Pada sisi yang lain, menulis keroyokan sudah diberikan tema. Tema ini menjadi koridor kita dalam menulis. Dengan adanya tema, maka pikiran kita sudah dapat membentuk gambaran tulisan yang kita buat. Tema akan menuntun kita pada ide atau gagasan tulisan. Tentunya hal ini sangat menguntungkan sebab kita tidak perlu mencari tema tulisan.
Kenapa semangat menulis keroyokan, antologi lebih besar dibandingkan menulis tunggal? Kita perlu menemukan jawaban atas kondisi ini. Kita harus bersyukur dengan adanya kesadaran untuk menulis bersama-sama ini. Setidaknya hal ini dapat dijadikan sebagai parameter semangat menulis. Dan, kenyataan yang kita temukan adalah bahwa semangat menulis bersama-sama ini sangat menggembirakan. Para penulis dengan suka dan rela mengikuti kegiatan menulis bersama, walaupun harus menebus buku setelah buku terbit.
Jika kita memperhatikan kondisi yang ada ini, maka setidaknya kita dapat mengemukakan beberapa alasan mereka antusias menulis bersama. Alasan-alasan tersebut adalah:
1. Tidak bingung mencari tema
Kegiatan menulis bersama, antologi bersama adalah kegiatan yang dikoordinir oleh seseorang dan melibatkan banyak orang lain. Banyak dalam hal ini diartikan lebih dari 2 (dua) orang.
Koordinator kegiatan ini berkewajiban untuk mencari ide tulisan bersama. Ide itu dituangkan dalam bentuk tema tulisan. Tema tersebut diberikan kepada peserta kegiatan menulis bersama dengan keterangan yang berisi ketentuan-ketentuan yang harus diikuti peserta. Ketentuan-ketentuan ini bukanlah hal yang rumit sebab sangat standar. Bukan persyaratan yang berat untuk diikuti peserta.
Dengan tema yang sudah ada, maka penulis tinggal menentukan obyek tulisan yang terkait dengan tema. Selama ini yang sering menjadi alasan tidak menulis adalah tidak adanya ide atau tema yang akan ditulis. Maka, ketika ada yang menyodori ajakan menulis dengan tema yang sudah ada, maka pikiran langsung terkondisikan pada tema.
Penulis tidak perlu kebingungan untuk mencari dan menemukan tema yang akan ditulis. Inilah yang menyebabkan banyak orang yang mengikuti penulisan antologi bersama-sama.
2. Bangga sebuku dengan banyak penulis
Siapa yang tidak bangga ketika mengetahui bahwa dia menulis dan diterbitkan bersama penulis-penulis dari berbagai daerah. Kebersamaan ini melahirkan satu sikap purba kita yaitu kebanggaan diri. Ketika karya kita bersanding dengan orang lain, khususnya penulis-penulis terkenal, maka kebanggaan tersebut meningkatkan semangat menulis.
Rasa bangga yang tumbuh di dalam hati merupakan energi hidup yang melahirkan semangat. Hal ini sangat dibutuhkan oleh setiap orang agar dapat menjaga eksistensi dirinya dan sekaligus untuk mengembangkan diri. Rasa bangga ini akan menjadi innert motivation, yaitu tenaga pendorong yang berasal dari dalam sendiri. Innert motivation ini semacam tekad yang menggelora. Dengan tekad inilah akan terbentuk kemauan untuk melakukan sesuatu hingga berhasil.
Kesadaran bahwa ada orang-orang sukses yang tergabung dalam antologi menjadikan semangat menulis semakin besar. Orang-orang besar yang tergabung dalam antologi menjadi pendorong untuk mengikuti jejak mereka. Ini adalah semangat dari luar diri yang kita sebut sebagai externt motivation. Ada keinginan untuk berkarya sebagaimana orang-orang hebat tersebut. Siapa yang tidak bangga saat membaca buku yang di dalamnya ada karyanya dan orang-orang hebat. Sebuku dengan....
Kita harus mengakui bahwa gelombang semangat menulis dengan cara bersama-sama telah melahirkan banyak penulis baru. Orang-orang yang awalnya takut untuk menulis, tiba-tiba bersemangat menulis. Oleh karena itu, kita harus bersyukur kepada komunitas atau orang-orang hebat yang menyelenggarakan kegiatan menulis bersama. Merekalah para pegiat yang dengan penuh kesadaran menciptakan iklim yang membangkitkan untuk menghasilkan karya.
3. Biaya cetak/tebus buku yang murah
Karya yang kita hasilkan tidak cukup untuk kita simpan di rak buku atau dimana. Sungguh satu hal sangat hal yang sangat eman jika hal tersebut terjadi. Hasil kreasi yang merupakan serapan inti kehidup tersia-siakan begitu saja. Oleh karena itu, perlu diikat menjadi sebuah buku. Untuk itu, karya tulis harus dikirim ke penerbit agar dapat diterbitkan menjadi buku. Di sinilah permasalahannya.
Untuk mengirimkan naskah ke penerbit dan berharap diterbitkan ada 2 ,(dua) kemungkinan. Pertama, diterbitkan dan ditolak. Ini berlaku untuk penerbit mayor, dimana penulis akan mendapatkan bayaran berupa royalti, berkelanjutan atau beli putus. Tetapi hal tersebut tidaklah segampang membalik telapak tangan. Tidak semua penerbit mayor dapat menerima naskah dan menerbitkan. Banyak pertimbangan untuk hal tersebut.
Pilihannya adalah mengirimkan naskah buku ke penerbit indie. Tetapi, untuk menerbitkan buku di penerbit indie, penulis harus mengeluarkan sejumlah uang yang mungkin tidak sedikit. Setelah buku terbit, maka penulis harus menjual secara self publisher. Penulis harus menjual sendiri buku-bukunya. Jika jaringan penulisnya luas kemungkinan terjualnya buku semakin cepat. Tetapi, jika penulis tidak mempunyai jaringan, maka buku akan tertumpuk di ruang buku, mungkin perpustakaan keluarga. Ngendon tanpa ada orang lain yang membacanya.
Sementara itu, jika kita menulis secara keroyokan, bersama, maka biaya penerbitan ditanggung bersama. Semua penulis yang karyanya ikut dalam buku antologi ikut mengumpulkan dana untuk proses penerbitannya. Kalkulasinya, semakin banyak peserta ikut dalam buku antologi, maka semakin ringan biaya yang harus ditanggung. Walau kemudian kalkulasi tersebut meleset karena panitiapun harus diperhitungkan jerih payahnya. Tetapi hal tersebut bukan masalah, bahkan tidak menjadi masalah sebab kalkulasi tetap lebih murah daripada menerbitkan buku sendirian.
Itulah sesungguhnya yang terjadi pada saat kegiatan menulis bersama dan menerbitkan karya bersama. Orang-orang tetap dan terus tertarik, bahkan tertantang untuk mengikuti kegiatan menulis bersama walau sudah tahu harus menanggung dana penerbitan secara bersama.
Semoga semangat ini tetap terjaga sehingga iklim literasi bangsa ini tidak terpuruk, seperti isu yang dilontarkan dunia. Isu yang sesungguhnya fitnah jika dikatakan bahwa iklim literasi kita tidak literat. Bahkan dikatakan bahwa kesadaran baca, daya baca bangsa kita rendah. Sungguh itu fitnah yang keji. Mungkin yang benar, daya beli bacaan yang masih belum sesuai dengan harapan.
Semoga pula untuk teman-teman yang memposisikan diri sebagai penerbit indie tidak patah arang. Keberadaan kalian sungguh sangat penting untuk kelahiran karya yang besar. Kalian yakin bahwa dari sekian penulis yang mempercayakan tulisannya untuk diterbitkan adalah penulis hebat dan akan diperhatikan pada saatnya.
Gegap gempita kegiatan menulis bersama adalah indikasi lahirnya penulis-penulis hebat di negeri ini. Aamiin...
Gembongan, 10 September 2022
Tidak ada komentar:
Posting Komentar