Sebagai sebuah keterampilan, maka sejatinya setiap orang dapat mempunyai kemampuan untuk menulis. Keterampilan itu merupakan sebuah kemampuan yang dimiliki seseorang karena proses berlatih yang intens. Seseorang terampil melakukan sesuatu karena secara intens melakukan latihan-latihan terkait keterampilan tersebut. Semakin sering berlatih, maka semakin terampil melakukan kegiatan. Begitu juga halnya dengan kemampuan menulis. Sebagai sebuah keterampilan, maka menulis juga membutuhkan latihan yang intens.
Berlatih dan berlatihlah terus
Seorang atlit tidak akan pernah membiarkan hari-harinya berlalu tanpa latihan. Setiap waktu yang dimilikinya akan dialokasikan untuk berlatih. Tidaklah heran jika setiap saat kemampuannya meningkat secara proporsional. Dia memang memasang program untuk berlatih sebab dia menyadari bahwa tanpa berlatih, maka kemampuannya dapat menurun. Terapi, jika dia berlatih secara intens, maka kemampuannya meningkat. Hal ini tidak berbeda dengan pisau sebuah pisau akan semakin tajam kalau setiap waktu diasah. Tetapi, jika tidak diasah, maka dapat menjadi tumpul, bahkan rusak, berkarat. Begitu juga dengan kemampuan-kemampuan lainnya. Oleh karena itu, kita harus betlatih dan berlatih sepanjang waktu.
Seorang penulis adalah sosok terampil yang mempunyai kewajiban untuk meningkatkan kualitas keterampilannya sehingga setiap proses menulis dilakukan secara cepat dan tepat. Secara teoritis, dia tidak akan mengalami hambatan pada saat menulis. Hal ini karena penulis sudah terbiasa untuk menulis. Dia sudah terbiasa merangkai kata-kata sehingga memberikan makna yang diinginkannya. Seorang penulis yang terampil dapat menyelesaikan proyek tulisan dalam waktu relatif singkat. Dengan kondisi ini, maka seorang penulis yang terampil sangat produktif menghasilkan tulisan.
Salah satu kunci keberhasilan menjadi seorang penulis adalah meningkatkan kemampuan secara berkelanjutan. Peningkatan kemampuan dilakukan melalui proses berlatih dan berlatih secara intens. Proses latihan bukan berarti sekedar menulis melainkan harus menulis produktif. Setiap saat, penulis harus menulis, baik itu tulisan pendek ataupun panjang. Dengan demikian, maka kemampuannya dapat meningkat secara proporsional.
Di atas langit ada langit
Berlatih menulis akan menajamkan pikiran dan mempermudah pengaliran ide atau gagasan dalam pikiran. Kesadaran untuk berlatih merupakan bentuk pertanggungjawaban terhadap pengembangan diri. Penulis selalu berpikir bahwa kemampuannya masih terbatas dan masih banyak orang mempunyai kemampuan lebih. Bahwa, di atas langit madih ada langit. Jika ada seseorang mempunyai kemampuan pada level tertentu, sejatinya masih ada orang yang kemampuannya di level atasnya.
Penulis harus menyadari bahwa banyak orang yang kemampuannya melebihi kemampuannya. Hal ini merupakan kondisi yang sangat merisaukan sebab merupakan saingan dalam proses kreatif menulis. Oleh karena itu, penulis harus dapat mengelola kegiatan menulisnya sehingga dapat mencapai tingkatan kemampuan tertinggi. Meskipun demikian, kesadaran pada kenyataan bahwa di atas langit masih ada langit merupakan rambu-rambu bahwa kita masihlah belum sempurna, belum benar-benar mampu menulis.
Dengan kesadaran ini, kita akan terus berusaha untuk meningkatkan kemampuan diri tidak terlalu jauh perbedaan level kemampuan kita. Ini merupakan salah satu cara mengelola kegiatan menulis yang menjadi kemampuan diri. Kita memang harus selalu menyadari bahwa diri kita tetaplah sosok yang serba kurang. Tidak mungkin kita dapat melakukan banyak hal berbasis kemampuan diri sebab selalu ada orang lain yang lebih berkemampuan. Oleh karena itu, penulis akan terus meningkatkan kemampuan dirinya.
Jangan takut menulis
Untuk dapat menjadi penulis, maka kita haruslah dekat dengan kegiatan menulis. Kedekatan ini dapat berwujud berinteraksi dengan banyak penulis dan selalu melakukan kegiatan menulis. Ada orang mengatakan, siapa kamu dapat dilihat dari pergaulanmu, dengan siapa kamu berinteraksi. Artinya, jika kita bergaul dengan penulis,maka pada saatnya kita juga dapat menjadi penulis. Lingkungan akan membentuk sebagaimana situasi lingkungan tersebut. Hal kedua yang dapat dilakukan adalah melakukan kegiatan menulis secara terus menerus. Masalahnya adalah banyak orang yang takut untuk menulis!
Ketakutan untuk melakukan kegiatan menulis merupakan alasan utama sehingga seseorang tidak menulis. Mereka merasa bahwa tidak ada kemampuan menulis, kalaupun ada, tulisan mereka tidak layak untuk dibaca. Mereka takut orang lain menertawakan hasil tulisannya. Ketakutan ini mengerdilkan jiwa dan hatinya sehingga selalu takut untuk menulis. Banyak orang yang berlindung di balik kata ketakutan untuk menulis.
Untuk menjadi seorang penulis, maka kita tidak boleh takut menulis. Kita harus melakukan kegiatan menulis setiap saat. Kita juga menulis apa saja yang ingin kita tuliskan. Apapun yang ada di dalam pikiran, kita tuliskan. Tidak perlu mencari-cari atau memikirkan apa yang harus kita tuliskan. Kita cukup menuliskan apa yang ada di dalam pikiran kita. Ini merupakan salah satu cara agar proses menulis dapat dilakukan secara optimal, baik dari sisi waktu ataupun kualitas dan kuantitas tulisan.
Untuk menjadi seorang penulis, maka jangan pernah takut untuk menulis. Ketakutan menulis merupakan satu penghalang terbesar untuk menjadi penulis. Kita harus membuang jauh-jauh semua jenis ketakutan yang menghambat kegiatan menulis. Kita harus berani menuliskan segala hal yang ingin kita tuliskan.
Jangan malas menulis
Kemalasan akan melahirkan kebodohan. Siapa yang malas melakukan kegiatan, sesungguhnya sedang menggali liang kuburnya sendiri. Hidup ini sangat dinamis sehingga jika ada yang malas, maka akan terlindas oleh laju dinamisasi kehidupan.
Kegiatan menulis merupakan bagian dari kehidupan sehingga pun mengalami dinamisasi. Dinamisasi dalam kegiatan menulis juga terus berlangsung. Hal ini seringkali menjadi pemicu kemalasan seseorang untuk menulis. Bahkan, seseorang yang sudah terbiasa menulis dapat terserang kemalasan untuk menulis. Kegiatan menulis yang biasanya dilakukan dengan lancar tetapi karena kemalasan, maka kegiatan menulis tersendat dan terhenti.
Kemalasan memang musuh utama seorang penulis. Kegiatan menulis itu kegiatan aktif sehingga jika ada kemalasan, maka ritme kegiatan menulis terganggu dan produktivitas menurun hingga berhenti menulis. Seorang penulis yang malas menulis merupakan pertanda bahwa ada permasalahan dalam dirinya. Oleh karena itu, penulis yang mengakam kemalasan harus segera melakukan introspeksi untuk mengobati permasalahan dirinya. Jika tidak segera dilakuan, maka kemalasan tersebut dapat membunuh kreativitas penulis, bahkan membunuh secara nyata.
Kirimkan tulisan ke media massa
Setelah proses menulis selesai dilakukan, apa yang harus kita lakukan terhadap karya tulis itu? Ini merupakan pertanyaan klasik yang sering ditanyakan oleh penulis, terutama penulis pemula. Jangan hanya disimpan di rak buku atau di dalam folder komputer. Kita harus mempublikasikan tulisan kita sehingga masyarakat dapat membaca dan memahaminya. Dengan demikian, maka manfaat dari isi tulisan dapat dinikmati oleh sidang masyarakat.
Setelah kita menyelesaikan tulisan, maka kita kirimkan tulisan tersebut ke media massa. Pengiriman tulisan ini bertujuan untuk mengukur tingkat kemampuan menulis yang kita miliki. Media massa merupakan wadah bagi tulisan-tulisan untuk dinikmati dalam bentuk cetak ataupun file. Pada media massa inilah kita mengukur tingkat keberhasilan menulis kita. Kita harus mengetahui bahwa sebelum karya tulis fimuat dalam media massa, tulisan tersebut harus singgah di meja redaktur untuk dikurasi kelayakannya dimuat. Jika redaktur menilai bahwa sebuah tulisan layak muat, maka tulisan tersebut akan tampil dalam edisi atau terbitan media tersebut.
Begitulah langkah-langkah manajemen menulis yang dapat kita lakukan untuk kontinuitas atau keberlangsungan proses menulis. Pada sisi lainnya, ada kebahagiaan dan kebanggaan saat mengetahui karya tulis kita dimuat di media massa. Dan, hal tersebut merupakan api pemercik yang dapat membakar dan mengobarkan semangat menulis kita.
Gembongan, 7 Agustus 2023
Mohammad Saroni
Penulis# pendidikan untuk orang miskin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar