Minggu, 30 Juli 2023

MENYOAL KEBABLASAN DALAM MENULIS


Kegiatan menulis merupakan kegiatan yang membutuhkan energi cukup besar, bahkan sangat besar. Hal ini karena kegiatan menulis merupakan kegiatan yang melibatkan aspek psikis dan fisik. Artinya, ketika proses menulis dijalankan, maka seorang penulis melakukannya secara total. Oleh karena itu, energi yang dibutuhkan mrliputi energi psikis dan fisik. Dua aspek tersebut bekerja secara bersamaan sehingga kebutuhan energinya cukup besar. Seorang penulis harus dapat mengelola kedua energi tersebut sehingga tidak mengalami kemandegan ataupun kebablasan.

Kebablasan dalam proses menulis adalah sebuah kondisi yang terjadi pada seorang penulis, sedemikian rupa akibat energi dalam diri yang cukup tinggi. Energi yang sangat tinggi ini berwujud semangat menulis yang berapi-api. Penulis melakukan proses penulisan sangat lancar sehingga pengaliran materi tulisan terjadi tanpa hambatan. Seperti kereta api tanpa stasiun!

Akibat energi atau semangat yang sangat tinggi pada proses0 penulisan, maka penulis kebablasan dalam proses penuangan idenya. Materi tulisan seakan tidak berhenti mengslir dari memori otak sehingga jumlah tulisan yang didapatkan jsuh lebih banyak dari seharusnya. Penulis seakan tidak dapat menghentikan pengaliran idenya. Seperti air bah yang berhasil menjebol dinfing bendungan. Air menerabas apapun yang dilewati ataupun yang menghalangi laju pengalirannya. Mengapa hal ini dapat terjadi?

Fenomena terjadinya aliran bah ide atau materi tulisan dapat terjadi karena:

1. Penguasaan materi oleh penulis

Kebablasan dalam proses menulis dapat terjadi karena penulis yang sangat menguasai materi tulisan. Penulis-penulis krlompok ini seringkali mengambil obyek tulisan yang sangat familiar dengan pengalaman batinnya. Obyek tulisan ini, misalnya bidang atau dunia kerjanya. 

Penguasaan materi tulisan merupakan prasyarat bagi seorang penulis agar dapat lancar melakukan proses menulisnya. Ini merupakan kondisi dasar seorang penulis agar tidak berpikir saat menulis. Berpikir saat menulis dapat cepat menghabiskan eneri dan semangat menulis. Akibatnya, kehabisan energi pada pertengahan proses menulis. Putus asa dan mandeg dalam proses menulis. 

Berbeda dengan penulis yang menguasai materi tulisan sedemikian rupa sehingga pada saat menulis, prosesnya seperti tanpa kendali. Proses berjalan lancar sehingga penuangan ide tidak mengalami hambatan. Bahkan, penulis yang menguasai materi prnulisan akan merasa nyaman saat menulis sehingga tulisannya membengkak, seakan meliar. Mereka justru kesulitan untuk memghentikan kegiatan menulis sebab materi yang ditulis terus mrngalir. 

2. Suasana hati yang mendukung

Salah satu aspek penting yang diyakini dapat mendukung kelancaran proses menulis adalah suasana hati sang penulis. Sebenarnya kondisi ini tidak hsnya pada penulis, melainkan pada semua orang dan pekerjaan. Suasana hati sangat menentukan tingkat keberhasilan dalam melakukan kegiatan, khususnya penulis. Hal ini karena pada saat kita melakukan kegiatan, hati akan menyertainya. 

Kegiatan menulis sangat terkait dengan suasana hati. Ini merupakan pendapat banyak orang. Walau sesungguhnya tidak selalu begitu. Tetapi, ketika suasana hati dikaitkan dengan kenyamanan, pendapat tersebut setidaknya dapat diterima. Oleh karena itu banyak penulis yang mengeksekusi idenya dengan mencari tempat nyaman untuk menulis. Mereka menginap di villa-villa di gunung-gunung untuk menulis. Hal tersebut dilakukan agar pikiran nyaman dan tenang.

Lingkungan yang mendukung proses menulis akan berdampak pada suasana hatinya. Hati yang nyaman dan tenang akan meningkatkan kualitas konsentrasi seseorang. Mereka yang suasana hatinya tenang, pasti dapat berkonsentrasi secara optimal.

3. Suasana lingkungan menulis yang kondusif

Identik dengan suasana hati, suasana lingkungan juga memberi pengaruh terhadap proses menulis. Hal ini karena suasana lingkungan sangat mrnentukan suasana hati seseorang, penulis. Jika suasana lingkungan kondusif untuk kegiatan menulis, maka proses menulis dapat berjalan lancar. Sebaliknya, jika suasana lingkungan kurang kondusif, berisik dan sebagainya, maka hal tersebut dapat mengganggu proses menulis. Penulis dapat kehilangan konsentrasi sebab pikirannya yang terganggu oleh kondisi lingkungan.

Penulis yang lancar dalam proses menulisnya, pasti didukung oleh lingkungan yang kondusif untuk proses menulis. Penulis merasa nyaman sehingga sapat dengan lancar mengalirkan ide tulisannya. Dan, kondisi ini ternyata dapat menyebabkan seorang penulis mengalami kebablasan saat menulis. Dia merasa nyaman dalam menulis sehingga proses berlangsung tanpa hambatan. Akhirnya, kenyamanan tersebut menyebabkan penulis melupakan koridor yang harus dilewatinya. Mereka menulis dan menulis sebab pikiran mereka hanya terfokus pada menulis. Tidak ada aspek lain yang masuk ke dalam pikiran sehingga seperti air yang mengalir tanpa ada bendungan.

Meskipun demikian, kebablasan dalam menulis bukanlah sesuatu yang perlu dirisaukan. Ada satu masa yang akan menangani kondisi ini, yaitu editing, penyuntingan. Pada saat inilah, tulisan-tulisan yang dianggap terlalu melebar dapat dipangkas, sesuai kebutuhannya. Artinya, kebablasan dalam proses menulis menyebabkan molornya waktu penyelesaian tulisan. Materi yang seharusnya tuntas dikerjakan terpaksa harus terus dilakukan dalam kurun waktu yang tidak tentu. 

4. Modal materi tulisan yang berlimpah 

Untuk dapat melakukan proses menulis, maka kita mempunyai bahan yang akan kita tulis. Materi tulisan tersimpan dalam memori otak kita dan mengalir keluar saat kita menulis. Walau kita sadar bahwa ketika satu kata kita tulis, maka kata kedua sudah siap untuk dituliskan. Begitu juga halnya dengan kata-kata selanjutnya pun sudah antri untuk dituliskan bersama kata sebelumnya. Ini terjadi karena persediaan materi tulisan sudah bertumpuk-tumpuk dalam otak ataupun pikiran kita. Seperti air dalam instalasi saluran air, jika keran dibuka, air segera berebut untuk keluar, memancar. 

Seorang penulis dapat mengalami kebablasan pada saat menulis karena bekal materi tulisan yang berlimpah. Materi yang ditulisksn seakan tidak ada habisnya. Terus mengalir dan mengalir. Hal ini mengakibatkan materi yang ditulis terus berkembang, bahkan melebar dari koridor yang sudah disusun dalam outline tulisan. Kesan yang muncul adalah tulissn yang bertele-tele. Semua aspek dituliskan, dijelaskan sehingga didang pembaca tidak perlu berpikir berat saat membaca atau mempelajari tulisan tersebut. Kesan lainnya adalah sidang pembaca akan merasa dibodohkan oleh penulis. 

Sejatinya, modal materi tulisan sangat penting menentukan kecepatan dan kepadatan tulisan yang dihasilkan oleh penulis. Penulis dapat memberikan penjelasan selengkapnya kepada sidang pembaca secara keseluruhan. Sidang pembaca disuguhi semacam makanan siap saji sehingga tidak perlu repot-repot untuk memasaknya, tinggal memakannya. Kondisi seperti ini kurang mendidik sidang pembaca. Seorang penulis harus memberi kesemparan kepada sidang pembaca untuk mengembangkan pikirannya dengan pematik tulisan. 

5. Manajemen penulisan yang apik

Setiap kegiatan pasti melalui sebuah proses manajemen atau pengelolaan yang meliputi beberapa langkah konkret dan efektif. Manajemen ini dilakukan sejak perencanaan pekerjaan hingga akhirnya. Salah satu pola yang dapat diterapkan adalah POAC (Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling). 

Seorang penulis harus mampu mengelola proses menulis agar kegiatannya efektif. Langkah-langkah pengelolaan sebagai berikut:

a. Planning
Planning atau perencanaan merupakan kegiatan pra menulis. Seorang penulis harus menyusun planning, perencanaan terkait proses menulis yang akan dijalankan. Kegiatan ini perlu dilakukan agar terlihat hal-hal yang harus dilakukan pada saat menulis. 

Pada saat melakukan perencanaan menulis, seorang penulis melakukan langkah persiapan atas segala hal yang harus dilakukan. Langkah persiapan ini dapat kita sebutkan misalnya, pengumpulan materi tulisan, penyusunan outline tulisan, menetukan target-target penulisan, dan yang lainnya. 

Dengan perencanaan yang holistik, maka seorang penulis dapat melakukan proses menulis dengan lancar, bahkan dapat mengalami kebablasan dalam menulis.

b. Organizing

Kita harus mengorganisasikan setiap aspek penting dalam menulis. Seorang penulis sebelum melakukan proses menulis harus melakukan organizing setiap materi tulisannya. Dengan cara ini, maka setiap materi akan berada pada bagian masing-masing. Organizing atau pengelompokan materi tulisan ini memudahkan penulis untuk menambah materi tulisan pada setiap.bagian tulisan.

Materi tulisan perlu kita organising atau kelompokan sesuai dengan pembagian tulisan berdasarkan outlinenya. Hal ini sangat memungkinkan untuk secara cepat kita dapatkan pada saat kita mrmbutuhkan rujukan tulisan. Kita tidak perlu kebingungan pada saat menuliskan materi tertentu. Misalnya, setiap bagian outline kita buatkan folder pada komputer dan hal ini memudahkan kita memanggilnya atau melihatnya saat membutuhkan materi rujukan tersebut. 

c. Actuating

Setelah semua materi tulisan kita kelompokkan sebagai sumber rujukan, maka selanjutnya kita merealisasi kegiatan menulis. Kita harus segera bertindak untuk menulis sehingga proyek menulis dapat diselesaikan sesuai dengan perencanaan yang sudah disusun penulis. 

Actuating merupakan tindakan konkret yang dilakuan oleh penulis dalam rangka mewujudkan proses menulisnya. Ini merupakan kegiatan nyata untuk merekam jejak ide atau gagasan dalam bentuk tulisan. Seorang penulis harus segera menulis ketika perencanaan dan pengelompokan materi sudah selesai dilakukan. 

d. Controlling

Controlling dalam manajemen mrnulis dilakukan pada proses menulis dan setelah proses selesai dilakukan penulis. Controlling ini penting melakukan langkah antisipasi kerja menulis dari penulis. Pada saat proses menulis berlangsung, maka fungsi controlling adalah mengantisipasi  terjadinya kebablasan saat menulis. Sedangkan controlling saat proses menulis selesai adalah untuk melakukan proses editing terhadap materi tulisannya. 

Proses controlling ini memegang peranan atas kesesuaian tulisan dengan outline serta kebenaran-kebenaran kata dan sebagainya. Pada saat inilah, seorang penulis melakukan pembenahan, pembenaran atas kesalahan-kesalahan bahasa, kosa kata dan aturan kebahasaan. Dengan demikian, maka sidak pembaca akan merasa nyaman pada saat menikmati tulisan tersebut.

Jika seorang penulis dapat menciptakan 5 (lima) kondisi standar tersebut, maka kemungkinan besar proses penulisannya tidak akan mengalami hambatan. Oleh karena itu, setiap penulis harus mengkondisikan dirinya secara optimal sebelum mrlakukan kegiatan menulis. Pengkondidian diri berproyeksi pada kemampuan diri mengelola potensi yang ada dalam dirinya dan juga di luar dirinya. 

Apakah Anda sebagai penulis sudah mampu mengkondisikan diri dan lingkungan untuk mrndukung keberhasilan proses penulisan? Jika sudah, maka bersyukurlah bahwa Anda dapat menjslankan proses menulis dengan lancar. Tetapi, jika Anda brlum dapat mengkondisikan, maka segeralah mengkondisikan diri. Jangan sampai kita mengalami kebuntuan pada saat proses menulis dilakukan atau dijalankan. Pun, jangan sampai kita kebablasan saat mrnulis sebab tulisan yang kebablasan menyebabkan hasil tulisan kita bertele-tele dan kurang fokus pada ide atau gagasan yang kita tuliskan. 

Selamat karena Anda seorang penulis yang mampu mengendalikan diri dan mengkondisikan tulisan sehingga tidak berkembang liar, tidak terkendali akibat manajemen penulisan yang kurang baik. 


Gembongan,  2 Agustus 2023
Mohammad Saroni
Penulis buku: #Orangmiskinharussekolah

Tidak ada komentar: