Rabu, 30 Juli 2008

NafSu, jAGaL RyAN, sUMbER bELaJAR

Beberapa hari terakhir, kita mendapat pendidikan dan pemelajaran yang sangat bermanfaat bagi kehidupan dan kelangsungan hidup kita secara menye-luruh dan lengkap.

Aspek pemelajaran yang kita maksud dalam komteks ini adalah terkait dengan berbagai sikap, pola dan bentuk interaksi personal yang berbahaya bagi kehidupan kita.

Ya. Kita memang harus selalu belajar, baik secara literature, klasikal atau belajar langsung dari kehidupan. Belajar literature berarti belajar dengan obyek dasar berbagai buku, literature yang relevan dengan aspek yang dipelajari. Klasikal dapat kita katakan sebagai kegiatan belajar yang secara baik dan sistematis diselenggarakan di sebuah ruangan yang disebut kelas. Sedangkan belajar langsung diartikan bahwa selama proses belajar anak didik ikut terlibat pada setiap jenis pelajaran dan berhasil baik.

Dari tiga macam asal materi belajar dapat diperoleh, maka setidaknya kita tahu bahwa pemelajaran langsung kepada alam lingkungan merupakan cara tercepat dan sangat mudah.

Sumber pemelajaran lingkungan sangat memungkinkan bagi subyek belajar untuk mendapatkan berbagai aspek. Aspek-aspek itu didapatkan tidak hanya berupa konsep-konsep atau teori-teori, melainkan implementasi langsung dari learning by doing-nya. Belajar dengan langsung melakukan dalam kehidup-an. Dalam hal ini, kehidupan merupakan sekolah yang paling signifikan ter-hadap proses belajar.

Salah satu obyek belajar adalah mengenai dampak krusial dari pola hidup yang serba glamour dan penuh dengan berbagai intrik, sehat atau tidak sehat menjadi pengalaman belajar yang paling kuat tertanam di dalam memori otak kita.

Hal yang terjadi di Tembelang yang dilakukan oleh seorang Ryan, sendiri ataupun sama orang lain, sebab sampai sekarang belum diketahui dan merupa-kan sebuah pertanyaan, hal aneh jika sendirian, sungguh merupakan hal yang sangat bermanfaat bagi proses pemelajaran kita.

Kasus ini meberikan pengalaman yang sangat berharga bagi kita semua atas pola hidup, karakter dan kebutuhan hidup yang begitu rupa yang ternyata mempunyai pengaruh sangat besar terhadap keputusan melakukan sesuatu dalam hidup.

Ini pelajaran hidup yang sangat berarti bagi kelangsungan hidup kita dimasa yang akan datang. Kejadian ini adalah evaluasi dan refleksi kita terhadap proses kehidupan yang semakin krusial dan menuntut konsekuensi yang tinggi pada setiap orang.

Manusia menjagal manusia lain?! Wah, tentunya hal tersebut memberikan dampak belajar yang bervariasi pada setiap pribadi dan komunitas. Tentunya yang paling signifikan dalam hal ini adalah pelajaran tentang kemanusiaan dan manusia itu sendiri. Bagaimana konsep dasar tentang kemanusiaan, juga tentang eksistensi manusia itu sendiri. Manusia dan kemanusiaan itu hal yang paling urgen dalam kehidupan kita, seperti hidup dan kehidupan. Oleh karena itulah, maka sebagai manusia kita harus memahami konsep tersebut.

Bagaimana seorang manusia, Ryan ‘tega’ menjagal manusia lainnya, hingga saat ini sudah 11 (sebelas) manusia yang dijagal, dibantai dengan begitu kejinya. Bahkan ditengarai masih akan bertambah jumlahnya. Audzubillah! Sementara alasannya sangat klise, yaitu cemburu dan tentunya saja ‘tuntutan kehidupan manusia’, dirinya dan keluarga, sebagaimana dikatakan Ryan.

Duh, manusia (Ryan) telah kehilangan sifat kemanusiaannya! Kehilangan kemanusiaannya!

Jika kita melihat hal ini secara realitas dan pikiran jernih setidaknya kita perlu mengkaji hal tersebut sebagai antisipasi, baik pribadi maupun komunitas agar tidak terulang pada kita atau pada waktu mendatang.

Cukup sekali ini saja kejadian ‘penjagalan’ manusia terjadi dinegeri ini!

Ya, selanjutnya perlu dipahami, dilakukan dan dijadikan sebagai bahan pelajaran sekaligus hasil pelajaran dari kehidupan kita.

Bagaimanapun, manusia itu dibekali Tuhan dengan sesuatu yang sangat membahayakan kehidupannya sendiri, bahkan kelangsungan hidup di alam ini. Ya, manusia diciptakan dengan sesuatu yang jika dapat dikuasai, dikendalikan menjadikan kehidupan semakin baik. Tetapi, jika tidak dapat dikuasai, tidak dapat dikendalikan, atau justru manusia yang dikendalikannya, maka rusaklah kehidupan ini! Apa itu?! NAFSU!

Ya! NAFSU manusia menjadikan kehidupan berkembang dan juga ancur! Maka, belajarlah dari JAGAL manusia dari Jombang ini! Jangan sampai NAFSU menguasai diri kita! Nafsu itu seperti kuda! Kita yang harus menunggangi, mengendalikannya, bukan kita yang ditunggangi apalagi dikendalikan!

Tidak ada komentar: