Sabtu, 20 September 2008

JANGAN MENUNDA-NUNDA PEKERJAAN

Orang mengatakan bahwa jika kita menunda pekerjaan yang menjadi tanggungjawab kita, maka artinya kita sedang menumpuk penderitaan sedikit demi sedikit. Penderitaan yang kita tumpuk setiap saat tersebut pada akhirnya terakumulasi dan menghapus kedamaian yang ada di dalam hati kita. jika kita memiliki banyak pekerjaan yang tertunda, maka setidaknya pasti muncul suatu kondisi tidak tenang di dalam hati sebab harus menghadapi bom waktu yang setiap saat pasti meledak dan menghancurkan segalanya. Pekerjaan yang ter-tumpuk ataupun yang tertunda sebenarnya tidak berbeda dengan bom waktu yang terpasang dalam batasan waktu tertentu. Jika tidak segera diselesaikan atau ditangani, maka ledakannya dapat menghancurkan seluruh hasil pekerjaan yang sudah kita lakukan selama ini. Apalagi jika berhubungan dengan orang lain.
Ketika kita menunda suatu pekerjaan, berarti kita telah menciptakan sebuah gunung permasalahan yang terus bergejolak. Gejolak gunung tersebut setiap saat dapat berubah menjadi ledakan yang maha dahsyat. Ledakan yang dapat menghancurkan segala hal yang ada pada kehidupan kita. Dan, hal itu berarti kita telah kehilangan kedamaian hidup. Kita telah kehilangan kebahagia-an hidup. Bagaimana kita dapat hidup damai jika ternyata di dalam diri kita telah mucul suatu kondisi yang selalu dituntut untuk menyelesaikan semua pekerjaan dalam waktu, yang sudah barang tentu dibuat dalam estimasi yang lebih pendek. Waktu yang kta miliki semakin pendek dan kita tidak dapat lagi menghindar untuk menunda-nunda lagi. Jika kondisi seperti ini kita alami sementara kita adalah seorang wiraswastawan, maka sudah barang tentu hal tersebut berdampak pada tingkat kepercayaan masyarakat terhadap proses pekerjaan yang kita pertanggungjawabkan. Masyarakat kehilangan atensi.
Jika pekerjaan yang seharusnya kita selesaikan, tetapi kita biarkan dengan alasan yang tidak penting, maka pekerjaan ini telah menunggu kita untuk di-selesaikan pada waktu mendatang. Ini adalah beban kita. Kalau kemudian ada pekerjaan lain yang pelaksanaannya kita tunda juga, maka itu berarti kita menyimpan beban lagi. Demikian seterusnya. Setiap kali kita menunda pe-kerjaan, maka pada saat itu kita sedang menumpuk penderitaan yang semakin lama semakin banyak dan berat. Penderitaan itu muncul sebab tuntutan dri setiap pekerjaan untuk segera diselesaikan, apalagi pekerjaan tersebut sudah sampai pada dead line yang sudah ditentukan. Tentunya yang terjadi pada kita adalah suatu kondisi yang serba tidak tenang dan hal tersebut berarti meng-hilangkan kedamaian hidup kita. Memang pada mulanya kita merasakan betapa enaknya kita tidak melakukan pekerjaan yang seharusnya menjadi tugas dan kewajiban kita sebagai pelaku pekerjaan, tetapi jika pekerjaan yang tertunda tersebut semakin banyak tentunya bukan lagi sebuah kesenangan yang bakal kita hadapi tetapi sebuah kebingungan yang sedemikian rupa sehingga terpaksa kita harus melakukan pekerjaan tersebut secara acak dan pada akhirnya mem-pengaruhi kualitas pekerjaan yang sedang kita lakukan. Sementara kita me-ngetahui bahwa kualitas pekerjaan sangat erat hubungannya dengan sumber penghasilan kerja kita. Jika kualitas pekerjaan rendah atau katakanlah kinerja kita rendah, maka sudah pasti atasan kita atau langganan kita berpikir sepuluh kali bahkan seribu kali untuk memberikan kepercayaan kepada kita untuk mengerjakan pekerjaan yang sama atau pekerjaan yang baru. Itu artinya kita telah menghitamkan nama baik kita diseluruh pandangan mata masyarakat, baik itu atasan kita maupun langganan pekerjaan kita. Apa yang bakal terjadi jika kondisi seperti itu kita alami?! Kita bakal mengalami kehancuran hidup!
Semakin banyak pekerjaan yang kita tunda, maka semakin banyak beban yang harus kita tanggung. Semakin tidak nyaman pikiran kita sebab setiap saat selalu berpikir tentang pekerjaan yang terbengkalai akibat penundaan yang kita lakukan. Hal ini tentunya sangat menyiksa batin kita, apalagi jika pekerjaan yang kita tunda tersebut tiba-tiba diperintahkan untuk segera diselesaikan pada waktu yang singkat. Akibatnya kita bakal kelabakan dan pekerjaan yang sebenarnya menjadi tanggungjawab berubah menjadi sebuah beban. Apalagi jika kita terkena dead line, wah pokoknya semua bakalan kacau dan tidak terkontrol sehingga pekerjaanpun menjadi amburadul, tidak karuan. Kalau sebuah peker-jaan yang sebelumnya mempunyai posisi sebagai tugas dan kewajiban sebagai seorang pelaksana, maka dengan proses penundaan tersebut, maka dapat ber-ubah menjadi beban kehidupan. Apa yang bakal kita alami dan rasakan jika sebuah pekerjaan telah berubah menjadi sebuah beban kehidupan? Tentunya segalanya terasa berat dan menyiksa batin kita! Lantas, apa namanya jika se-suatu telah menyiksa batin kita?! Adakah kedamaian dapat tercipta jika perasa-an atau kondisi hati kita tersiksa? Sebaiknya kita tidak perlu menunda-nunda pekerjaan jika menginginkan kehidupan yang penuh kedamaian.
Akibat dari penundaan pekerjaan tidak hanya pada satu aspek saja, tetapi banyak hal yang terimbas. Pada saatnya akan terjadi reaksi nuclear, yaitu reaksi berantai yang susul menyusul dan saling membentur dan meledak. Sungguh, akibat dari penundaan pekerjaan sangat tidak nyaman bagi hati kita. Kondisi tersebut dapat menghalau kedamaian yang bersemayam di dalam hati kita. dan, jika ekdamaian hilang, maka itu artinya kita tidak bakal bahagia! Ada banyak aspek yang terpengaruh oleh kebiasaan menunda pekerjaan. Pengaruh tersebut dapat berubah kehilangan sesuatu yang kita miiki atau kita menjadi berpikir tentang cara-cara cepat menyelesaikan pekerjaan yang terbengkalai. Tentunya hal tersebut sangat menyerap energi dan membuyarkan tingkat konsentrasi yang sudah terbangun sejak awal pekerjaan dilakukan. Bahkan tidak jarang dengan menumpuknya pekerjaan akibat proses penundaan, maka muncullah sikap malas, kemalasan yang sedemikian hebatnya sehingga penyelesaian pekerjaan-pun menjadi semakin lama sebab harus menunggu kehadiran semangat bekerja-nya. Memang, penundaan yang kita lakukan terhadap pekerjaan-pekerjaan pada akhirnya menjadikan kita malas untuk mengerjakan, apalagi jika pekerjaan yang ditunda tersebut telah berhasil memaksa kita untuk melakukan tindakan-tin-dakan penyelesaian sehingga bagaimana-pun kita harus menyelesaikan semua pekerjaan yang ditunda. Sehingga hal tersebut menjadikan kita malas sebab melihat sekian banyak pekerjaan yang terbengkalai dan menghadirkan ke-engganan di hati kita. Pekerjaan tertunda yang sudah menumpuk seringkali menjadikan kita merasa tertekan dan selanjutnya hal tersebut menjadikan kita kehilangan kebebasan untuk melakukan sesuatu yang biasanya mereka abaikan, sekarang harus diperhatikan lebih seksama. Konsentrasi kerja lebih difokuskan kepada pekerjaan yang seharusnya dapat diselesaikan pada waktunya dan sekarang menjadi semacam beban kehidupan. Lantas apa yang bakal kita alami jika ternyata kita menganggap pekerjaan sebagai beban hidup?! Semua sudah memahami hal-hal yang bakal dialami jika kita mengabaikan pekerjaan dengan menunda-nundanya.
Menunda pekerjaan itu berarti kita berhutang. Dan, kalau kita berhutang, maka berkewajiban untuk melunasinya. Kalau hanya satu pekerjaan yang kita tunda, mungkin tidak menjadi permasalahan sebab hanya satu. Tetapi, jika pekerjaan yang kita tunda sudah cukup banyak, maka kita pasti kelimpungan karenanya. Kita serba terburu-buru. Kita selalu dikejar waktu. Kita selalu ditagih hasil pekerjaan. Dan, sebagainya. Bagaimana kita dapat hidup damai dan baha-gia jika setiap hari hati kita tidak tenang? Setiap hari pikiran dipenuhi perma-salahan pekerjaan yang belum rampung?! Apalagi jika kita bertemu dengan para pimpinan atau orang-orang yang berkaitan dengan penyelesaian pekerjaan yang tertunda tersebut. Tentunya hati kita tidak bakal tenang setiap kali mendengar nama orang-orang tersebut, bahkan setiap kali kita masuk ke lingkungan pekerjaan, maka setiap kali itu pula didalam hati kita timbul semacam perasaan takut dan resah. Ya, kita bakal merasakan adanya tekanan yang sedemikian besar dan kuatnya terhadap hati dan batin kita sehingga ketenangan menghilang dari kehidupan kita. Setiap kali kita bakal diserang oleh perasaan bersalah dan keinginan untuk segera menyelesikan beban pekerjaan sesuai dengan estimasi waktu yang disediakan atau dialokasi ulang, dan umumnya estimasi waktu ulang ini adalah estimasi limit. Kita tidak lagi mendapatkan tambahan waktu dlam penyelesaian pekerjaan melainkan sudah termasuk dalam dead line. Tak ada lagi kesempatan untuk mengulur waktu bekerja, sehingga kita terpaksa harus lembur-lembur bekerja tetapi dengan tanggungan finansial yang tidak bertambah, bahkan kita harus mengeluarkan biaya tambahan untuk menye-lesaikan pekerjaan tersebut, misalnya karena kita harus mengajak orang lain untuk mengerjakannya dengan sistem borong kerja. Untuk borong kerja, kita harus bersepakat dengan para pekerja tersebut dengan menentukan biaya yang harus kita sediakan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.
Hidup ini adalah tanggungjawab, kewajiban, disamping kebuTuhan pa-ling hakiki agar eksistensi kita tetap ada. Dengan kehidupan yang kita miliki, maka eksistensi diri kita tetap ada dan diperhatikan oleh orang lain. Dan, salah satu aspek penting yang harus diperhatikan agar eksistensi kita tetap ada adalah dengan melakukan kegiatan yang menghidupi hidup. Dengan bekerja, maka kita dapat menjaga eksistensi diri kita. Sebagai sebuah konsekuensi yang menjadi tugas dan kewajiban, maka bekerja merupakan keharusan bagi setiap orang. Tentu saja pekerjaan yang dilakukan oleh masing-masing orang sangatlah ber-beda dan tentunya hal tersebut memberikan hasil yang berbeda pula. Mengenai hasil pekerjaan merupakan sesuatu yang bersifat relatif sebab setiap orang hasil pekerjaannya tidaklah selalu sama, walaupun jenis pekerjaan, kualitas dan kuantitas pekerjaannya sama sebab hal tersebut berkaitan dengan berbagai hal, salah satunya masa kerja dan kinerjanya. Hidup ini merupakan rangkaian tanggungjawab yang harus diterapkan dan dijalani sebagai sesuatu yang bersifat kodrati sebagai perwujudan dari kewajiban hidup. Seperti dikatakan bahwa Tuhan menciptakan manusia salah satunya adalah untuk berusaha memper-tahankan kehidupannya dari kemusnahan. Manusia diciptakan Tuhan sebagai salah satu bentuk perintah untuk menjaga kondisi sebagai penyeimbang dan sekaligus memimpin kehidupan di dunia. Dalam hal ini Tuhan telah memberi-kan perintah kepada kita untuk terus berusaha agar kehidupan terjaga dan eksistensi kitapun tidak tergerus oleh perubahan-perubahan yang terjadi dalam hidup ini. Bagaimanapun hidup memang sangatlah dinamis sehingga setiap saat perubahan merupakan hal yang biasa dan harus dihadapi sebagai sebuah Ke-nyataan hidup. Perubahan itu harus dihadapi dan dicarikan solusinya jika per-ubahan tersebut berupa permasalahan hidup. Kedinamisan hidup inilah yang seharusnya menjadikan kita terus menerus menerapkan kreativitas dan me-ngembangkan sagala kemampuan yang kita miliki sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban kita untuk kehidupan. Salah satu hal yang perlu diper-hatikan dalam hal in adalah jangan sampai kita melakukan penundaan terhadap setiap pekerjaan yang menjadi tugas dan kewajiban kita. Kita harus melaksana-kan setiap pekerjaan kita secara bertanggungjawab dan bukan sebagai sesuatu yang membebani hidup. Bekerja adalah sesuatu yang seharusnya dilakukan oleh semua orang dan bukan sesuatu yang aneh dan harus dipermasalahkan. Adalah sebuah kesalahan jika kemudian kita menganggap dan memandang pekerjaan atau bekerja itu sebagai sesuatu yang mengekang hidup sebab aktivitas tersebut merupakan sesuatu yang bersifat kodrati.
Bekerja adalah aktivitas diri yang diarahkan untuk memberikan sesuatu pada hidup agar tetap eksis. Dengan bekerja, maka kita dapat memperoleh banyak hal yang menopang kehidupan. Kita dapatkan dana untuk menghidupi kehidupan sebab dengan dana tersebut, maka kita dapat memenuhi kebuTuhan hidup, misalnya makan, minum, tempat tinggal dan pakaian serta kelengkapan hidup lainnya. Jika kita bekerja dengan baik, maka hasil pekerjaan juga baik dan diharapkan dapat menutup segala permasalahan hidup. Bagaimana jika kita tidak bekerja?! Kita hidup memerlukan berbagai sarana dan prasarana sehingga dapat mempertahankan eksistensi kita sebagai pribadi yang eksis. Dengan be-kerja, maka kita dapat menunjukkan pada semua orang bahwa eksistensi kita terjaga dan mampu menghadapi setiap permasalahan secara baik dan benar sehingga tidak terancam oleh kondisi yang negatif. Bekerja itu sebuah aktivitas yang positif bagi kehidupan dan sebagaimana kita ketahui kita harus selalu berpikir positif untuk dapat menciptakan sebuah kondisi hidup yang terjamin.
Kalau kita sudah menetapkan diri untuk bekerja, maka sebagai kon-sekuensinya kita harus melaksanakan semua jenis pekerjaan secara konsek dan setiap kegiatan pekerjaan harus dilakukan secara intens. Hanya dengan cara seperti itulah, maka kita dapat memberikan kontribusi yang memadai untuk memberikan hasil bagi kehidupan kita. Pekerjaan yang kita lakukan merupakan jembatan bagi kita untuk mencapai tingkat kualitas hidup yang lebih baik sehingga jika kita tidak menerapkannya atau menjalankannya secara baik, maka akibatnya kita dapat mengalami kesulitan hidup. Misalnya pada saat kita harus menunda-nunda pekerjaan, pasti kita bakal mengalami kesulitan hidup.
Pernahkan anda berpikir, apa yang terjadi seandainya kita tidak bekerja? Apakah anda pernah membayangkan apa yang kita alami seandainya pekerjaan tidak kita miliki? Atau mungkin anda pernah dan sedang berada pada posisi tidak bekerja? Apa yang kita rasakan saat kita kehilangan suatu pekerjaan yang selama ini telah memberikan beberapa masukan dan menjadi tulang punggung bagi keluarga kita. Bagaimana perasaan orang-orang yang selama ini menjadi tanggungan kita jika kita tiba-tiba kehilangan pekerjaan? Bagaimana tanggapan mereka? Lantas, bagaimana sikap orang-orang terhadap kondisi terbaru yang kita miliki? Dan, masih banyak lagi hal-hal yang harus kita pertimbangkan atau pikirkan jika kondisi benar-benar berubah. Dengan bekerja, maka segala kemam-puan yang kita miliki dapat kita manifestasikan sebagai kegiatan konrkit untuk menciptakan kreasi-kreasi baru dalam bidang kerja kita dan menciptakan bermacam kemungkinan untuk menciptakan lapangan atau jenis pekerjan yang baru. Sebenarnya, pada saat kita melakukan pekerjaan, pada saat itu pula pikiran kita melakukan pengembaraan dan pemikiran ulang terhadap segala hal yang telah kita lakukan dan mengubahnya menjadi sesuatu yang baru dan dapat menjadikanya sebagai lapangan pekerjan yang memungkinkan bagi orang lain atau diri sendiri. Mengapa demikian? Sebab, pada saat kita melakukan peker-jaan, maka pada saat tersebut pikiran kita benar--benar aktif dan terus melakukan kegiatan-kegiatan teknis di dalam otak. Kita selalu berkembang dan mengembangkan kondisi yang kadangkala merupakan kelanjutan dari yang kita kerjakan atau pengembangan-pengembangan yang benar-benar baru .
Pastinya kita merasakan bahwa hidup sedemikian sulitnya sehingga bukan sesuatu yang aneh jika semua orang berebut mencari pekerjaan. Orang saling berebut mendapatkan pekerjaan, bahkan tidak sedikit yang menem-puhnya dengan sistem ‘tukar guling’ antara pekerjaan dengan sejumlah uang. Ini fenomena yang sejak dahullu menjadi kebiasaan dari orang-orang kita, membeli pekerjaan. Mereka tidak peduli walaupun pada awal-awal bekerja, gaji yang mereka terima tidak lain adalah uang mereka sendiri. Pekerjaan telah dijadikan sebagai dewa penyelamat kehidupan. Tanpa bekerja/pekerjaan, mereka berpikir tidak berbeda jauh dengan kematian. Tanpa bekerja adalah kematian. Lantas, mengapa kita yang sudah bekerja ternyata menyia-nyiakannya dengan cara menelantarkan/menunda-nunda pekerjaan tersebut?! Dalam hal ini kita artikan bahwa tanpa bekerja, maka pikiran kita mati, tidak mengalami pengembangan dan perkembangan yang proporsional sesuai dengan kondisi pada saat kita sedang berada. Kalau kita tidak bekerja kita membiarkan pikiran kita, energi jiwa kita terbengkalai tanpa penyaluran yang sesuai dengan kebuTuhan diri dan itu artinya sama saja dengan mati! Energi hidup yang tidak tersalurkan tidak berbeda dengan orang yang telah kehilangan jiwa dan arwahnya, mati! Seharusnya kita terus danterus mengaktifkan pikiran kita sebab energi pikiran itu ketika dipergunakan bukanlah berkurang melainkan bertambah banyak. Kita perlu menyadari bahwa ketika kita memikirkan sesuatu sebagai bentuk pe-nyaluran energi, maka selama kita berpikir tersebut ternyata banyak sekali hal yang muncul yang kadangkala sudah diluar hal yang sedang kita pikirkan setiap kali kita memikirkan sesuatu, maka disaat-saat tersebut selalu muncul hal-hal lain dan kita anggap sebagai sesuatu yang memungkinkan untuk dilakukan. Orang-orang seringkali mengatakan hal tersebut sebagai ide-ide cemerlang. Ya, ide-ide seperti itu seringkali muncul ketika kita sedang memikirkan sesuatu atau melakukan perkajaan kita. Tetapi sangat tidak ada ketika kita hanya diam tidak melakukankegiatan apa-apa. Semakin lama otak kita diamkan, maka semakin ayem energi yang ada di dalam otak kita sehingga kemampuan berpikirnya-pun mengalami kemunduran. Otak itu adalah bagian tubuh kita yang paling banyak membutuhkan dinamisasi hidup agar dapat hidup. Otak itu bagian tubuh yang menentukan hidup atau matinya seseorang dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, otak jangan dibarkan mati tanpa kegiatan hidup.
Oleh karena itulah, sebaiknya kita tidak menunda-nunda pekerjaan kita sehingga hidup kita tidak berbeban. Jika setiap pekerjaan yang menjadi tang-gung jawab kita selesai sesuai dengan program yang telah kita susun, maka kita tidak lagi berhutang dan beban tersebut dapat hilang. Dengan demikian, maka kondisi hati kita dapat damai dan pada akhirnya dapat menuju pada kebahagia-an hidup. Pekerjaan yang terselesaikan sesuai dengan target waktu yang telah ditentukan menjadikan kita sebagai sosok yang menghargai waktu dan keper-cayaan orang lain. Penghargaan kepada waktu merupakan efektivitas diri yang paling tepat sehingga kita tidak lagi mengalami kekacauan waktu dan peng-hamburan tenaga, energi yang tidak sesuai dengan penggunaannya. Sementara kepercayaan orang lain merupakan suatu hal yang sedemikian pentingnya sebagai perwujudan bahwa eksistensi kita sebagai manusia benar-benar dianggap ada oleh orang lain dan timbul kebanggaan dalam diri karena kondisi ini. Inilah yang terpenting bagi kehidupan kita di dunia.
Kalau kita dapat hidup secara damai dan bahagia, kenapa pula kita harus menyiksa diri dengan menunda-nunda pekerjaan? Kalau kita dapat menyele-saikan pekerjaan pada hari ini, kenapa pula harus ditunda hingga besok atau lusa?! Kenapa hal tersebut sering kita lakukan? Ada peribahasa yang me-ngatakan,” Berakit-rakit kehulu, berenang-renang ketepian; Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian”. Ini merupakan bentuk atau perwujudan kenyataan bahwa untuk dapat mencapai kebahagiaan, kita harus bekerja keras. Bekerjalah secara baik, keras agar dapat mencapai kebahagiaan. Jangan lagi menunda- nunda pekerjaan! Lebih baik kita bersantai-santai setelah pekerjaan selesai daripada bersantai-santai tetapi beban hidup menggantung diatas kepala kita. siap menghajar butir kepala kita.

Tidak ada komentar: