Mohammad Saroni
Kota ini adalah lautan manusia
setiap meter jaraknya berdesakan
untuk bergerak sudah mulai susah
tubuh-tubuh tambur berjalan berdesakan
Di antara tubuh-tubuh tambur itu
seorang pemulung tua melangkah lunglai
tubuhnya kering tinggal tulang berbalut baju
harta satu-satunya yang setia menemani
Pemulung itu duduk istirahat di bawah pohon kersen
matanya nanar mengikuti gerak mobil lalu lalang
satu dua tiga empat mobil masih sempat dia hitung
selanjutnya mata dan bibirnya tidak lagi sinkron dengan hatinya
Tuhan, sebegitu sibuknya mereka bekerja
bergerak dan terus bergerak di jalanan
saling menyalip saling menguntit
mencari celah dan sempat untuk mendahului
Tetapi, mereka seakan buta mata
di sini aku duduk tepekur resah
tanpa uang untuk makan hari ini
hanya beberapa botol bekas menyertai
hasil memungut di tempat-tempat sampah
baru sejumlah uang di dapat, walau sekeping
Dukaku setiap hari, doaku tidak pernah lalai
sebab hanya dariMu semua baik dan buruk
dan, tidak kau tinggalkan kami dalam kesulitan sungguh
Gembongan, 11 Januari 2024
SEORANG ANAK DI DEPAN TOKO ROTI
Mohammad Saroni
Seorang anak berdiri resah di depan toko roti
matanya nanar menatap roti di dalam etalase
ada sebersit sinar memancar dari dua bola matanya
sinar yang penuh rasa ingin menikmati roti itu
Matahari bersinar garang di siang itu
jalan adpal di depan toko lahirkan fatamorgana
seperti rasa ingin yang menggelora dalam hati
tetapi apa hendak di kata, dinding kaca menghalangi
Sesekali anak itu memeluk perut tipisnya
bibirnya yang merah terlihat meringis
kelaparan sudah bersimaharaja di perutnya
tetapi dia harus dapat menahan lapar itu
sebab
sebab dia hanya dapat menikmati roti di balik kaca etalase
sesuatu yang absurd untuk anak sekecil dia
Anak kecil di depan toko roti
memandang roti dengan penuh harap
sambil menahan lapar yang menggelora
tidak seorang pun peduli padanya
Anak kecil itu tersenyum pahit
menyadari keinginan yang tidak mungkin tercapai
roti di dalam etalase toko adalah hiasan
tidak mungkin dapat dimiliki
maka anak kecil itu tersenyum dan pergi
Gembongan 11 Januari 2014
KONTRADIKSI
Mohammad Saroni
Negeriku subur makmur
gemah ripa loh jinawi
apapun yang ditanam akan tumbuh
sebab negeriku adalah selembar daun surga
Airnya melimpah dari gunung-gunung
menyuburkan kampung-kampung sepanjang pinggiran sungai
sawah-sawah menghijau dengan hamparan padi
berbagai tanaman tumbuh menghias punggung bumi
Seharusnya, rakyatku hidup berlimpah
hasil panen berlimpah setiap musimnya
udara segar menyegarkan paru-paru
hingga kehidupan menjadi nyaman
Tetapi, gambaran sungguh berbeda dengsn fakta
padi-padi menghijau tidak berarti panen melimpah
pupuk-pupuk yang menghilang dari koperasi
pupuk-pupuk yang meroket harga belinya
telah menjadi sabit pemangkas hasil panen
belum lagi hama yang setiap hari mengintai
Kemana perginya berkarung-karung pupuk
yang seharusnya disubsidikan kepada petani
agar petani tidak tercekik harga yang tinggi
dapat menikmati hasil panen yang melimpah
Negeriku adalah negeri kontradiksi
gambaran berbeda dengan kenyataan
untung saja wargamu tahan bantai
walau terpuruk tetap saja bergerak
sebab, hidup bukan untuk diratapi
sebab, hidup itu untuk dihadapi
Gembongan, 12 Januari 2024
NEGERI PARA PENIPU
Mohammad Saroni
Negeri tumbuh dan berkembang di tanah mimpi
langit tidak pernah tertutup mendung
air mengalir di selah- selah bebatuan
terasa hidup bak di taman surga
Dan, angin surga terus berbisik di telinga
kabarkan hidup yang bertabur bunga-bunga
udara mewangi bersama terbangnya kumbang-kumbang
Tetapi, itu adalah cerita pepohonan
menghisap sari makanan dari perut bumi
membawanya ke setiap.lembaran daun
maka matahari membakarnya dengan sayang
maka sari-sari makanan menjadi buah ataupun umbi
Kenyataannya, akar-akar banyak yang kering
daun-daun pepohonan terlihat keriting
bagaimana dapat memasak sari makanan
lalat- lalat menggerogoti daun-daun
dan, batang-batang pohon meranggas
Negeri ini tidak sedang baik-baik
banyak orang berhati kancil
bersikap baik hati tetapi sesungguhnya sangat licik
kata-katanya seperti angin surga
tetapi nyatanya semua hanya isapan jempol
seakan-akan kita disuguhi.gula- gula
padahal sesungguhnya kita menghisap jempol sendiri
Penipuan terjadi di mana-mana
penipuan dilakukan siapa saja
baik bertopeng ataupun bertelanjang wajah
mereka tidak pernah peduli
Gembongan, 14 Januari 2024
SEORANG LELAKI DI TAMAN KOTA
Mohammad Saroni
Seorang lelaki duduk sendiri di bangku taman
matanya jelalatan memandangi sekeliling
Sepasang burung gereja terbang berkejaran
hingga di ranting pohon tabebuya yang sedang berbunga
Lelaki itu hanya sekilas memperhatikan sepasang burung itu
tatapan matanya tertumbuk pada pedagang minuman
yang rombongnya berada di bawah pohon
dagangannya sudah sedikit, entah memang cukup laku
atau memang hanya sebanyak itu dagangannya
Pedagang itu seorang perempuan muda
rambutnya panjang tergerai hendak mencium bumi
duduk di kursi plastik sambil membaca buku
seakan tidak peduli pada barang dagangannya
atau percaya pada takdir rejeki dari langit
tidak pernah salah alamat
Lelaki itu menarik nafas dalam-dalam
sinar matanya terlihat berkaca-kaca
bahkan sebutir air mata sudah bergulir melewati pipi
lelaki itu menangis.tanpa suara
dan ini tangis paling berat bagi seorang lelaki
sebab suara tangis tak mungkin lagi lahir dari mulutnya
Perempuan pedagang minuman adalah buah hatinya
buah hati yang telah ditelantarkannya
sebab terseret angin surga bidadari palsu
yang membisikan kebahagiaan semu
dan, mendamparkannya di pantai karang
Ada sesal di langit hatinya
tetapi jiwanya malu untuk menemu
harga dirinya tidak memberinya kepercayaan
dan, sesal telah menjadikannya seorang pecundang
Gembongan, 14 Januari 2024
SEBUAH BENDERA USANG DI TIANG BAMBU
Mohammad Saroni
Angin negeri bertiup sepanjang musim
daun-daun melambai penuh semangat
seakan memanggil pulang para petualang
untuk kembali bermimpi di negeri sendiri
Pada sebuah tiang bambu dari bambu tua
selembar bendera terikat pada puncaknya
tanpa seutas tali untuk mengikatnya
tetapi bendera itu berkibar dengan gagah
Meskipun kain bendera itu sudah usang
bahkan warnanya sudah mulai memudar
putihnya nampak mulai kusam, merahnya juga
tetapi semangat di balik kedua warna itu masih bergelora
Jangan lihat warnanya yang memudar
jangan tiangnya yang hanya terbuat dari bambu tua
jang pula dilihat dari tali yang tidak ada
sebab nilai sesungguhnya ada di balik dada pengibarnya
Sebuah bendera yang berkibar di tiang bambu tua
adalah bukti keabadian semangat dalam dada
tak peduli warna sudah mulaimkusam
tiang bambu sudah mulsi rapuh
selama bendera masih berkibar
negeri ini adalah tumpah darahku
Gembongan, 16 Januari 2024
PENGAMEN JALANAN
Mohammad Saroni
Matahari bersinar membakar bumi
fatamorgana lahir di atas permukaan jalan aspal
udara seperti memanggang punggung bumi
dan, orang-orang di atasnya melangkah tertatih
Mereka tidak berhenti melangkah
gitar usang menggantung di dada
dan, jemari lincah memetik dawai- dawainya
lantas lagu kehidupan melantun riang
Lagu-lagu itu adalah jeritan jiwa
cerita tentang perut yang bernyanyi
tentang kaki yang berdarah penuh luka
dan juga kulit wajah yang memerah
Warung-warung ksu singgahi
berharap ada yang baik hati
walau hanya receh yang didapati
tapi cukup untuk membeli nasi
Pengamen jalanan tak pernah berhenti
petik senar gitar dan lantas bernyanyi
sebab nasib haruslah dikondisikan
tidak cuma duduk ongkang- ongkang kaki
Gembongan, 8 Februari 2024
BENDERA USANG TETAP BERKIBAR
Mohammad Saroni
Tiga perempat abad negeriku merdeka
aroma penjajahan menjadi wangi kebebasan
berdiri di atas kaki sendiri
berpeluk kesah dengan ibu pertiwi
Bau amis darah sudah lama tiada
tanahku tidak lagi bermandikan darah
kini keringat menetes dari tubuh anak bangsa
demi pembangunan negeri yang nyata
Begitu juga bendera-bendera terus saja berkibar
meskipun kainnya sudah lapuk dan robek
kibarnya masih penuh keperkasaan
seperti teriakan heroik arek Suroboyo
Di sebuah kantor kelurahan desa
pun ada sebuah bendera usang
tetap berkibar di puncak tiang besi berkarat
menantang deru angin yang menghempaskan
Di sinilah pernah ada seorang lelaki
merebut bendera yang sudah diturunkan opsir Belanda
membawanya berlari menembus gelap malam
satu pahanya terluka oleh terjangan peluru
Dan, kini setiap tanggal kemerdekaan
laki-laki itu berdiri tegap di bawah tiang bendera
tangan tuanya bergetar menghormat
sisa semangat yang tidak dapat diabdikan
Gembongan, 20 Januari 2024
CATATAN SEORANG PEMBURU
Mohammad Saroni
Telah disusuri hutan belantara
sawah ladang dan tegal sudah biasa
mata nyalangnya adalah pengintai utama
tak satupun lepas dari pengawasan
Dia adalah seorang pemburu
dengan pedang lidahnya menembus hati
dan, mencampur darah korban dengan bunga surga
hingga hilang akal dan logikanya
Entah sudah berapa banyak buruannya
yang sudah terluka dan menyerah
lantas menjadi piaraan tak berdaya
Jejak-jejak darah dan keringat
menggambar pada butiran debu
walaupun satu persatu dibawa terbang angin
tak hilang guratan di dinding langit
Tidak ada buku harian
hanya kenangan di dalam jiwa
yang perlahan samar lantas menguap
entah pergi kemana lagi
Gembongan, 20 Januari 2024
LUKA YANG TETAP SAJA TERASA
Mohammad Saroni
Hidup adalah pertarungan tidak bertepi
setiap waktu peperangan terjadi
luka dan derita lahirkan tatto
membekas dan bercerita setiap waktu
Hidup adalah perjalanan panjang
tanpa peta lokasi dan tujuan
tetapi kaki harus terus terayun
kadang tersandung hingga berdarah
sebab hidup adalah peperangan
luka dan darah adalah biasa
Hidup adalah sandiwara panjang
tanpa skenario skrip ataupun layar
hanya panggung yang terhampar luas
dimana kita jatuh bangun bahkan bergulung-gulung
Dan, hidup tidaklah abadi
bahkan luka pun tidak abadi
sebab setelah luka menggores kita
luka akan hilang tak berbekas
tetapi ketika luka menghantam hati
walau sembuh luka tetap terasa
Luka yang tetap saja terasa
hanya waktu yang akan menghapusnya
seperti awan yang berarak di langit
habis dibawa pergi sang bayu
Gembongan, 21 Januari 2024
PAK MAMAD YANG TIADA HENTI MENGUNYAH
Mohammad Saroni
Adalah seorang lelaki setengah baya
usianya sudah melebihi separoh waktu hidupnya
kulit wajahnya sudah berkerut di sekujurnya
rambutnya sudah penuh warna perak
hingga berkilau saat diterpa cahaya
Namanya pak Mamad Sulaiman
menjalani hidup apa adanya
tidak ada tekanan yang mendesaknya
menjalani laju seperti arus hidupnya
kalsupun ada tuntutan hidup, apa.untuk.membayarnya
Usianya sudah memakan tampilan wajahnya
keningnya sudah banyak kerut merut
pipinya kendur tidak kencang lagi
kumisnya sudah putih jarang-jarang
dan, giginya jangan lagi ditanya dimana
Setiap hari kerjanya duduk di angkringan
memandangi orang-orang yang lewat
entah bersepeda atau hanya jslan kaki saja
senyumnya mewakili ujar sapanya
Tetapi, ada satu yang khas dari pak Mamad
mulutnya tidak pernah berhenti mengunyah
apakah ini pertanda bahwa udianya sudah tua
atau sekedar gaya untuk menutupi kekurangannya
Rahang- rahangnya selalu saja mengunyah
entah apa yang ada di rongga mulutnya
padahsl.ketika dia menganga, tidak ada apapun
tetapi, dia tetap dan terus mengunyah
Aku tidak tahu mengapa dia lakukan itu
mengunyah rahang yang kehilangan gigi
adakah yang tahu mrngapa dapat begitu
ataukah karena tremor usia lanjut?
Gembongan, 26 Januari 2024
SEORANG ANAK YANG GANTIKAN BAPAKNYA
Mohammad Saroni
Anak laki-laki adalah penerus ras
hingga terjaga nama generasi
maka keturunan laki- laki menjadi keharusan
jika tidak pasti kehilangan garis
Seperti nasib sahabat karibku
harus berjuang merebut nasib
setelah bapaknya terputus hubungan kerja
sumber penghasilan tersumbat dan macet
Sahabatku tergugah hatinya
dengan kemampuan yang dimiliki
dia mencoba untuk dapatkan pekerjaan
sedangkan ijasah saja dia tidak punya
Tetapi, tak satupun peluang di dapat
alasan pengalaman dan tingkat pendidikan
adalah di dinding penghalang yang tinggi
tak mungkin kita panjat dan lalui
Harga dirinya bergejolak
seperti air lain dipotong lunas kapal
dan angin yang berlari di atas muka air
tersinggung kelelakiannya tak terelakkan
Sahabatku tidak patah arang
dia harus menjadi tulang punggung keluarga
apapun pekerjaan harus dilakukan
walau harus melawan nilai-nilai kehidupan
Sahabatku harus gantikan bapaknya
menjadi tulang punggung yang utama
walaupun usia masih terlalu muda
tetapi kewajiban lebih berkuasa
Sahabatku harus gantikan bapaknya
sekedar mendapatkan semangat berjuang
walau luka dan darah sudah tidak terhitung
perjuangan tidak mungkin dihentikan
Gembongan, 8 Februari 2024
Tidak ada komentar:
Posting Komentar