Mohammad Saroni
Menatap langit
membaca nasib diri
di antara hamparan atmosfir
di balik gumpalan awan
Sebutir demi sebutir embun
jatuh bersama terbukanya hari
kita terjaga dari mimpi
kembali pada nyata yang sepi
Kita ini adalah penghuni bumi
yang dikasihi penghuni langit
diberi makan oleh bumi
diberi minum oleh langit
Menatap langit
membaca kondisi diri
becermin pada hamparan mega
yang memantulkan siapa kita sesungguhnya
Bumi dan langit adalah sepasang kekasih
yang terus berusaha untuk selalu ada
yang terus berusaha saling memberi
tanpa berharap mendapatkan balasan
Menatap langit
menatap diri sendiri
di bawah terik sinar matahari
bertahan demi sebuah kesetiaan
Gembongan, 25 April 2025
SEORANG ANAK YANG KEHILANGAN
Mohammad Saroni
Seorang anak telah kehilangan
saat matahari mulai beranjak ke peraduan
burung-burung berbondong pulang sarang
dan, orang-orang berwajah masai melangkah pulang
Tidak ada tangis dari bibirnya
tetapi sudut matanya telah basah
kedua pipinya telah menjadi muara
tanpa suara tanpa kata terdengar
Seorang anak yang masih ingusan
belum memahami hidup sesungguhnya
senja itu telah kehilangan matahari
kehilangan penerang yang selama ini mendampinginya
Tidak ada tangis yang terdengar
tetapi di dalam hati hingar bingar
bertarung antara ketidakrelaan dan kerelaan
antara egoisme diri dan keluasaan takdir
Tetapi, dia menelan semua tangisnya
bukankah dia kembali kepada sang kekasih
kekasih yang selama ini menjaganya siang malam
dan, air mata hanya akan menghambat perjalanannya
Gembongan, 26 April 2025
TENTANG HIDUP
Mohammad Saroni
Seperti sebuah perjalanan panjang
banyak stasiun atau terminal menunggu
sebelum kita benar-benar sampai di titik tujuan
ada penumpang naik, ada juga yang turun
Tidak ada kata berhenti pasti
sebab berhenti tidaknya, tergantung pada
Tidak ada komentar:
Posting Komentar