a. Kondisi di Negeri Kita
Jika kita membicarakan masalah kemiskinan di negeri ini, maka hal tersebut tidak ubahnya kita sedang mengurai benang kusut dan basah. Hal ini karena masalah kemiskinan telah menjadi sebuah urusan yang krusial dan seperti lingkaran setan. Tidak diketahui, sebenarnya aspek mana yang men-jadikan hal seperti itu.
Setiap kali kita mencoba untuk menguraikannya, maka selalu meng-hadapi berbagai hambatan, baik secara teknis maupun praktis. Seakan ada upaya untuk menutupi kondisi tersebut sehingga tidak semua orang mengetahui latar belakang yang menyebabkan kondisi seperti itu.
Tentunya jika hal seperti itu dibiarkan berlangsung terus, maka segala upaya untuk mengevaluasi, apalagi memperbaiki kondisi tidak bakal tercapai. Negeri ini tidak menjadi lebih baik, justru menjadi semakin terpuruk.
Kita memang tidak boleh menutup-nutupi kondisiyang sebenarnya terjadi di masayarakat kita. Negeri kita ini sebenarnya sangat miskin, walaupun ke-kayaan alamnya sangat berlimpah. Sungguh, hal tersebut dapat kita lihat dari kenyataan betapa banyaknya anak bangsa yang tidak mendapatkan pekerjaan dan hidup di bawah garis kemiskinan, bahkan garis termiskin.
Selama ini yang kita dapati adanya banyaknya orang, pemimpin yang terlalu banyak obral omong seperti tukang jamu di trotoar. Suaranya lantang lewat pengeras yang berkapasitas sekian ribu watt. Tetapi, pada kenyataannya semua itu hanyalah propaganda bolong! Kita tidak menginginkan pemimpin model seperti ini. Pemimpin yang besar dimulut tetapi tanpa bukti.
b. Perlu Pemimpin yang Berhati Nurani
Ya. Kita memang memerlukan seorang pemimpin yang berhati nurani. Dalam hal ini kita artikan sebagai seorang pemimpin yang selalu menge-depankan hati pada setiap langkah kebijakannya.
Pemimpin yang berhati nurani selalu memandang bahwa sebenarnya setiap elemen bangsa ini adalah sama, tidak ada perbedaan antara satu elemen dengan elemen lainnya berkaitan dengan upaya pembangunan seutuhnya.
Dengan pemimpin yang berhati nurani, maka setidaknya pemimpin tersebut cepat tanggap terhadap setiap kondisi yang dialami oleh masyarakatnya. Mereka tidak akan menutup mata saat melihat kondisi masyarakatnya. Bahkan secara otomatis, mereka segera mengulurkan tangan untuk membantu setiap elemen masyarakatnya yang mengalami kesulitan dalam kehidupan, misalnya terjepit pada dinding-dinding kemiskinan.
Seorang pemimpin yang berhati nurani tidak hanya membuat kebijakan, melainkan juga membuat solusi setiap kebijakan yang telah ditenukan tersebut. Misalnya berkaitan dengan kebijakan penggusuran pemukiman atau tempat usaha masyarakat. Mereka tidak hanya menggusur, melainkan juga membuatkan solusi terbaik bagi mereka yang tergusur sehingga mereka tetap dapat mempertahankan kehidupannya secara layak.
Tentunya, jika pemimpin memiliki hati nurani, maka kondisi carut marut negeri ini dapat diselesaikan secara bijak dan sesuai dengan hati. Pendekatan intrapeprsonal mejadi salah satu cara dari pemimpin yang berhati nurani sehingga atensi seperti ini menjadikan masyarakat merasa begitu dekat dengan pemimpinnya.
c. Pemimpin yang dapat memanusiakan manusia
Memanusiakan manusia? Wah, sungguh sifat tersebut merupakan harapan semua orang. Jika kita mempunyai pemimpin yang dapat mema-nusiakan manusia, tentunya kondisi masyarakat dapat menjadi lebih baik dari sekarang.
Selama ini pemimpin yang kita miliki adalah pemimpin yang mem-posisikan masyarakatnya sebagai obyek dari pemerintahannya dan belum dapat memposisikan masyarakatnya sebagai subyek pemerintahan-nya. Tentunya hal tersebut menjadikan masyarakatnya serba bergantung pada pemerintah sehingga tidak ada kemandirian sama sekali.
Tentunya kondisi ini sama sekali tidak mendidik bagi perkembangan dan pengembangan bangsa secara positif. Dengan memberikan sikap mandiri, maka masyarakat mempunyai kemampuan survival lebih bagus daripada dijadikan obyek, yang segalanya serba tergantung. Oleh karena itulah, maka untuk itu dibutuhkan pemimpin yang memanusiakan manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar