Senin, 07 Agustus 2023

MARI MENGELOLA IDE/GAGASAN

Ide/gagasan merupakan aspek penting dalam proses menulis. Ide/gagasan ini merupakan sumber atau bahan yang akan ditulis. Setiap penulis melakukan kegiatan menulis berdasar pada ide atau gagasan ini. Bahkan, tidak sedikit penulis yang menjadikan ide/gagasan sebagsi kambing hitam ketika mengalami kesulitan saat menulis, misal saat mengalami writer's block ataupun saat tidak bersemangat menulis. Mengapa tidak menulis? Tidak ada ide/gagasan! Begitulah salah satu tanya jawab yang mengkambing hitamkan ide/gagasan.

Terkait dengan kondisi tersebut, maka ada pertanyaan yang harus kita jawab, yaitu apakah ide itu harus dicari atau ditunggu kedatangannya? 

Ise/gagasan dalam kegiatan menulis adalah segala hsl yang berada di sekitar kita, bahkan dalam diri kita yang melintas ataupun berkecamuk dalam otak kita. Ide/gagasan yang berkecamuk dalam otak pada umumnya merupakan respon terhadap situasi dan kondisi yang terjadi di sekitar kita. Kondisi tersebut terekam otak kita dan tersimpan dalam memori yang setelah mengalami pengendapan memberontak untuk diungkapkan sebagai bentuk respon terhadap kehidupan. Ini merupakan kesadaran diri untuk  merespon dan memberikan  upaya untuk memberikan pemahaman terhadap orang-orang. Kita berusaha menunjukkan kepada orang lain tentang tanggapan atau respon terhadap situasi dan kondisi. Ide/gagasan ini sebenarnya sudah mengeram dalam otak sehingga siap untuk dituliskan, tetapi tergantung pada niat dan semangat menulis.

Sementara itu, ide yang melintas di labirin otak secara temporer merupakan ide/gagasan yang berseliweran di sekitar kita dan tertangkap atau terjebak di ruang labirin otak serta kita ingin menuliskannya atau mewujudkannya. Ide/gagasan jenis inilah yang sering menjadi kambing hitam kebuntuan dalam kegiatan menulis, bahkan keengganan melakukan kegiatan menulis. Banyak penulis ataupun bakal calon penulis yang menyampaikan alasan tidak menulis karena tidak mempunyai ide yang dituliskan. Pikirannya zonk ataupun blank sehingga tidak ada yang dapat dituliskan. 

Apakah ide/gagasan harus dicari atau ditunggu kedatangannya?

Ayo kita menulis!
Sebentar, menunggu ide/gagasan datang!
Emang kemana ide/gagasannya?
Sedang keluar kota!
Menunggu sampai kapan,?
Sampai ide/gagasan datang!
Kspan datangnya?
Tidak tahu!

Ini merupakan percakapan tanya jawab untuk memulai proses menulis. Seseorang mengatakan bahwa dia menunggu kedatangan ide/gagasan untuk menulis. Dalam konteks ini, ide/gagasan itu seperti tukang bakso atau tukang pangsit yang mendorong gerobak dagangnya menuju ke kita. Lantas, kita menghentikannya untuk menikmati dagangan tersebut. Menulis itu adalah kenikmatan untuk nengungkapkan ide/gagasan yang berupa pulse-pulse respon diri terhadap sekilas kejadian dalam kehidupan. 

Ide/gagasan ini melintas setiap saat di pikiran kita. Lintasan-lintasan ini terkadang begitu cepat pergerakkannya, tetapi ada yang lambat dan berkali-kali melintas. Dan, jenis ide/gagasan yang direspon adalah yang melintas lambat dan berkali-kali melintas. Ide/gagasan ini seperti burung merpati yang bersikap jinak kepada kita tetapi tidak mudah untuk menangkapnya. Tidak mudah menangkap merpati yang berkeliaran di sekitar kita. Begitulah gambaran yang dapat kita ilustrasikan pada kegiatan menulis. 

Seringkali kita merasa siap menulis sesuatu berdasarkan ide/gagasan yang tertangkap oleh otak kita, tetapi pada saat hendak menulis, ternyata ide/gagasan tersebut lepas. Akhirnya, kita hanya duduk tepekur di depan laptop atau layar HP. 

Sejatinya, kita tidak perlu menunggu ataupun mengejar ide/gagasan untuk dituliskan. Seperti penjelasan di depan, ide/gagasan itu berseliweran di sekitar kita dan kita tinggal menangkap serta mengikatnya dalam bentuk tulisan. Ide/gagasan akan datang ke kita dan harus segera diikat dalam bentuk tulisan. Kita ambil satu ide dan mengikatnya dalam tulisan. Dengan cara ini, maka kita dapat melakukan kegiatan menulis lebih efektif.  

Apa yang harus dilakukan pada saat ide/gagasan sudah ada?

Ide/gagasan itu sejatinya sudah ada di dalam pikiran kita. Tetapi, seringkali kita memanjakan diri sehingga ide/gagasan tersebut bermalas-malasan/ tidur nyenyak. Oleh karena itu, kita harus segera membangunkannya agar dapat dituliskan. Kita harus melecut ide/gagasan tersebut sehingga bangun dan berkembang menjadi kalimat, paragraf, dan tulisan seutuhnya. 

Jika ide/gagasan sudah muncul dslam pikiran, apa yang harus kita lakukan? Untuk hal ini, kita dapat melakukan beberapa langkah, yaitu:

a. Mengikatnya dalam catatan kecil

Ide hadir sewaktu-waktu. Kita tidak pernah tahu kapan waktunya. Dan, kehadirannya seringkali hanya selintasan sehingga seringkali pula lepas dari eksekusi kita. Akibatnya, ide tersebut menguap tanpa sempat kita ikat dalam bentuk tulisan. Hal tersebut terjadi karena kita hanya mengandalkan daya ingat kita, yang kita sudah tahu sangat terbatas. Daya ikat memori kita sangat terbatas sehingga dalam kurun waktu tertentu dapat hilang, terlupakan. Akibatnya, kita kehilangan bahan tulisan. Oleh karena itu, agar ide yang muncul tidak lepas, terlupa.

Untuk menghindari terlepasnya ide akibat kemampuan memori yang lemah, maka kita dapat mengatasinya dengan selalu membawa potongan-potongan kertas dan menyimpannya di saku dan alat tulis. Setiap kali kita mendapatkan ide, maka segera kita tuliskan di lembaran kecil kertas tersebut. Walau mungkin tidak dapat menulis secara lengkap, setidaknya kita sudah mengikat ide dasarnya. Ide dasar inilah yang selanjutnya kita kembangkan menjadi tulisan lebih lamjut. Kita harus meyakini bahwa satu kata ysng kita tuliskan akan memancing kata-kata yang.lsin untuk dituliskan sehingga menjadi sebuah tulisan yang lengkap. 

b. Mengikat dalam outline

Outline dapat dijelaskan sebagai bentuk kerangka tulisan yang mengikat ide dalam pikiran-pikiran pokok dan penjelas. Pikiran pokok dan penjelas inilah yang menjadi acuan menuliskan ide. Outline merupakan bagian penting sebab akan menjadi kerangka dari bangunan tulisan yang akan ditulis oleh penulis. 

Ide yang sudah kita ikat di potongan kertas kita kembangkan sesuai dengan aspek-aspek terkait ide tersebut. Dengan demikian, maka alur tulisan sudah nampak arahnya. Hal ini juga diharapkan dapat menjadi koridor penulisan sehingga tidak terjadi pembengkakan dan kebablasan dalam menulis. Efektivitas kerja menulis lebih dapat dicapai sehingga tulisan benar-benar bernas dan tidak bertele-tele.

Penulis harus dapat mrnyudun outline untuk setiap ide yang dimilikinya. Penyusunan outline merupakan aspek penting dalam mengelola ide dan keterampilan menulis.

c. Segera menuliskan pengembangannya

Selanjutnya, setelah ide diikat dalsm sebuah outline, maka penulis harus mengembangkan ide menjadi tulisan yang diinginkannya. Ini merupakan langkah eksekusi terhadap ide. Walaupun, sesungguhnya setelah diikat dalam outline, kemukiman lupa dapat dikurangi ataupun dihindari, tetapi kadang ada tulisan yang terkait dengan waktu. Ada masa kadaluwarsa untuk ide yang ditulis.  Untuk jenis-jenis ide seperti ini, maka kecepatan menuliskan ide sangat berarti bagi tulisan tersebut. 

Dan, yang sering terjadi pada.kita adalah semangat menulis yang labil. Kadang kita sangat bersemangat menulis, tetapi tidak jarang kita begitu malas untuk menulis. Tujuan kita segera menuliskan setiap kali ada ide adalah untuk mengantisipasi kondisi tersebut. Seringkali kita terjebak pada situasi seperti ini sehingga ide tulisan, bahkan sebuah tulisan terbengkalai karena kita diserang virus kemalasan. Kita kehilangan aemangat untuk melanjutkan proses menulis, tetapi bukan semata karena writer's block. Kita tidak mengalami kebuntuan untuk mengalirkan kata- kata, tetapi kita merasa malas untuk menulis. 

Oleh karena itu, kita harus segera mengeksekusi ide tulisan dengan mengembangkan ide dalam berbagai aspeknya. Dengan demikian, maka ide dapat dikelola secara holistik.

Begitulah kira-kira yang dapat kita lakukan untuk mengelola ide/gagasan yang sudah kita miliki sehingga dapat diwujudkan dalam brntuk tulisan. Sekiranya kita dapat melakukan hal tersebut, maka produktivitas menulis kita dapat didongkrak naik. Banyak tulisan yang kita hasilkan dalam waktu yang singkat dan tentunya jika dinilai dari aspek finansial, daat menambah penghasilan.

Selamat mengelola ide/gagasan sehingga keterampilan menulis dapat meningkat dan meningkatkan produktivitas menulis.

Salam literasi!!


Gembongan, 11 Agustus 2023
Mohammad Saroni
Penulis buku #personalbrandingguru

Tidak ada komentar: