Rabu, 30 Juli 2008

MenGemBaliKAn KeSaNTunAN HiDuP

Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang kental dengan pola kehidupan yang penuh dengan adab dan sopan santun. Dan, karena kesantun-annya, maka sangat terbuka untuk setiap orang untuk mempelajari aspek kehidupannya tersebut.

Akibat terbukanya kesempatan mempelajari pola kehdiupan tersebut, maka kemungkinan adanya pengaruh sangatlah besar. Oleh karena itu, tidak heran jika sedikit demi sedikit pola kehidupan anak bangsanya mengalami perubahan, evolusi. Walau perlahan tetapi pasti!

Berbagai pola kehidupan telah ekhilangan rujukan. Bahkan tidaks edikit pola kehidupan yang tidak berbeda dengan layang-layang yang putus benang. Melayang tidak karuan kemana angin membawanya.

Akibatnya yang paling jelas adalah hilangnya jati diri anak bangsa. Cukup banyak anak bangsa yang telah kehilangan identitas diri sehingga sama sekali tidak mencerminkan bagian dari bangsa yang besar ini.

Krisi identitas, dekadensi moral dan masih banyak hal lain yang merupakan dampak dari pergumulan peradaban internal dan eksternal. Pola kehidupan tradisional yang penuh dengan nilai-nilai positif kehidupan khas anak negeri, secara perlahan telah berubah menjadi pola kehidupan global.

Memang kita tidak dapat menghindar dari kondisi kehidupan yang selalu mengalami perubahan, dinamis. Kehidupan itu bagaikan roda yang terus menggelinding, berputar tanpa henti. Kadang di atas, kadang di bawah. Kadang melewati jalanan rata, halus dan nyaman, tapi pada saat-saat tertentu melewati jalan berlumpur, bergelombang dan sangat tidak nyaman.

Salah satu kondisi yang mengalami perubahan drastis adalah sikap kehidupan yang jauh dari pola kehidupan yang diajarkan oleh para leluhur kita.

Anak-anak bangsa kita sudah tidak bersikap sebagaimana kebiasaan jaman penuh keemasan bangsa besar ini. Pola pergaulan antar personal tidak ada lagi tingkatan yang jelas. Unggah-ungguh yang selama ini dijadikan sebagai dasar aturan pergaulan telah banyak yang menguap ke langit!

Tidak ada lagi perbedaan sikap, kata dan pola kehidupan antara orangtua dan anak muda. Semua begitu mengalir seperti air sungai yang tidak lagi membedakan air berasal darimana, semua dileburkan menjadi satu kesatuan yang utuh tanpa beda!

Adakah nilai positifnya?

Adakah nilai negatifnya?

Tdak baikkah jika sekat antar generasi yang selama ini tercipta disingkap dan membuka hubungan seluas-luasnya?

Bukankah jika sekat terbuka, maka interaksi yang tercipta memungkinkan terciptanya sebuah interaksi penuh kasih sayang dan cinta?

Bagaimana-pun, kita menyadari bahwa pergaulan antar generasi mem-butuhkan sebuah sikap yang memungkinkan terjadinya sebuah sikap yang memungkinkan terjadinya pengaliran kasih sayang dan cinta yang tulus dari masing-masing sisi?!

Para orangtua perlu memberikan kasih sayang dan cinta kepada para anak muda secara tulus dan ikhlas sebagai bentuk pertanggungjawaban atas tongkat estafet yang harus segera diserahkan kepada generasi penerus. Semen-tara dengan kasih sayang dan cinta yang diberikan oleh para orangtua, maka tumbuhlah rasa yang sama di hati para muda yang hal ini merupakan ikatan benang emas antar generasi.

Selama ini, akhir-akhir ini tata aturan pergaulan antar generasi benar-benar kehilangan pola positifnya. Unggah-ungguh telah hilang dari kehidupan. Anak-anak sudah tidak ada rasa hormat pada para orangtua dan para orangtua telah kehilangan sesuatu yang dapat dijadikan sebagai panutan. Semua sudah menjadi tontonan dan bukan tuntunan.

Aspek ini terutama pada kehilangan kesantunan di hati para orang muda, bahkan juga yang tua-tua.

Kesantunan itu merupakan pola positif yang seharusnya diterapkan di dalam setiap pergaulan pada setiap strata kehidupan, baik dari sisi sosial maupun sisi usia.

Kesantunan dalam strata social memungkinkan terciptanya kebersamaan dalam segala hal sehingga tumbuh rasa kesetiakawanan yang pada akhir-akhir ini terasa mulai luntur. Rasa kesetiakawanan yang luntur ini selanjutnya menciptakan ‘kasta-kasta’ baru dalam pola kehidupan sosial modern. Hal ini selanjutnya menimbulkan banyak kecemburuan social pada setiap stratanya sehingga rawan bagi kenyamanan hidup.

Sedangkan ketiadaan kesantunan dalam sisi usia menyebabkan terjadinya gab antar generasi. Bahkan hal yang paling genting adalah hilangnya link antara generasi tua dengan generasi muda. Padahal, untuk kondisi masa depan yang baik, perlu adanya link antar generasi sehingga selalu siap terjadinya kaderisasi dan proses kesinambungan pola kehidupan bangsa.

Jika kita menyadari bahwa di dalam proses pergaulan hidup, anak muda telah kehilangan kesantunan, maka yang perlu dipertanyakan dan dipersalahkan tidak hanya anak-anak muda, tetapi juga para orangtuanya!

Kesantunan dan pola hidup santunn harus dikembangkan sebagai gerakan bersama dalam segala aspek kehidupan sehingga kondisi kehidpan benar-benar menggambarkan sebuah kondisi yang kondusif.

Dan, kesantunan ini sejak dahulu adalah ciri khas kehidupan bangsa kita yang besar. Seluruh negara di dunia mengakui bahwa Bangsa Indonesia itu santun!

Tetapi apakah hal tersebut benar?

Setidaknya untuk kondisi sekarang ini???

Tidak ada komentar: