Selasa, 10 Desember 2024

DI BAWAH LANGIT, DI ATAS BUMI

MENATAP LANGIT
Mohammad Saroni

Menatap langit
membaca nasib diri
di antara hamparan atmosfir
di balik gumpalan awan

Sebutir demi sebutir embun
jatuh bersama terbukanya hari
kita terjaga dari mimpi
kembali pada nyata yang sepi

Kita ini adalah penghuni bumi
yang dikasihi penghuni langit
diberi makan oleh bumi
diberi minum oleh langit

Menatap langit
membaca kondisi diri
becermin pada hamparan mega
yang memantulkan siapa kita sesungguhnya

Bumi dan langit adalah sepasang kekasih
yang terus berusaha untuk selalu ada
yang terus berusaha saling memberi
tanpa berharap mendapatkan balasan

Menatap langit
menatap diri sendiri
di bawah terik sinar matahari
bertahan demi sebuah kesetiaan


Gembongan, 25 April 2025


SEORANG ANAK YANG KEHILANGAN
Mohammad Saroni

Seorang anak telah kehilangan
saat matahari mulai beranjak ke peraduan
burung-burung berbondong pulang sarang
dan, orang-orang berwajah masai melangkah pulang

Tidak ada tangis dari bibirnya
tetapi sudut matanya telah basah
kedua pipinya telah menjadi muara
tanpa suara tanpa kata terdengar

Seorang anak yang masih ingusan
belum memahami hidup sesungguhnya
senja itu telah kehilangan matahari
kehilangan penerang yang selama ini mendampinginya

Tidak ada tangis yang terdengar
tetapi di dalam hati hingar bingar
bertarung antara ketidakrelaan dan kerelaan
antara egoisme diri dan keluasaan takdir

Tetapi, dia menelan semua tangisnya
bukankah dia kembali kepada sang kekasih
kekasih yang selama ini menjaganya siang malam
dan, air mata hanya akan menghambat perjalanannya


Gembongan, 26 April 2025


TENTANG HIDUP
Mohammad Saroni

Seperti sebuah perjalanan panjang
banyak stasiun atau terminal menunggu
sebelum kita benar-benar sampai di titik tujuan
ada penumpang naik, ada juga yang turun

Tidak ada kata berhenti pasti
sebab berhenti tidaknya, tergantung pada 

Tidak ada komentar: