Kebutuhan rekom
Setiap orang membutuhkan rekom agar tidak mengalami kesalahan dalam mengambil keputusan. Misalnya dalam hal kuliner, setiap orang tidak ingin terjebak pada tempat yang kurang memberikan kepuasan rasa. Jika hal itu terjafi, maka kita akan mengalami kekecewaan. Awalnya, sudah membayangkan masakan yang menggugah selera dan mampu memberikan kenikmatan lidan, ternyata yang didapatkan kuliner yang jauh dari menggugah selera.
Tidak hanya kuliner, banyak aspek dalam kehidupan kita yang membutuhkan rekom agar tidak mengalami kesalahan. Kita coba perhatikan saat menentukan pilihan pasangan hidup. Hal.inipun tidak lepas dari adanya rekom terkait pilihan tersebut. Kita tidak dapat langsung menjatuhkan pilihan pada seseorang sebagai pasangan hidup. Kita akan mencari informasi dan rekom dari beberapa orang terkait pilihan tersebut.
Pada kebutuhan yang lebih besar lagi adalah perekrutan tenaga, baik di perusahaan ataupun panitia-panitia tertentu. Rekom juga menjadi pertimbangan yang sangat besar dalam menentukan dan menyetujui personil yang dipilih atau diluluskan tes. Keputusan untuk menyetujui seseorang untuk menduduki satu posisi sangat tergantung pada rekom yang masuk ke panitia penyelenggara perekrutan.
Rekom dan pemosisian
Pemosisian seseorang dalam kedudukan pada sebuah kepanitiaan ditentukan oleh persetujuan yang diberikan oleh ketua panitia. Walaupun seseorang mempunyai kompetensi yang bagus, tetapi tidak disetujui oleh ketua, maka tidak akan pernah jadi. Tetapi sebaliknya, seseorang walaupun tidak mempunyai kompetensi, tetapi disetujui oleh ketua, maka pasti jadi. Semua itu karena peranan rekom dalam pengkondisiannya.
Rekom dapat muncul dari tingkatan bawah hingga ke tingkatan atas. Setiap tingkatan mempunyai kekuatan rekom yang berbeda. Kekuatan rekomnya berjenjang dari bawah ke atas, artinya semakin ke atas, semakin kuat rekomnya. Sudah tentu dalam hal ini, rekom yang bawah akan dikalahkan oleh rekom yang di atasnya dan begitu seterusnya. Kalau kita direkom oleh tingkatan bawah, maka fikalshkan oleh rekom di atasnya.
Apa guna pengumuman rekrutmen
Adalah aspek pengumuman yang membuat masyarakat beranggapan bahwa proses berlangsung secara jujur. Kejujuran tetap menjadi mata uang yang berlaku dan diberlakukan pada setiap aspek kehidupan. Dan, ketidakjujuran merupakan aib yang harus diberantas dari kehidupan. Oleh karena itu, ketika pengumuman perekrutan panitia disampaikan kepada masyarakat, maka respon masyarakat cikup bagus. Bagi mereka, ini adalah ajang persaingan terbuka yang dilandasi oleh kejujuran semua pihak, terutama penyelenggara kegiatan perekrutan.
Proses perekrutan dilakukan oleh panitia yang lebih tinggi untuk panitia yang lebih rendah. Oleh karena itu, proses pengumuman disampaikan kepada masyarakat untuk diketahui dan ikut aktif sebagai bagian panitia pelaksana. Dengan pengumuman yang disampaikan panitia ke masyarakat, maka respon dan kesan positif diharapkan muncul sebagai pengakuan atas keterbukaan dan kejujuran panitia.
Permasalahan yang timbul dan menjadi pemikiran adalah benarkah langkah ini merupakan upaya penerapan kejujuran panitia atau sekedar upaya untuk membentuk image positif di masyarakat? Ataukah sekedar pembodohan kepada masyarakat?
Kita memang sudah berusaha untuk menciptakan iklim kegiatan yang didasari keterbukaan dan kejujuran, tetapi tidak ada yang abadi dalam hidup ini. Upaya untuk menciptakan iklim kegiatan yang didasari keterbukaan dan kejujuran merupakan upaya untuk menciptajan iklim positif.
Alih-alih menciptakan iklim kegiatan berbasis keterbukaan dan kejujuran, justru hal tersebut dimanfaatkan sebagai ajang KONCOISME, BOLOISME dengan merekomkan mereka kepada panitia. Dan, panitia tidak dapat berkutik sebab mereka juga menduduki posisi panitia karena dikondisikan. Mereka harus membalas jasa kepada yang telah mendudukan mereka. Jasa dibalas jasa. Didudukan dibalas mendudukan. Lantas, apa gunanya pengumuman perekrutan kepada masyarakat?
Nuansa KKN lahir lagi
Nuansa KKN memang berangsur bangkit lagi. Era kebangkitan ini, salah satunya ditandai dengan menjamurnya rekomendasi dalam banyak aspek. Pada setiap kegiatan besar, misalnya pemilu, sosok-sosok yang menduduki posisi kepanitiaan, ditengarai adalah mereka yang direkomendasikan oleh seseorang atau kelompok, partai. Mereka memposisikan seseorang, entah karena KONCO atau BOLO atau telah memberikan jasa kepadanya.
Praktek KKN ini merupakan indikasi dari kebangkitan era lama yang ditumbangkan oleh era reformasi. Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme sudah sangat dipahami oleh masyarakat. Sudah cukup lama pengalaman praktik terjadi di republik ini. Pengalaman itu sangat menyakitkan hati dan pada saat itu harus diberangus dengan turun ke jalan sehingga penguasa saat itu dipaksa untuk turun sebab telah menjadi titik sumber praktik KKN tersebut.
Oleh karena itu, jika praktik tersebut lahir kembali dan menjadi mental serta karakter para pemimpin ataupun yang merasa pemimpin, apa jadinya negeri ini?
Semua memang sudah diatur oleh Tuhan, tetapi jika manudia ikut-ikutan mengatur, apakah semua telah menjadi Tuhan?
Demikianlah tanggapan yang dapat mrnulis berikan terhadap situasi yang berkembang dari proses pemosisian panitia penyelenggara pemilu di wilayah penulis. Semoga dapat menjadi semacam instrospeksi sehingga di kesempatan mendatang tidak terulang lagi. Kita sudah mengawali kegiatan dengan keterbukaan, maka selanjutnya harus dilaksanskan dengan kejujuran pula. KKN merupakan induk semang ketidakjujuran, maka seharusnya tidak fiterapkan di dalam proses kegiatan.
Gembongan, 28 Januari 2023
Mohammad Saroni
Gembongan, Gedeg, Mojokerto 61351 Jawa Timur
CP. 085784990514
Penulis buku Orang Miskin Harus Sekolah