Jumat, 08 Agustus 2008

Hidup Kayak Jaran Kepang


Setiap hari hidup seakan tidak berbeda dengan jaran kepang.Sudah kehilangan banyak ingatan, tetapi masih mampu melangkah bahkan melakukan sesuatu yang tidak dapat dinalar dengan pikiran waras.
Begitulah, hidup terus bergulir. Kadang kita harus berguling-guling, makan beling, kata Iwan Fals. Kehilangan kontrol tetapi mampu mengontrol. Jaran kepang menjadi pola kehidupan kita sekarang ini.
Kehilangan kesadaran bukan sesuatu yang menggalaukan hati, justru selalu dicari oleh banyak orang sehingga seringkali mereka bertindak tanpa perhitungan, seakan lupa paa banyak hal yang berlaku dalam kehidupan.
Saat musik kehidupan mulai ditabuh dan suaranya menggema menguasai langit, maka pada saat itulah semua kehidupan dipermainkan. Kehidupan para arwah ataupun kehidupan manusia hidup.
Jaran kepang teah menjadi gambaran kehidupan orang-orang yang telah melupakan jatidirinya dan bergumul dengan jatidiri lain yang berada bersemayan di dalam dirinya, bukan di hati.
Di Mojokerto, Gembongan, Gedeg, Mojokerto, ada dua perkumpulan kesenian jaran kepang yang sangat representatif sebagai kesenian yang menjaga hasil olahrasa, raga, dan karsa leluhur yang memang harus dijaga.
Bersyukurlah, kita masih mempunyai banyak orang yang peduli terhadap hasil karya leluhur, jangan sampai direbut oleh orang lain! Siapa lagi yang peduli?

Tidak ada komentar: