Minggu, 11 September 2022

HIDUP SEBAGAI PENULIS

Benarkah kegiatan penulis dapat menghidupi kita? Apakah penghasilan yang kita dapatkan dari kegiatan menulis dapat menutup kebutuhan hidup kita? Kegiatan menulis itu kegiatan absurd. Memang kita dapat menulis sebanyak-banyaknya, tetapi kepada siapa karya tulisan tersebut kita jual agar kita mendapatkan penghasilan. Tidak semua penulis dapat memperoleh penghasilan dari kegiatannya. Tetapi hal tersebut bukan masalah utama. 
Keputusan untuk mengambil profesi sebagai penulis memang sangat berani. Orang-orang pemberani tidak takut pada kondisi yang bakal dialami setelah menjadi penulis. Hidup memang pilihan yang sebenarnya bukan pilihan kita. Ada skenario besar yang mengatur pilihan tersebut. Buktinya, walaupun kita sudah memilih ternyata tidak jarang yang kita dapatkan tidak seperti pilihan kita. Oleh karena itu, jika kita memilih menjadi penulis dan ternyata benar-benar menjadi penulis, berarti itulah sesungguhnya pilihan kita. Keputusan alam berkelindan dengan pilihan kita. Maka, bersyukurlah para penulis yang memang telah memilih menjadi penulis.

Profesi itu bukan pilihan

Kita harus mengakui bahwa sesungguhnya selalu ada tempat khusus untuk kita. Tempat khusus tersebut merupakan tempat kita menyimpan hal-hal yang bersifat pribadi dan tidak boleh semua orang mengetahuinya. Itu adalah benak atau pikiran kita.

Setiap saat kita selalu berpikir. Hal ini karena setiap saat selalu ada hal-hal yang masuk ke dalam pikiran kita. Hal-hal tersebut tersimpan dalam memori rapat-rapat. Tidak semua orang kita beritahu hal-hal tersebut. Bahkan,mungkin hanya satu atau dua orang yang kita beritahu. Itu menjadi rahasia kita. 

Tetapi, bagaimanapun, kebocoran pasti terjadi pada segala hal yang kita simpan. Rahasia tersebut terurai karena orang lain ataupun diri kita sendiri. Kita bukanlah penyimpan rahasia yang hebat. Selalu saja ada kebocoran sehingga orang lain mengetahuinya. Oleh karena itu, kitq perlu menyiasati dengan membuka sendiri melalui tulisan. 

Kegiatan menulis bukanlah pilihan profesi kebanyakan orang. Mereka sangat menyadari bahwa profesi sebagai penulis tidak menjanjikan apa-apa. Tetapi, tekad dan niat jiwa menjadi energi besar untuk menjalani kehidupan sebagai penulis. Mereka berkeyakinan bahwa profesi penulis dapat memberikan masa depan yang menjanjikan, baik. Karena bukan pilihan, maka tidak sedikit yang memposisikan profesi penulis sebagai pilihan kedua. Mereka tetap mempunyai profesi utama.yang menopang kehidupan.

Menulis itu membebaskan
Pada saat kita menulis, kita mengalirkan energi dari dalam ke luar. Energi dalam diri mengalir ke dalam otak dan menuju jemari. Otak memberi perintah pada jemari untuk menuliskan, mengetik segala hal yang ada di dalam otak, pikiran. 

Kita harus mengakui bahwa segala yang tersimpan dalam otak, pikiran adalah beban. Beban ini menyebabkan kita tidak nyaman, gelisah dan mengurangi produktivitas pikir, gerak, dan karya kita. Oleh karena itu, banyak orang yang kesulitan melakukan kegiatan hidup jika pikirannya banyak beban. Beban harus dilepaskan, caranya adalah menuangkan dalam tulisan.

Kita tidak memilih profesi sebagai penulis, tetapi jalan hidup memang mengarahkan kita ke sana. Jika kita tanyakan pada anak-anak tentang cita-citanya ke depan, maka tidak akan kita dengar jawaban menjadi penulis. Profesi penulis bukanlah pilihan kita, tetapi alam yang telah memilih kita. Dan, kita adalah para pelakunya.

Penulis itu ya menulis, ya memikir

Penulis itu pekerjaannya ya menulis. Dia menuliskan segala hal yang direkam memori otaknya dari kehidupan. Setiap peristiwa atau informasi yang didapat dari kehidupan, direkamnya dalam memori otak. Rekaman informasi ini mengendap dalam pikiran. Endapan ini dicairkan dalam bentuk tulisan.

Tulisan yang baik adalah merupakan endapan pengalaman hidup yang tersusun apik dalam memori otak. Pengalaman hidup yang dimiliki seseorang adalah sumber tulisan yang terbaik. Tentunya dalam hal ini, penulis adalah koki dari masakan pengalaman yang ada. Jika kokinya mahir mengolah masakan, maka masakan terasa enak. Jika tidak, maka cerita itu mengalami kegagalan.

Untuk dapat menjadi penulis, dibutuhkan waktu yang relatif panjang. Proses kelahiran seorang penulis berbenturan dengan waktu. Perbenturan itu tidak hanya menghancurkan, tetapi juga mengasah kemampuan sang penulis. Semakin mampu bertahan terhadap benturan benturan kehidupan, maka semakin bagus pengalamannya dan penuangan ceritanya semakin piawai.

Seorang penulis itu sekaligus seorang pemikir, selain menulis, dia juga memikir. Isi tulisan yang dihasilkan adalah hasil dari pemikirannya. Hal ini sering dan umumnya terjadi dan dilakukan oleh penulis. Dengan demikian, tulisannya adalah tanggapannya terhadap setiap kejadian di sekeliling hidupnya. Penulis merespon setiap informasi dan menyimpannya dalam memori otaknya. Selama proses penyimpanan tersebut, otak mengendapkan sehingga didapatkan inti sari dari informasi. Intisari informasi itulah yang kemudian dituliskan oleh penulis.

Penulis itu pemikir karena pada saat proses menulis dilakukan, pada saat itulah pikirannya bekerja. Dia mencoba untuk menuangkan gagasannya yang berada dalam endapan informasi dalam memori otaknya. Kata-kata dipilih, dirangkai menjadi kalimat. Kalimat yang dirangkai haruslah dapat dipahami semua orang. Pada saat itulah, penulis berpikir untuk memilah dan memilih kata-kata yang pas dan sesuai dengan kalimat yang akan dirangkaikan ya.


Tidak ada komentar: