Minggu, 13 Agustus 2023

MENJAGA STAMINA MENULIS


Kegiatan menulis sebenarnya merupakan kegiatan dengan konsentrasi tinggi dan waktu yang relatif panjang. Kita membutuhkan waktu yang relatif panjang untuk menyelesaikan satu tulisan. Waktu yang panjang itu semata-mata karena keinginan untuk segera menyelesaikan tulisan. Asumsi tersebut muncul sebagai konsekuensi dari kekawatiran atas kemungkinan lupa. Kita mempunyai kecenderungan untuk menuntaskan kegiatan menulis sehingga materi tulisan terikat secara keseluruhan dalam tulisan.

Pada sisi yang lain, kegiatan menulis merupakan kegiatan yang terkait erat dengan psikis. Kondisi ini menuntut pegiatnya untuk memeras fisik dan psikis secara bersamaan sehingga membutuhkan energi yang besar. Satu energi untuk mendukung aktifitas fisik dan satu energi untuk mendukung aktifitas psikis. Mungkin pada sisi fisik dapat mudah untuk ditangani, tetapi pada sisi psikis tidaklah semudah membalik telapak tangan. 

Aspek penting yang perlu diperhatikan adalah kelelahan yang terjadi pada saat melakukan kegiatan menulis. Kelelahan fisik dengan mudah diatasi dengan sedikit rileks atau olahraga ringan dan istirahat. Tetapi, bagaimana dengan kelelahan psikis? Kelelahan yang menyerang sisi psikis seringkali menyebabkan kita terjebak pada kebuntuan saat menulis. Kebuntuan inilah yang seringkali menyebabkan kegiatan menulis terhenti dan tulisan terbengkalai.

Lantas bagaimana caranya untuk menjaga stamina menulis? 

Stamina menunjukkan kekuatan dan energi fisik dan psikis yang dimiliki seseorang untuk dapat bertahan dalam berkegiatan atau bekerja. Stamina dapat juga berarti ketahanan atau kesehatan tubuh; daya tahan terhadap setiap kondisi yang terjadi di sekitar dirinya terkait kegiatan yang dilakukan dalam kehidupannya. Stamina dapat juga artikan sebagai ketabahan dan ketahanan mental atau batin dan lahiriah serta keuletan sehingga kegiatan dapat diselesaikan secara tuntas. 

Terkait kegiatan menulis, maka stamina dapat diartikan sebagai energi dan ketahanan fisik dan psikis untuk menyelesaikan proses menuliskan ide dan  perkembangannya hingga tuntas. Kegiatan menulis adalah kegiatan yang membutuhkan kekuatan dan ketahan diri, baik fisik maupun psikis sehingga seorang penulis harus dapat menjaga staminanya untuk menulis.

Apa yang harus kita lakukan untuk mengkondisikan diri agar mempunyai stamina yang cukup untuk menyelesaikan kegiatan menulis? Pada umumnya, untuk menjaga stamina diri dapat dilakukan dengan beberapa cara. Cara yang dapat dilakukan adalah:

a. Cukup asupan makan dan minum

Asupan diri, baik minum dan makan merupakan sumber energi bagi diri kita. Dengan minum atau makan, maka metabolisme tubuh dapat mengubahnya menjadi energi untuk tubuh kita. Makan dan minuman yang kita masukan ke dalam tubuh akan diolah di dalam tubuh sehingga didapat berbagai zat yang sangat penting untuk menjaga kestabilan proses menulis. Apa yang terjadi jika lambung kita tidak diisi mskansn atau minuman?

Kestabilan proses menulis dapat terkait pada asupan makanan dan minuman yang kita konsumsi. Oleh karena itu, seringkali kita menemukan seorang penulis yang menyiapkan makanan dsn minuman pada saat menulis. Dengan cara seperti itu, maka saat perut berkerucuk, maka dapat dengan segera ngemil makanan atau minum. Perut yang lapar dapat menyebabkan menurunnya tingkat konsentrasi kegiatan, dalam hal ini menulis. 

Walaupun bukan makanan yang berat, penulis tetap harus menyiapkan makanan kecil dan minuman sehingga tidak perlu beranjak meninggalkan tempat duduknya. Dengan demikian, penulis tidak harus memutus kegiatan menulisnya. Kejadian umim yang dialami penulis saat memutus kegiatan menulis adalah terputusnya aliran informasi yang harus dituliskan. Akibatnya, setiap kali menghadap komputer lagi, maka butuh warming up untuk fisik dan psikis. Hal ini dapat menghambat proses menulis. Stamina menulis tetap terjaga  sehingga produktifitas menulis juga terjaga. 

b. Memasang target tulisan dan waktu menulis 

Target merupakan tujuan yang harus fidapatkan dalam sebuah kegiatan, bahkan hidup. Target dapat berperan sebagai energi yang mendorong kita mencapai tujuan. Dengan adanya target, maka semangat kita dapat meningkat dan terus bertambah untuk mewujudkan harapan. 

Target itu sebagaimana seorang pemanah yang memanah binatang buruan. Pada saat berburu, seorang pemburu membidik biinatang buruannya. Dengan penuh konsentrasi dia arahkan senjatanya ke binatang buruannya. Setelah yakin ketepatan bidikan, maka senjata dilepaskan hingga mengenai binatang buruannya.  Begitu juga halnya dengan proses menulis. Penulis akan memasang target untuk pencapaian bidikan senjatanya. 

Untuk proses menulis, target yang kita maksudkan dibatasi pada kuantitas tulisan yang dihasilkan pada setiap waktunya atau kebalikannya. Berapa waktu yang kita siapkan untuk proses menulis yang kita lakukan. Dengan demikian, maka kita sudah mengetahui seberapa tulisan yang kita hasilkan pada saat menulis atau menyediakan berapa waktu untuk melakukan kegiatan menulis. 

Target menulis terkait dengan jumlah tulisan dan waktu yang disediakan untuk menulis. Dengan menentukan kedua target ini, maka semangat menulis akan terjaga hingga tuntas. Target ini sekaligus merupakan alat untuk pengukur kemampuan penulis melakukan kegiatan menulis. Dan, pada saat menentukan target, seorang penulis sudah mengukur kemampuan diri untuk menulis. Seorang penulis sudah memahami dan menyadari kemampuan dirinya saat menulis, baik pada aspek kuantitas tulisan ataupun waktu yang diperlukan untuk menulis. Artinya, penulis menulis berdasarkan kemampuan dirinya dan tidak perlu memaksakan diri untuk melakukan kegiatan menulis. 

Berkurangnya stamina menukis seringkali terjadi karena kegiatan9 menulis dilakukan secara terpaksa. Akibatnya, kegiatan menulis menjadi beban diri. Dan, setiap beban diri merupakan penghambat kegiatan menulis. Padahal, seharusnya kegiatan menulis dilakukan sebagai bentuk refreshing. Kita harus melakukan kegiatan menulis sebagai kegiatan yang menyenangkan. Kegiatan menulis adalah kegiatan mengeluarkan segala pemikira dalam wujud tulisan. Dengan demikian, beban otak semakin berkurang dan otak kita menjadi fresh.

c. Menulis materi yang dikuasai

Lakukanlah segala sesuatu yang kita ketahui dan pahami. Hal ini sangat penting agar proses menulis dapat berlangsung lancar, tidak mengalami hambatan. Untuk dapat melakukan segala hal, maka kita harus menguasai dan memahami segala hal yang kita hadapi dalam kehidupan. Bukankah melakukan sesuatu yang kita kuasai akan sangat mudah dilakukan daripada tidak menguasainya?

Kegiatan menulis seharusnya dilakukan dengan penguasaan materi tulisan. Seorang penulis harus menguasai materi yang ditulis sehingga kegiatan menulis dapat berlangsung optimal. Materi tulisan adalah segala informasi yang ada di dalam pikiran dan merupakan pengembangan dari ide. Pengembangan ide ini meliputi pengembangan ide pokok maupun ide tambahan. 

Oleh karena itu, kita harus menuliskan hal-hal yang kita kuasai. Kita proyeksikan simpanan informasi ke dalam bentuk tulisan. Proses proyeksi ini akan lebih mudah sebab materi tulisan sudah ada di dalam pikiran kita. Proses ini lebih mudah sebab materinya sudah tersedia. Kita tidak perlu bingung-bingung mencari informasi untuk dituliskan. Sangat berbeda jika kita menulis sesuatu yang tidak kita kuasai dan pahami. 

Jika kita menulis bahan yang kita kuasai, maka kita tinggal menbuka keran, materi tulisan akan mengalir bebas menjadi tulisan. Tetapi, jika kita menulis sesuatu yang materinya tidak kita kuasai, maka kita akan mengalami kebingunan jika materi tulisan habis. Akibatnya, kita harus mengumpulkan informasi terkait bahan tulisan. Hal ini menyebabkan proses menulis terputus-putus, akibat kita harus mencari tambahan informasi. 

Oleh karena itu, sebaiknya kita menulis materi yang kita kuasai dan pahami. Penguasaan dan pemahaman menyebabkan proses menulis lancar dan hal ini dapat menjadi energi penyemangat dari dalam diri. Hal ini karena semangat menulis dapat meningkat dan menjaga stamina menulis.

d. Memberi waktu istirahat

Jika kita melakukan sebuah kegiatan, maka tidak mungkin kita melakukan kegiatan itu secara terus menerus. Kita mempunyai keterbatasan fisik maupun psikis. Keterbatasan ini dapat menjadi penghambat kegiatan kalau kita lakukan secara terus menerus tanpa batasan. Pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan secara terus menerus tanpa batasan dapat menurunkan stamina diri. Energi yang kita miliki dapat berkurang stsu habis sama sekali sehingga kita tidak dapat lagi melakukan kegiatan.

Kemampuan tubuh kita sangat terbatas sehingga tidak mungkin bekerja tanpa batas. Ada batasan kekuatan sehingga pada waktu tertentu setelah menyelesaikan kegiatan, maka tubuh kita akan kehilangan kekuatan. Pada saat tubuh kita kehilangan tenaga, maka saat itulah stamina tubuh kita hilang. Hal ini karena stamina adalah kekuatan diri untuk melakukan kegiatan. Jika kekuatan tubuh kita hilang, bagaimana kita dapat melanjutkan kegiatan sehingga mencapai keberhasilan.

Pada saat kita bergiat menulis, kita membutuhkan batasan waktu sehingga tidak terjebak di dalam lingkaran yang membingungkan. Ada banyak labirin yang siap menelan kita sehingga kita hanya berputar-putar tanpa mengetahui pintu keluar. Pada saat seperti ini berarti kita sedang mengalami kelelahan fisik dan psikis. Oleh karena itu, kita menyediakan waktu untuk beristirahat. Dengan penyediaan waktu istirahat, maka kondisi fisik dan psikis kita dapat idle lagi. Kondisi idle adalah kondisi stasioner dimana kita diam sehingga energi yang kita pergunakan sangat kecil bahkan tidak ada energi berarti yang kita pergunakan.

Kita harus menyediakan waktu istirahat untuk menyelesaikan kegiatan. Dengan adanya waktu istirahat ini, maka fisik dan psikis dapat dapat mengambil posisi diam, tanpa melepaskan energi. Seperti gelombang, maka lidah gelombang harus dilandaikan sehingga laut menjadi tenang. Ketenangan ini diyakini dapat mengembalikan stamina tubuh untuk menulis lagi. Dengan kembalinya stamina tubuh, maka kegiatan menulis tidak akan mengalami hambatan lagi. Demikian yang harus kita lakukan pada beberapa waktu sekali hingga kegiatan menulis tuntas.

Seorang penulis berkewajiban untuk menjaga stamina menulisnya agar tingkat produktifitasnya terjaga. Dengan stamina yang baik dan stabil, maka proses menulis akan mengalir lancar tanpa terhambat. Beberapa hal yang penulis ungkapkan merupakan pengalaman penulis pada saat melakukan kegiatan menulis. Semoga langkah-langkah ini dapat menjadi motivasi untuk penulis lainnya, yang sedang dan sering mengalami penurunan stamina di tengah-tengah proses menulisnya.


Gembongan, 17 Agustus 2023
Mohammad Saroni
Penulis buku: #praharanegeridongeng

Tidak ada komentar: