dengan waktu yang dibutuhkan atau diseduakan untuk proses menulis. 

2. Target tulisan adalah kesepakatan kita menulis berdasarkan jumlah tulisan yang dihasilkan dalam sekali proses menulis. 

Pada waktu menulis, kadang kita dibatasi jumlah kata, jumlah alenia, jumlah lembar, dan sebagainya. Ini merupakan salah satu upaya penyelenggara agar penulis tidak mengalami kesulitan dalam menyelesaikan proyek tulisannya. 

Dalam konteks ini, kita dapat menentukan target tulisan yang kita hasilkan pada setiap saat menulis. Target ini dapat kita tentukan berdasarkan perhitungan kemampuan menulis kita. Kemampuan yang kita maksudkan dalam hal ini terkait dengan kemampuan berproses, kemampuan melakukan kegiatan menulis. Untuk target tulisan ini kita dapat memasang target satu halaman, dua halaman, atau mungkin dua alenia saja. Seorang penulis dapat saja memasang target dalam sekali proses menulis sebanyak satu halaman dan seterusnya.

d. Jangan memaksa diri

Kebuntuan dalam menulis dapat terjadi akibat kemampuan diri yang tidak berimbang antara kemampuan atau ketahanan diri dengan bekal materi tulisan yang tersimpan dalam memori otak. Ketika proses menulis dilakukan, maka materi yang tersimpan dalam memori otak dialirkan dan diwujudkan dalam bentuk tulisan.

Setiap melakukan sesuatu, maka salah satu pertimbangan kita adalah kemampuan diri untuk melakukan kegiatan tersebut, dalam hal ini menulis. Kita harus dapat mengukur batas kemampuan diri untuk melakukan kegiatan menulis. Dengan pengetahuan ini, maka kita dapat mengetahui kapsn harus berhenti melakukan kegiatan menulis. Jika tidak, kemungkinan kita akan memsksakan diri untuk menulis walaupun sudah lelah. 

Pada sisi yang lain, kita jangan memaksakan diri untuk menulis sesuatu yang tidak kita kuasai. Jika kita melakukan hal tersebut, berarti kita memaksa diri untuk mengungkapkan sesuatu yang sesungguhnya tidak ada pengetahuan itu dalam memori kita. Kita memaksakan diri untuk memeras otak mengalirkan sesuatu yang tidak ada di dalam otak. Akibatnyatak akan mengalami kebuntuan.

e. Menulislah lebih dari satu proyek dalam sekali proses

Mungkin secara sepintas kita akan bertanya-tanya bagaimana kita dapat menulis lebih dari satu pfoyek menulis, sedangkan satu proyek saja mengalami kebuntuan. Apakah tidak justru membuat pikiran kita semakin buntu sebab harus menuangkan lebih dari satu ide dalam waktu bersamaan?

Sepintas memang membingungkan sebab sudah mrngslami kebuntuan tetapi harus menulis dengan beberapa tulisan yang lain. Tetapi sesungguhnya hal ini merupakan sebuah pengkondisian diri dan pikiran terksit materi penulisan. Ketika kita mengalsmi kebuntuan pada satu tulisan, maka kita dapat berpindah pada tulisan yang lain. Hal ini karena ide tulisan pasti tidak sama dan hal tersebut semacam refreshing dalam proses. Ketika pikiran kita buntu pada tulisan pertama, maka sesungguhnya pikiran kita sudah fresh untuk tulisan kedua. Dengan demikian, maka kebuntuan pikiran dapat dibongkar atau dicairkan.

f. Berhentilah menulis dan lakukan kegiatan menyenangkan hati

Kebuntuan proses penuangan ide tulisan disebabkan oleh suasana.pikiran yang mencapai kejenuhan. Pikiran kita mencapai batas kemampuan untuk mengungkapkan atau mengalirkan materi tulisan. Orang mengatakan bahwa pada saat itu kita sedang dedel pikiran. Jika kita menghadapi kondisi ini, maka jika dipaksakan untuk melanjutkan kegiatan menulis, kebuntuan akan semakin  menguasai diri kita. Oleh karena itu, salah satu cara untuk membongkar kebuntuan adalah menghentikan kegiatan menulis dan melakukan kegiatan lain yang bersifat refreshing.

Kebuntuan terjadi karena pikiran mengalami kekalutan. Pikiran tidak sedang berada pada kondisi terbaik, melainkan sedang blank, zonk. Pikiran kita sedang kosong sehingga tidak ada lagi yang dapat dituangkan untuk dituliskan. Kekosongan pikiran karena otak dan pikiran yang terlalu panas dan tegang. Hal ini menyebabkan kebingungan pikiran kita. Kondisi ini membutuhkan penyegaran suasana. Untuk hal tersebut dapat dilakukan dengan menghentikan kegiatsn menulis dan mencoba mencari kegiatan lain untuk menyegarkan pikiran. 

g. Menulislah.yang ada di pikiran dan jangan memikirkan apa yang ditulis

Kejadian ini merupakan kekadian umum yang dilakukan oleh penulis, terutama penulis pemula. Sejak awal kegiatan menulis, mereka memilirkan apa yang akan ditulis dalam proyek tulisannya. Mereka berusaha untuk menemukan hal-hal yang dituliskan berbarengbdengan kegiatan menulisnya. Artinya, mereka sebenarnya belum mempunyai materi dalam pikiran untuk dituliskan sehingga pada saat menulis, sekaligus mereka memikirkan apa yang dituliskan. Pikiran akan bekerja tandem sehinggaenyebabkan pikiran cepat lelah dan jenuh. Seharusnya, pada saat menulis, kita hanya mengalirkan materi.yang akan kita tulis, bukan lagi mrnulis sambil berpikir.

Seorang penulis harus menulisksn apa yang ada di dalsm pikirannya sehingga kegiatan dapat lancar. Penulis dapat menuntaskan semua materi yang akan dituliskannya hingga tandas. Setelah materi dalam pikirannya tandas dituliskan, maka penulis harus berhenti atau menghentikan kegiatan menulisnya. Ini merupakan fase istirahat bagi penulis untuk mengisi amunisi materi tulisannya. Dengan cara seperti ini, maka seorang penulis tidak akan mengalami kebuntuan dalam proses menulis.


Begitu pentingnya kemampuan membongkar kebuntuan menulis oleh seorang penulis sehingga setiap.penulis harus mempunyai kemampuan tersebut. Hal ini karena kondisi kebuntuan dapat menyebabkan seorang penulis putus asa dan akhirnya meninggalkan bakal tulisan yang sudah ditulis sebagian tersebut. Oleh karena itu, seorang penulis harus mampu membongkar kebuntuan menulisnya secara aktif. Dengan, memahami langkah-langkah yang penulis ungkapkan di atas, semoga setiap penulis dapat segera membongkar kebuntuannya dan meleburkannya sehingga mampu meningkatkan produktivitas menulisnya. 

Semoga bermanfaat bagi semuanya!


Gembongan, 30 Juli 2023

Mohammad Saroni
Penulis buku:
#pendifikan karakterta pakekerasan

Tidak ada komentar: