Pada kegiatan menulis, seseorang dianggap 'bisa' melakukan kegiatan menulis jika mampu menghasilkan tulisan untuk dibaca sidang pembaca. Tulisan yang dapat dibaca oleh sidang pembaca adalah tulisan yang terstruktur, mempunyai makna, dan memberikan pencerahan untuk sidang baca. Hasil kerja tulis yang dikerjakan oleh penulis berpengalaman dan penulis pemula pastilah berbeda. Seorang penulis berpengalaman dapat menulis dimana dan kapanpun. Mereka memang 'bisa' menulis. Sedangkan penulis pemula, tidak semudah itu. Butuh berbagai kondisi sehingga dapat menulis. Hal tersebut karena penulis pemula belum seterampil penulis berpengalaman.
Padahal untuk mencapai kondisi sebagaimana penulis berpengalaman, penulis pemula juga dapat mengkondisikannya. Pengalaman seseorang terkait dan berbanding lurus dengan waktu dan frekuensi pelaksanaan kegiatan tersebut. Semakin lama jam terbang seorang penulis, maka semakin terampil melakukan kegiatan menulis. Semakin sering melakukan kegiatan menulis, maka semakin terampil, semakin 'bisa' menulis. Oleh karena itu, seorang penulis pemula tidak boleh merasa jengah ataupun rendah diri dibandingkan penulis berpengalaman. Semua dapat dikondisikan seiring waktu dan frekuensi menulis.
Waktu dan frekuensi dalam melakukan kegiatan akan melahirkan sebuah kondisi yang disebut kebiasaan. Lantas, bagaimana caranya agar kita dapat menciptakan kebiasaan menulis sehingga dapat meningkatkan kemampuan menulis kita? Pada kesempatan ini, penulis mencoba untuk memberikan pengalaman untuk membiasakan diri melakukan kegiatan menulis. Kita harus berada pada kondisi yang bisa menjadi energi pendorong kegiatan menulis. Kondisi itu adalah menciptakan sebuah kebiasaan untuk menulis.
Kebiasaan merupakan sebuah kondisi yang tercipta sebagai akibat kegiatan-kegiatan yang secara intens kita lakukan sehingga jika tidak melakukan, maka terasa ganjil. Kebiasaan itu kondisi yang tercipta karena kita sudah terbiasa melakukannya. Permasalahannya adalah bagaimana cara kita menciptakan kebiasaan menulis untuk meningkatkan keterampilan menulis serta produktivitas menulis. Mungkin, langkah-langkah berikut dapat dijadikan acuan untuk menjadikan menulis sebagai sebuah kebiasaan, yaitu,:
a. Selalu menyiapkan kertas / kartu ide dan pena di saku baju
Ide datang tidak mengenal waktu dan kondisi. Bahkan, seringkali ide muncul pada saat kita tidak siap untuk mengikat ide tersebut dalam bentuk tulisan. Akibatnya, ide tersebut berlalu begitu saja. Kita sering kehilangan ide karena kondisi ini.
Untuk.mengantisipasi kehilangan ide, maka kita harus menyispkan potongan kertas atau kartu ide dan pen di saku kita. Setiap kali ada ide, maka kita segera mengikatnya dalam bentuk tulisan. Tentunya, kita hanya dapat mengikat garis besar dari ide yang muncul. Kita tidak mungkin menuliskan secara utuh dalam kartu ide tersebut.
Kartu ide tersebut kita kembangkan menjadi tulisan seutuhnya setelah kita berada pada kondisi yang memungkinkan, misalnya tiba di rumah atau di kantor. Dengan mengikat ide dalam kartu ide, kita akan terbiasa menulis, walsipun terbatas garis besar, pikiran pokok dan pikiran tambahan dalam bentuk ulasan singkat ataupun outline. Jika hal ini kita lakukan setiap saat, maka akan menjadi kebiasaan yang tidak akan lepas dari keseharian hidup kita. Setiap saat kita menulis dan menulis. Hidup tidak akan lengkap jika belum menulis!
b. Membuat WAG dengan peserta diri sendiri
Perkembangan teknologi informasi sangatlah pesat. Setiap saat mengalami perubahan perkembangan sehingga fasilitas di dalam alat-alatnya semakin canggih. Salah satu fasilitas yang dapat kita jadikan sebagai alat melahirkan kebiasaan menulis adalah catatan dan WAG (WhatsApp Group). Dalam hal ini, kita pergunakan WAG sebagai bahasan. Alasan pembahasan WAG adalah fitur atau aplikasi ini operasionalnya praktis. Kita tidak kesulitan untuk mempergunakannya sebagai wadah kita menulis.
Untuk.menjadikan WAG sebagai tempat menulis adalah dengan mengajak teman untuk masuk ke grup yang kita buat, selanjutnya setelah selesai, kita mengeluarkan teman dari WAG. Karena, teman kita keluarkan, maka penghuni grup hanya kita sendiri. Pada kondisi inilah kota intens menulis di halaman chattnya.
Setelah WAG grup tinggal kita saja, maka kita dapat mengeksplore kemampuan menulis kita di situ. Setiap saat kita dapat mrnuliskan ide di grup tersebut. WAG ini dapat kita buat beberapa sesuai dengan ide yang kita miliki. Judul WAG menunjukkan ide yang kita tulis dalam grup WA tersebut. Misalnya WAG 'DAUN', berarti grup ini merupakan tempat kita menulis untuk mengeskplorasi daun. Sedangkan genre yang kita jadikan wadah menulis ya kita cantumkan. Mungkin lebih lengkapnya 'PUISI DAUN', maka kita menulis puisi tentang daun. Dengan demikian, maka konsentrasi kita lebih terarah pada tema tersebut.
c Membuat catatan-catatan kejadian setiap saat
Setiap peristiwa akan berlalu dari kehidupan kita. Bahwa kehidupan ini adalah sebuah perjalanan panjang dengan berbagai kejadian yang harus kita lewati, kemudian bergulir untuk kejadian selanjutnya. Kejadian yang sudah terjadi menjadi kenangan. Tentunya kita tidak ingin semua kejadian menjadi kenangan semata, apalagi kenangan dalam memori otak, yang kemampuan ingatnya sangat terbatas. Agar kejadian hidup tidak menghilang akibat keterbatasan kemampuan otak menyimpan kenangan, maka harus disimpan dalam bentuk tulisan. Tulisan diyakini lebih abadi dibandingkan ingatan otak, belum lagi ketika seseorang karena takdirnya meninggal, maka kenangan kejadian ikut terkubur dan hilang.
Untuk mengkondisikan hal tersebut, maka kita harus selalu mengikat setiap kejadian hidup dalam bentuk tulisan. Kita menuliskan setiap kejadian hidup kita sebagai memoar hidup ataupun rekam jejak kehidupan kita. Setiap saat kita dapat membaca ulang catatan kejadian tersebut sehingga kita tidak pernah melupakan kejadian tersebut
Jika setiap saat kita melakukan kegiatan menulis, maka hal tersebut akan menjadi kebiasaan kita. Setiap kegiatan yang secara rutin, terstruktur dan terprogram akan menumbuhkan kebiasaan dalam diri kita.
d. Mengetik ulang tulisan orang untuk koleksi
Langkah lain yang dapat menumbuhkan kebiasaan, khususnya dalam kegiatan menulis adalah menulis ulang tulisan orang lain. Mungkin hal ini dianggap aneh dan sia-sia. Tetapi, kita harus tahu bahwa ketika kita mengetik ulang karya tulis orang lain, maka saat itu kita mendapatkan banyak pengalaman terkait kegiatan menulis. Misalnya kita jadi tahu berapa kata yang dipergunakan oleh penulis, pola penulisan yang diterapkan penulis, gaya penulisan, ide atau gagasan yang lepas dari penggarapan penulis, dan yang lainnya. Ini merupakan pengalaman yang tidak ternilai harganya.
Pada saat kita mengetik ulang karya tulis orang lain, roh tulisan akan berpendaran dalam otak kita. Pendaran toh ini sesungguhnya merupakan nyawa tulisan itu sendiri sehingga secara langsung mengasah otak dan menajamkan intuisi untuk menulis. Ketajaman intuisi diyakini dapat menjadi energi setiap orang untuk menulis. Intuisi merupakan sebuah kemampuan untuk memahami hal-hal yang ditemui dalam kehidupan, dalam hal ini kegiatan menulis. Kemampuan ini sangat penting bagi seorang penulis sebagai pemicu dan pemacu semangat menulis.
Semangat menulis menjadikan seorang penulis sebagai penulis yang produktif. Karena semangat yang dimiliki, maka seseorang dapat menulis dan menghasilkan karya tulis dalam jumlah yang besar salam waktu singkat. Kondisi ini menggambarkan bahwa penulis tersebut sangat produktif dalam kerja tulisnya. Seseorang dapat produktif jika mempunyai kemampuan istimewa atau di atas rata-rata. Kondisi ini hanya dapat dimiliki oleh seseorang yang sudah terbiasa melakukan kegiatan tulis dan setisp saat melakukan kegiatan menulis.
Kegiatan menulis ulang karya tulis seseorang bukanlah upaya plagiat atau mengekor, tetapi upaya untuk membiasakan diri menulis dengan tingkat konsentrasi tinggi. Kita memang harus memiskan diri untuk menulis sehingga tumbuh dan berkembang kebiasaan menulis.
e. Menulis di buku harian
Langkah ini identik dengan menulis setiap saat ataupun menulis ide pokok di kertas ide atau kartu ide yang selalu tersedia di dalam kantung baju. Tetapi, untuk membiasakan kegiatan menulis di buku harian mengharuskan untuk menyediakan buku khusus untuk catatan harian ini, yaitu buku harian.
Kita harus intens menulis segala yang yang telah, sedang, dan akan kita lakukan dalam hidup. Kita rekam tulis semua kejadian yang telah kita alami. Hal ini untuk catatan penting segala hal yang sudah kita lewati. Hal yang sedang kita alami pun harus kita catat sehingga kita dapat dengan segera mengetahui hal-hal yang telah tercapai ataupun yang belum, dan merencanakan hal-hal yang akan dilakukan pada masa yang akan datang.
Buku harian adalah buku yang setiap hari kita isi tulisan. Kita secara berkesinambungan mengisi buku harian sehingga menjadi sebuah kebiasaan. Mungkin, mereka yang mengisi buku harian bukanlah seorang penulis, tetapi kegiatan yang mereka lakukan setiap saat merupakan pondasi dari seorang penulis. Artinya, seseorang yang aktif atau terbiasa menulis buku harian adalah seorang penulis. Dengan demikian, maka sejatinya menulis buku harian merupakan upaya untuk membiasakan diri menulis. Para penulis buku harian adalah para penulis produktif. Setiap hari, bahkan setiap saat mereka menulis dan menghasilkan tulisan.
Seorang penulis memang harus menulis. Waktu-waktu yang dimilikinya adalah kegiatan menulis. Setiap waktu yang dimiliki adalah untuk menulis. Setidaknya, seorang penulis tidak jauh dari kegiatan menulis. Untuk menciptakan kondisi tersebut, maka seorang penulis membiasakan diri dalam kegiatan menulis. Kebiasaan menulis ini tercipta sebab penulis mendisiplinkan dalam kegiatan menulis. Sekali lagi pepatah lama sangat penting kita jadikan pedoman, yaitu ala bisa karena biasa! Siapa terbiasa melakukan sesuatu, maka dia pasti bisa!
Gembongan, 24 Agustus 2023
Mohammad Saroni
Penulis buku: #malamheningmalambening
Tidak ada komentar:
Posting Komentar