Setiap kegiatan yang kita lakukan sebenarnya merupakan proses pengaliran atau pemindahan energi. Hal ini karena pada setiap kegiatan pasti terkait dengan energi. Baik itu menyerap energi ataupun memancarkan energi. Misalnya, pada saat kita bersepeda kita memancarkan energi untuk memutar pedal agar sepeda dapat melaju. Pada saat yang sama, kita menghirup oksigen untuk menghasilkan energi dari dalam diri kita.
Dalam dunia literasi, transfer energi juga sering terjadi. Kontinuitas kegiatan literasi adalah karena adanya energi yang terus meletup-letup. Energi ini terus bergejolak di setiap pegiat literasi. Dengan berapi-api, para pegiat mencoba untuk mentransfer energi dirinya ke orang-orang di sekitarnya. Tujuannya adalah agar orang-orang teracuni semangat literasi. Sebuah komunitas literasi dapat bertahan dan berkembang karena adanya saling transfer antar dan antara.pegiatnya.
Pentingnya Energi Literasi
Kegiatan literasi adalah kegiatan abadi. Sepanjang hayat dikandung badan, kegiatan literasi tidak akan hengkang dari kehidupan seseorang, kita. Sejak kita masih kecil, bahkan di dalam kandungan, kegiatan literasi sudah diperkenalkan kepada kita. Dan, proses tersebut berlangsung sepanjang hidup kita.
Proses yang terus berkelanjutan ini pada akhirnya menuntut untuk menyediakan energi yang sangat besar. Jika tidak, maka kita akan patah di tengah perjalanan proses literasi. Kita akan kehabisan energi sebelum kita sampai pada titik puncak literasi yang kita harapkan. Kegiatan literasi itu ibarat lari marathon, panjang dan lama sehingga harus berbekal energi yang cukup sehingga dapat sampai pada garis finish. Jika kita kehabisan energi di tengah proses, maka kita dapat terkapar.
Pada saat kita menekuni proses terkait literasi, terutama menulis, kita membutuhkan energi yang sangat besar. Hal ini karena kegiatan literasi tidak hanya butuh energi fisik tetapi juga energi psikis. Dua energi secara langsung diterapkan pada saat bergiat literasi. Kondisi inilah yang menyebabkan cepatnya kedatangan kelelahan. Oleh karena itu perlu adanya transfer energi dari orang lain.
Bahwa energi yang kita miliki sesungguhnya berasal dari orang lain dan dari dalam diri sendiri. Kita dapat memperoleh energi yang memendar dari orang lain sehingga mematik energi yang ada di dalam diri kita. Energi yang memendar itu kita hisap dan bersatu dengan energi yang ada dalam diri kita. Perpaduan tersebut menggelorakan semangat diri sehingga berkobar-kobar lagi.
Dalam kegiatan literasi, energi yang.kita dapatkan dari orang lain dapat berupa karya-karya mereka atau gesekan karena bersama dalam satu aktivitas. Pada saat kita kehilangan energi, maka kita dapat mengisinya dengan membaca buku-buku. Energi yang tersimpan dalam kata-kata isi buku akan mengisi pundi-pundi semangat kita. Begitu juga saat kita bersama dengan orang lain dalam aktivitas tertentu. Kebersamaan tersebut akan menggesek semangat masing-masing sehingga berkobar.
Saat membaca buku, energi yang dituliskan sang penulis memasuki otak kita dan menstimulus syaraf sehingga mengikuti inti dari buku. Kita mengikuti setiap hipnotis kata dari sang penulis. Hal ini membangkitkan semangat kita untuk menulis kata-kata yang menghipnotis orang lain lagi. Kita sarikan rangkaian kata sang penulis dan menuliskannya lagi sebagai hasil pencerahan kita. Dengan demikian, maka energi terus bergelora untuk menghasilkan karya-karya selanjutnya.
Saat kita bergiat dalam satu aktivitas dengan orang lain, maka semangat mengikuti kegiatan merupakan sumber energi kita. Kita mencuri energi mereka dan mencampurkannya dengan energi dalam diri kita. Misalnya kita menjadi narasumber dalam sebuah acara bersama, maka energi peserta yang meluap-luap merupakan pendorong energi dalam diri kita. Energi dalam diri kita bangkit dan ikut bergelora pada saat mendapat semangat peserta yang bergelora. Berbeda jika peserta kegiatannya tidak bersemangat, narasumber pasti kehilangan semangat. Oleh karena itu, pada kegiatan-kegiatan seperti ini selalu diterapkan ice breaker saat ditengarai peserta kehilangan semangat.
Kehidupan kita tidak memberikan keluasan bagi kita untuk sendiri. Kita harus berinteraksi dengan orang lain agar kehidupan kita tidak mengalami hambatan. Dan, kita harus meyakini bahwa interaksi personal tersebut merupakan cara kita mengelola energi. Artinya, dengan interaksi tersebut kita saling mengisi energi. Setiap orang mencoba untuk memberikan energi kepada orang lain agar interaksinya lancar. Begitu juga dalam kegiatan literasi, kita saling memberi energi sehingga tidak ada yang kehabisan energi, apalagi kehilangan energi. Energi akan tetap terjaga untuk berkarya.
Begitulah menurut saya, bagaimana menurut Anda. Tulislah respon Anda di kolom komentar.
Gembongan, 23 Agustus 2022
Tidak ada komentar:
Posting Komentar