Disiplin adalah ketaatan dan kepatuhan terhadap nilai-nilai yang diyakini merupakan kewajiban dan tanggung jawabnya. Kedisiplinan diartikan secara bebas sebagai kondidi terkait ketaatan dan kepatuhan terhadap segala hal yang diyakini dapat mengkondisikan diri pada nilai-nilai positif dalam kehidupan. Terkait dengan kegiatan menulis, maka kedisiplinan menulis mengkondisikan kita untuk taat dan patuh terhadap segala aturan yang dipercaya dapat mendukung keberhasilan dalam kegiatan menulis.
Kegiatan menulis adalah sebuah keterampilan yang untuk dapat memilikinya, maka harus melakukannya secara intens atsu terus menerus. Artinya, kita harus disiplin dalam melakukan kegiatan menulis agar dapat terampil menulis. Kegiatan yang kita lakukan secara berulang sangat memungkinkan bagi kita untuk menguasai teknik-tekniknya secara optimal. Oleh karena itu, para kampium akan terus berlatih dan berlatih untuk memiliki keterampilan yang optimal. Bukankah, semakin sering kita nelakukan, maka semakin kita menguasai segala hal?
Permasalahannya adalah ketidak stabilan emosi kita! Seringkali kita sangat bersemangat dalam bergiat, tetapi pada saat yang lain diterkam kemalasan yang sangat! Akibatnya ritme kegiatan amburadul dan berakibat pada penguasaan yang setengah-setengah. Kondisi ini tidaklah optimal untuk nendukung ketercapaian tujuan kegiatan. Oleh karena itu, kita harus membiasakan diri untuk melakukan secara intens setiap sesuatu yang ingin kita kuasai atau lakukan. Dalam konteks kita adalah keterampilan menulis. Kita harus membiasakan diri untuk menulis agar dapat terampil menulis.
Berdasar pada pengalaman yang penulis jalani dan miliki, maka ada beberapa hal yang harus kita lakukan agar dapat disiplin menulis. Memang setiap orang berbeda cara untuk mendisiplinkan diri, tetapi setidaknya ini dapat menjadi tambahan untuk tujuan yang sama. Hal-hal yang penulis lakukan untuk mendisiplinkan diri dalam menulis adalah:
1. Memantapkan diri untuk menulis
Hal pertama yang harus kita lakukan adalah memantapkan diri untuk menulis. Ini adalah energi dan motivasi pertama yang harus kita tumbuhkan dan menjadi alasan menulis.
Kemantapan diri untuk melakukan merupakan motivasi terbesar yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri. Motivasi ini merupakan latar belakang kita melakukan kegiatan. Dengan demikian, maka kita akan melakukan kegiatan dengan penuh tanggungjawab. Rasa tanggungjawab inilah yang sesungguhnya alat untuk mendisiplinkan diri untuk melakukan kegiatan secara optimal. Tanpa rasa tanggungjawab, diyakini setiap kegiatan tidak dapat optimal, bahkan sering menyebabkan kegagalan.
Kita harus memantapkan diri untuk menulis sebelum kegiatan menulis kita lakukan. Cara ini untuk membangkitkan rasa tanggungjawab terhadap kegiatan yang kita lakukan. Setelah rasa tanggungjawab ini muncul, maka kegiatan menulis pasti mengalir lancar.
2. Mengefektifkan waktu-waktu menulis
Setiap penulis atau orang yang ingin menulis, pasti mencari dan menentukan waktu yang tepat untuk menulis. Tidak sembarang waktu dapat dijadikan saat untuk menulis. Walau, sesungguhnya semua waktu dapat dijadikan saat untuk menulis. Tetapi, terkait dengan waktu menulis adalah kita harus benar-benar mengefektifkan waktu menulis. Artinya, jika kita dudah memutuskan menulis di pagi hari, maka kita harus konsisten dengan keputusan tersebut. Jangan mengabaikan keputusan yang sudah kita tentukan sendiri.
Kita harus mengefektifkan waktu kita menulis dengan menentukan target-target menulis. Target-target menulis inilah yang akan mendisiplinkan kita dalam menulis. Kita harus memasang target agar waktu yang kita alokasikan untuk menulis dapat berhasil guna secara optimal. Untuk target penulisan dapat kita tentukan berdasar waktu ataupun jumlah tulisan. Jika berdasarkan pada waktu, maka kita dapat membuat kesepakatan diri untuk menulis selama waktu berapa, misal 30 menit atau bahkan 5 menit saja. Dan, selama kurun waktu tersebut, kita benar-benar menulis.
Kita harus mengefektifkan waktu menulis sehingga setiap interval waktu menulis dapat menghasilkan tulisan sebagaimana program kita. Misalkan kita mengefektifkan berdasarkan waktu, maka pada batas waktu yang kita rencanakan sudah menulis semaksimalnya. Tidak ada waktu yang terbuang untuk kegiatan diluar kegiatan menulis. Begitu juga hslnya dengan pengefektifan berdasar jumlah tulisan, maka setiap kali proses menulis, kita selesaikan jatah menulis, misalnya 100 kata, 350 kata, 500 kata, dan yang lainnya. Dengan demikian, kita harus 'memaksa' diri untuk menuntaskan tulisan. Pemaksaan inilah yang diyakini dapat mendisiplinkan diri untuk menulis.
3. Membaca banyak buku
Menulis merupakan pasangan dari membaca. Setiap yang membaca, diawali dengan membaca. Setiap yang membaca, dilanjutkan dengan menulis. Kita dapat mengibaratkan bahwa membaca adalah sebagaimana kegiatan makan dan minum, dan menulis adalah sebagaimana kita BAB dan BAK. Apa yang terjadi jika kita hanya makan dan minum saja, tanpa BAB dan BAK? Apa pula yang terjadi jika kita hanya BAB dan BAK, tanpa makan dan minum?
I
Membaca adalah kegiatan memasukkan informasi ke dalam memori otak sehingga pengetahuan kita meningkat. Kita dapat mengetahui berbagai informasi dari proses membaca. Selanjutnya, semua informasi disimpan dalam memori kita. Lantas untuk apa informasi yang tersimpan tersebut? Tentunya, informasi tersebut dapat hilang dalam kurun waktu tertentu akibat keterbatasan kemampuan menyimpan dari otak kita.
Menulis adalah kegiatan mengalirkan pengetahuan dan informasi dalam otak sehingga dapat diketahui oleh banyak orang. Kita memproyeksikan rekaman informasi yang mengeram dalam memori otak menjadi bentuk tulisan yang berwujud huruf dan angka. Informasi yang tersimpan di dalam otak dialirkan keluar sehingga ruang penyimpanan di memori otak tidak membludak. Dan, otak selslu dalam kondisi segar atau fresh sehingga tidak mudah mengalami kebuntuan ataupun hang saat menulis.
Kegiatan membaca yang dilakukan secara intens akan membangkitkan semangat menulis. Kita mendapat informasi yang semakin banyak dan mendorong kita untuk menulis. Kondisi ini akan berlangsung terus menerus setiap kali kita selesai membaca. Selalu ada keinginan untuk menulis dan menulis sehingga terciptalah sebuah kebiasaan menulis. Akan tercipta kedisiplinan menulis setiap saat.
4. Membaca lingkungan
Lingkungan adalah tempat kita beraktifitas menjalani kehidupan. Ada banyak kejadian di lingkungan sekitar kita. Kejadian -kejadian itu dapat menjadi sumber atau ide menulis. Kita menangkap satu atau dua idemuntuk diikat dalam bentuk tulisan. Demikian secara terus menerus kita lakukan sehingga kita terbiasa untuk menulis.
Seorang penulis seharusnya banyak membaca segala kejadian yang ada di lingkungannya. Dengan demikian, selalu ada bahan untuk dituliskan. Bahan itulah yang selanjutnya kita sebut sebagai ide tulisan. Ketika kita melihat seorang nenek yang melangkah tertatih, itu adalah bahan atau ide tulisan. Ketika kita melihat seorang anak menangis saat menginginkan es cream tetapi tidak dibrlikan sang ibu, itu adalah bahan atau ide tulisan. Dan, masih banyak lagi hal-hal kejadian di lingkungan yang dapat dijadikan bahan atau ide menulis. Begitu banyaknya bahan, maka kita akan terus menerus menulis sehingga dapat menjadi kebiasaan kita. Jika sudah menjelma menjadi kebiasaan, berarti kita sudah disiplin dalam menulis.
Membaca lingkungan memang dapat menambah informasi atau pengetahuan dalam memori otak kita. Hal ini akan menyebabkan pengaliran informasi yang tiada hentinya untuk dituliskan. Kita tidak akan berhenti menulis sebab materi yang akan ditulis tidak pernah habis. Materi tulisan kita dapatkan dari hasil membaca lingkungan kita. Kita mendisiplikan diri untuk menulis dengan membaca lingkungan tempat tinggal kita.
5. Berinteraksi dengan komunitas
Siapa dirimu dapat dilihat dari siapa temanmu. Ini adalah pendapat yang sudah menjadi pegangan semua orang untuk memberi label pada seseorang. Hal ini didukung oleh sebuah pepatah lama yang buminya kita-kita sebagai berikut, ala bisa karena biasa. Seseorang dapat melakukan sesuatu karena dia terbiasa melakukannya. Dan, kebiasaan itu terbentuk sebagai hasil dari komunikasi dan interaksi dengan lingkungan.
Pada saat kita berinteraksi dengan orang lain atau lingkungan, maka terjadilah friksi atau gesekan diri. Gesekan diri ini meliputi gesekan fisik dan psikis. Gesekan fisik dapat berwujud pertentangan-pertentangan fisik ataupu ssemua yang terkait dengan fisik. Sedangkan, gesekan psikis lebih terpusat pada gesekan karakter dan kemampuan.
Salah satu lingkungan yang diyakini dapat memberikan pengaruh adalah sebuah komunitas. Komunitas adalah sekumpulan orang yang berada di dalam lingkungan dengan kegiatan yang sama. Karena kira membahas tentang kedisiplinan menulis, maka komunitas yang kita maksudkan adalah komunitas menulis. Di dalam komunitas menulis, semua orang yang ada mempunyai kegiatan yang sama, yaitu menulis.
Untuk mendisiplinkan diri dalam kegiatan menulis, maka sudah seharusnya berinteraksi dengan orang-orang yang aktif bergiat dalam menulis. Oleh karena itu, kita dapat bergabung dengan komunitas menulis sehingga dapat terbawa arus untuk terus menulis. Jika kita setiap saat berinteraksi dengan mereka, maka suasana dan kondisi akan mempengaruhi setiap orang di sekitar atau di dalam komunitas tersebut.
6. Bergabung dengan kegiatan menulis antologi bersama
Menulis itu kegiatan pribadi sebab merupakan respon diri terhadap kondisi atau situasi yang terjadi di lingkungan penulis. Setiap orang pasti memberikan respon terhadap setiap kondisi atau situasi yang terjadi di lingkungannya. Tetapi, tidak semua orang menangkap dan mengikatkan responnya dalam bentuk tulisan. Sehingga, kegiatan ini dapat dikatakan sebagai kegiatan personal tetapi tidak dapat mengabaikan keberadaan orang-orang di sekitarnya.
Untuk dapat mendisiplinkan diri dalam kegiatan menulis, maka kita harus bergabung dengan lingkungan yang secara aktif melakukan kegiatan menulis. Salah satu bentuk kegiatan menulis yang sering dilakukan adalah nenulis bersama. Menulis antologi, baik antologi tunggal atau rame-rame merupakan salah satu cara untuk mendisiplinkan diri. Hal ini karena dalam menulis antologi, kita dibatasi oleh tema dan waktu penyelesaian. Ada istilah DL yang memaksa kita untuk segera menyelesaikan tulisan kita.
Pada saat kita bergabung dengan penulis lain untuk menyusun antologi, maka kita dihadapkan pada keharusan untuk menulis sesuai aturan dan waktu yang disediakan. Batasan waktu inilah yang memaksa kira untuk secara intens mengikat ide dalam brntuk tulisan. Semakin banyak kegiatan antologi yang kita ikuti, semakin banyak tulisan yang harus kita tulis. Semakin banyak tulisan yang kita tulis, maka semskin sering kita menulis. Frekuensi dan kuantitas.kita menulis akan mengkondisikan kedisiplinan kita dalam kegiatan menulis.
Oleh karena itu, agar kita dapat disiplin dalsm menulis, maka kita harus mengikuti kegiatan menulis secara intens. Hal ini agar kita terbiasa menulis dan terkondisikan untuk selslu siap dan sigap menulis.
Upaya untuk mendisiplinkan firi dalam kegiatan menulis sangat tergantung pada motivasi inert dari seorang penulis. Kegiatan menulis dapat disiplin jika ada kesadaran dari dalam diri untuk secara terus menerus, disiplin menulis. Dan, beberapa langkah yang penulis ungkapkan di atas merupakan pengalaman pribadi penulis. Anda dapat saja mengambil langkah-langkah tersebut untuk meningkatkan kedisiplinan dalam menulis. Semoga dapat menjadi salah satu acuan untuk pengrmbangan krmampuan menulis.
Gembongan, 12 Agustus 2023
Mohammad Saroni
Penulis buku #Sertifikasikeahliansiswa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar