Kita harus mengakui bahwa banyak orang yang ingin dapat menulis. Tetapi, mereka mundur secara teratur sebelum benar-benar melakukan kegiatan menulis. Banyak yang kalah, menyerah sebelum berperang. Akhirnya, keinginan menulis kandas, bshksn tenggelam dalam lumpur yang pekat. Mereka belum sempat lahir, sudah hancur terlebih dahulu.
Bagaimana menghadapi kondisi seperti ini? Walaupun banyak penulis yang mengatakan bahwa kegiatan menulis itu mudah, gampang, segampang ngomong. Menurut mereka, menulis dan ngomong sejatinya dua kegiatan yang sama. Artinya, siapa yang dapat ngomong, berarti dapat menulis. Tetapi kenyataannya, sungguh berbeda! Banyak orang yang pinter ngomong tetapi nol prestasi menulis. Sebaliknya, banyak orang yang sulit ngomong tetapi produktif dalam menulis.
Lantas, apa sesungguhnya yang menjadi sebab seseorang pintar menulis?
Untuk menguraikan kondisi tersebut, kita dapat menyebutkan beberapa langkah penting untuk mengefektifkan proses menulis, yaitu:
1. Ada niat menulis yang kuat
Niat menjadi hal utama untuk mencapai efektivitas kegiatan menulis. Bahkan, niat menjadi pondasi untuk pelaksanaan kegiatan hidup. Kuat dan lemahnya bangunan sebuah tulisan atau kegiatan sangat tergantung pada pondasinya dan kerangka pembentuknya. Semakin kuat pondasinya, maka semakin kokoh bangunan.
Khususnya dalam kegiatan menulis, niat merupakan energi dari dalam diri untuk melakukan kegiatan menulis. Oleh karena, setiap orang yang berkeinginan untuk menulis, maka harus meniati kegiatannya sejak awal. Orang Jawa mengatakannya dengan niat ingsun. Sudahkah Anda melakukan hal itu sebelum melakukan kegiatan? Kalau sudah, Anda menunggu keberhasilan kegiatan. Jika tidak, maka segeralah melakukan hsl tersebut! Jangan sampai terlambat!
2. Ada pertaruhan/tantangan tulisan
Pernahkah Anda menghadapi tantangan atau pertaruhan dalsm hidup? Pasti pernah! Pernahkah Anda terima taruhan tersebut dan melakukannya? Pada saat yang lainnya, pernahkah Anda melakukan suatu kegiatan karena keinginan untuk melakukannya? Apakah perbedaan dari kedua kondisi tersebut?
Sadarkah Anda bahwa melakukan sesuatu karena adanya pertaruhan mempunyai energi yang lebih besar. Pertaruhan berarti ada sesuatu yang akan kita dapatkan jika melakukan hal tersebut. Sesuatu yang dimaksudkan adalah hadiah. Hadiah itu akan menjadi pemicu kita untuk menulis. Dengan demikian, proses menulis akan lebih efektif. Oleh karena itu, ketika melakukan proses menulis karena ada pertaruhan atau tantangan dan memberi reward berupa hadiah, maka semangat menulis akan meningkat.
Hadiah menjadi salah satu magnet yang dapat menarik hati. Event-event menulis berhadiah menjadi pemicu semangat menulis dan mampu mengefektifkan kegiatdn menulis.
3. Adanya Persaingan Sehat Berkarya dalam Komunitas
Hidup ini merupakan perjuangan yang tidak ada habisnya. Setiap kegidtan harus diperjuangkan agar dapat mencapai tujuan. Salah satu perjuangan adalah menghadapi dan menyelesaikan setiap persaingan. Ada dua hal yang akan terjadi pada setiap persaingan, khususnya dalam berkarya tulis.
Kita harus siap bertarung dengan segala hal yang menghadang kegiatan hidup kita. Pertarungan ini merupakan wujud dari persaingan hidup. Dan, selanjutnya pertarungan ataupun persaingan itu akan menjadi alat untuk seleksi alam. Siapa yang mampu bertahan, maka akan terjaga keberadaannya.
Pada sisi lainnya, persaingan akan memicu dan memacu semangat berkarya. Hal ini karena sifat dasar manusia yang tidak pernah rela disaingi oleh orang lain. Persaingan inilah yang mampu melahirkan motivasi dari dalam diri seseorang untuk membuktikan bahwa dia lebih baik dari yang lainnya.
Oleh karena itu,jangan oernah takut untuk bersaing dengan orang lain, terutama untuk persaingan positif yang memang merupakan energi yang menumbuhkan semangat untuk bergiat. Selamat bersaing, tidak harus menang sebab persaingan itu hanya untuk memicu dan memacu semangat bergiat atU menulis.
4. Ada tuntutan DL
Dead line adalah istilah yang dipergunakan dalam kegiatan menulis, yaitu batasan akhir pekerjaan menukis harus diakhiri dengan hasil optimal. DL ajan menjadi pemicu dan pemacu semangat menulis para penulis. Dengan semangat itulah, seorang penulis dapat memacu semangat sehingga terjadilah peningkatan produktivitas menulisnya.
DL menjadi acuan atau batasan waktu bagi penulis untuk menyelesaikan proyek penulisannya. Dengan demikian, maka proses penulisan lebih efektif dan efisien. Penulis dapat menyusun program penulisan sehingga pada waktu tepat selesai.
Seorang penulis pada kenyataannya adalah sosok pemrogram, penyusun yang di dalam proses penulisannya sudah menyusun rencana proses. Rencana kerja mengatur proses menulis untuk jangka atau batasan waktu tertentu. Waktu inilah yang mengkondisikan menulis mengatur prosesnya. Batasan waktu inilah yang sesungguhnya menjadikan kegiatan menulis lebih efektif.
5. Ada keinginan untuk produktif
Setiap orang berkeinginan untuk dapat menghasilkan produk sebanyak-banyaknya dan berkesinambungan. Setiap saat tidak berhenti menghasilkan produk kegiatannya. Begitu juga halnya dengan penulis. Setiap penulis ingin berkarya sebanyak-banyaknya secara peridek dan tiada jeda untuk berhenti. Setiap saat, selalu ada karya tulis yang dihasilkan.
Ini sebuah keinginan yang wajar. Setiap orang ingin eksis dalsm setiap kegiatannya, begitu juga seorang penulis. Eksistensi seorang penulis diakui melalui karya-karyanya yang terus mengalir. Secara periodek, selalu ada karya barunya, misal berupa buku atsu tulisan lepas.
Keinginan ini merupakan salah satu faktor yang dapat mengefektifkan ketja tulis seorang penulis. Dengan keinginan untuk terus produktif dalam menulis, maka proses menulis semakin efektif. Hal ini karena produktifitas yang dihasilkan meningjatkan keterampilan menulis. Dan, semakin terampil seorang penulis, maka semakin efektif prosesnya. Seseorang yang terampil menulis tidak akan mengalami kesulitan saat menuangkan ide, gagasanya dalam bentuk tulisan. Mereka tidak akan terpengaruh oleh kondisi sebab di dalam dirinya sudah terkondisikan untuk menulis.
Oleh karena itu, agar proses mrnulis kita dapat efektif, maka tumbuhkan keinginan untuk produktif dalam menulis. Ketidakproduktifan akan melahirkan kemalasan dan penurunan keterampilan menulis.
Kita memang dituntut untuk dapat menghasilkan tulisan sebanyak-banyaknya. Tulisan sebanyak-banyaknya dapat diperoleh jika para penulisnya produktif. Afar produktif, maka seorang penulis harus melaksanakan kegiatan menulis secara efektif.
Semoga kita adalah sebagian dari penulis yang efektif dalam memproduksi tilisan. Aamiin.
Gembongan 22 Agustus 2023
Mohammad Saroni
Penulis buku: #Laki-laki
Tidak ada komentar:
Posting Komentar