Sabtu, 30 Agustus 2008
Masyarakat memang butuh hiburan dan kedisiplinan
Hiburan bagi semua orang merupakan faktor penting yang harus disediakan sebagai bentuk penyegaran diri setelah melakukan berbagai kegiatan hidup yang sangat berat. Hiburan dijadikan sebagai salah satu cara untuk meredakan ketegangan yang berkecamuk di dalam diri sehingga tidak menjadikannya sebagai penyebab rasa sakit. Hidup tanpa hiburan sungguh sangat menyebalkan dan menjadikan monoton serta gampang menjadikan orang stress atau emosional tinggi.
Dan, berbicara mengenai hiburan, maka kita dapat melihat bahwa Pemerintah Kota Mojokerto secara intens dan berkesinambungan terus mencoba untuk menciptakan event-event yang mampu menjadikan hiburan tersendiri bagi masyarakat, tidak hanya masyarakat kota melainkan juga masyarakat kabupaten. Mojokerto memang terdiri dari dua wilayah yang dapat dikatakan sebagai kakak dan adik, yaitu Kabupaten dan Kota Mojokerto.
Event-event yang dibuat oleh Pemerintah Kota Mojokerto sebagai salah satu cara untuk menghibur masyarakatnya, jika kita runtut adalah mulai dari pameran kembang di lapangan Surodinawan, gerka jalan, sepeda hias, expo, dan karnaval pembangunan.
Pada setiap event selalu muncul harapan agar masyarakat merasa ter-hibur dan mampu menyegarkan pikiran sehingga keruwetan hidup dapat sedikit terobati dan bergembira bersama masyarakat lainya. Dan, jika kita menilai, maka setidaknya kita dapat mengatakan bahwa semua event yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Mojokerto mencapai keberhasilan yang sangat mem-banggakan
Tetapi, jika kita evaluasi lagi, maka ada satu hal yang mungkin sangat perlu dijadikan sebagai refleksi untu masa-masa mendatang, yaitu keruwetan tata aturan pelaksanaan kegiatan. Kita perlu mengakui dengan lapang hati bahwa kita belum dapat diharapkan kedisplinannya. Masyarakat kita masih belum mempunyai tingkat kedisiplinan sebagaimana yang diharapkan. Kita dapat melihat kenyataan bahwa pada saat kegiatan dilaksanakan, maka pada saat tersebut kontrol diri masyarakat sudah lepas sehingga kondisi benar-benar tidak kondusif.
Di setiap kegiatan,yang diharapkan dapat menjadi hiburan tersendiri bagi masyarakat, ternyata justru memberikan gam-baran secara jelas bahwa masyarakat kita masih begitu kondisinya. Kita tidak perlu me-rasa risih sebab pada kenyataannya memang seperti itu kondisinya. Kita masih ingat dan pasti selalu ingat sebab kondisi ini selalu terulang setiap kali ada kegiatan, yaitu me-rangseknya penonton ke tempat yang seharusnya menjadi areal peserta kegiatan melaksanakan tugasnya.
Sebagai contoh dapat kita lihat dari pelaksanaan kegiatan karnaval, bahwa kesemrawutan atau ketidak disiplinan terus saja terjadi sebagaimana pada saat pelaksanaan gerak jalan, ataupun sepeda hias. Penonton yang sebenar-nya diberikan hiburan, ternyata tidak memberikan ruang gerak bagi peserta karnaval atau kegiatan untuk melaksanakan kegiatanya, bahkan areal pesert justru menjadi milik penonton. Lebar jalan yang seharusnya dipergunakan lewatnya peserta kegiatan, tenryata telah penuh sesak oleh penonton sehingga peserta tidak dapat bergerak atau melakukan kegiatan secara maksimal. Lebar jalan yang hampir enam meter, ternyata tinggal dua setengah meter saja! Bahkan peserta kegiatan harus dikalahkan oleh penonton yang bersepeda motor dan masuk ke ruang gerak peserta kegiatan. Akibatnya, penonton tidak dapat membedakan, mana peserta kegiatan dan mana penonton yang ikut di dalam ruang kegiatan peserta. Sungguh sangat merisaukan.
Sebenarnya kondisi seperti ini tidak perlu terjadi jika ada kesadaran di hati masing-masing anggota masyarakat terhadap upaya penciptaan kondisi ter-baik agar pelaksanaan kegiatan nampak rapi, tertib dan teratur serta ketegasan tata aturan bagi penonton. Setiap masya-rakat seharusnya mem-posisikan diri sebagai masyarakat yang mengerti se-hingga tidak perlu mengebaki jalan yang akan dilalui oelh peserta kegiatan agar mereka dapat melaksanakan tugasnya secara maksimal. Begitu juga para penonton yang bersepeda motor, seharusnya tidak perlu memasuki jalanan sehingga menjadikan kondisi semakin semrawut.
Masyarakat kita memang sangat haus atas hiburan agar dapat meredakan ketegangan di hati mereka. Kehausan tersebut dapat kita lihat dari membludak-nya penonton di setiap event hiuburan yang diselenggarakan. Tetapi, jika kehausan tersebut diekspresikan sebagai kebebasan sehingga justru meng-ganggu jalannya hiburan, tentunya hal tersebut jauh dari harapan semuanya.
Pada sisi yang lainnya, perlu ketegasan batas penonton yang menyaksi-kan kegiatan sehingga tidak mengganggu pelaksanaan kegiatan, misalnya dengan memberikan batas bersepda motor dan mengalihkan jalur ke jalur lainnya yang membebaskan jalan yang dilalui oleh peserta kegiatan. Dengan demikan, maka kegiatan tidak ter-ganggu oleh merangseknya penonton di jalanan yang dilalui oleh peserta kegiatan. Dan, seringkali peserta kegiatan harus mengalah kepada penonton!?
Bahwa penonton menyaksikan kegiatan dari pinggiran jalan atau tro-toar jalan dan tidak diperbolehkan masuk ke badan jalan sehingga jalanan nampak bebas dan peserta kegiatan dapat melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Di samping itu, kendaraan selain peserta kegiatan tidak boleh mem-pergunakan jalur kegiatan. Mereka harus dialihkan ke jalur lainnya sehingga tidak mengganggu kelancaran kegiatan. Jalur yang dilewati peserta kegiatan seharusnya streril dari segala macam kendaraan yang tidak berkepentingan. Dan, sepanjang jalur kegiatan hanyalah para penonton yang duduk rapi se-hingga jalur tidak termakan oleh penonton.
Tetapi, sungguh kita perlu mengacungkan jempol kepada Pemerintah Kota Mojokerto, khususnya kepada Bapak Walikota yang telah berhasil membangkitkan lagi semangat masyarakat sehingga secara sadar mengikuti kegiatan untuk memeriahkan peringatan hari besar negara, Hari preoklamasi Kemerdekaan.
Selamat! Semoga tahun-tahun mendatang lebih baik dan kondisi lebih teratur dan terkondisikan sebagaimana seharusnya. Semoga.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar