Sabtu, 18 Juli 2020

Menulis Buku dengan Nama Kita Saja

Setiap orang, terutama guru selalu berharap untuk dapat menghasilkan karya yang menopang profesinya. Salah satu karya yang dapat menopang adalah karya tulis. Lagipula, karya tulis sangat erat dengan tugas dan kewajiban dasar seorang guru. Oleh karena itu, kegiatan menulis menjadi semacam kewajiban profesi bagi guru untuk mengembangkan kompetensinya. 
Tetapi, sebagaimana asumsi dasar menulis, maka banyak orang yang menganggap bahwa menerbitkan buku lebih sulit dari proses menulis. Mereka pesimistis dapat menerbitkan buku. Penerbit mana yang mau menerbitkan tulisan mereka. Akibatnya, semangat menulis mereka dapat mengendor sangat drastis. 
Ada cara yang sangat mudah untuk menerbitkan buku, yaitu mengajak banyak teman. Kita membuat buku rame-rame dan membiayai proses penerbitan bersama-sama. Tetapi, dalam hal ini menggunakan penerbit indie, bukan penerbit mayor. Penerbit indie adalah penerbit yang memfasilitasi penulis untuk menerbitkan buku secara mandiri. Untuk proses tersebut, penulis harus merogoh kocek untuk pembiayaannya. Karena bukunya bersama-sama, maka biaya juga bersama-sama. Proses ini dirasa ringan dan murah. 
Tetapi, bagi seorang penulis, selalu ada keinginan untuk mempunyai buku sendiri. Setiap penulis berusaha berkarya dan menerbitkan buku atas namanya sendiri. 
Sungguh sangat bahagia dan bangga saat buku kita terbit, baik buku bersama, apalagi buku tunggal, sendiri. Nama. kita tertera di sampul buku dan bagian dalam buku. Terbayang orang membaca buku kita. Sungguh membahagiakan. 
Tetapi, sekali lagi akan sangat membahagiakan ketika nama kita menjadi nama tunggal pada cover dan isi buku. Oleh karena itu, obsesi setiap penulis. adalah menerbitkan buku tunggal. Dan lebih membanggakan jika buku tersebut diterbitkan oleh penerbut mayor. 
Untuk hal tersebut, tidak dapat tidak kita harus terus memompa semangat untuk. menulis dan berorientasi pada penerbitan buku tunggal kita. 
Semoga terwujud... 

Tidak ada komentar: